Rich Creator Black Book

Masukkan Password

CHAPTER 1: Foundation

Apa itu RICH Creator?

Pertengahan 2023, saya sedang browsing YouTube, mencari inspirasi untuk startup saya, Tribelio. Statistik saya, 99% pengguna Tribelio adalah orang-orang yang menjual online course. Itu sebabnya saya mencari inspirasi tentang komunitas ini.

Saya menemukan banyak istilah, mulai dari infopreneur, knowledgepreneur, knowledge broker, dan seterusnya. Saat browsing kesana kemari, melihat apa yang dibicarakan banyak YouTuber seputar topik ini, mata saya melihat sebuah video yang menyebutkan istilah Solopreneur dengan penghasilan 1,7 juta USD per tahun.

Di situ disebutkan, Justin Welsh, yang memiliki income 1,7 juta USD mendapatkan incomenya dari mana saja. Justin memiliki 2 online course dengan pembeli ada belasan ribu orang. Kemudian dia memiliki komunitas berbayar, dan database email yang besar (ini yang saya ajarkan di buku saya List Building Black Book). Dan dia juga menerima iklan sponsor untuk dibroadcast ke database emailnya ini.

Justin adalah seorang solopreneur yang artinya dia bekerja sendirian tanpa memiliki karyawan. Dan dikatakan di YouTube tersebut kalau biaya sebulan untuk menjalankan bisnisnya ini hanyalah sebesar $620 saja, dengan income 1,7 juta USD per tahunnya.

Dari situ, saya mulai tertarik. Perlahan saya mengambil kalkulator di handphone saya. Satu koma tujuh juta USD itu berarti kalau dikali 15 ribu, kurs USD ke Rupiah, adalah 25,5 miliar rupiah.

Tetapi angka tersebut adalah angka untuk Justin di Amerika, bukan di Indonesia. Sehingga angka tersebut harus dibagi 20 terlebih dahulu. Kenapa begitu? Karena pendapatan per kapita Indonesia vs Amerika itu 1 banding 20.

Sehingga angka 25,5 miliar tadi adalah setara dengan 1,275 miliar rupiah, dalam setahun. Yang kalau dibagi 12 bulan, artinya dalam satu bulan penghasilannya adalah 106 juta rupiah.

Ini menarik!!

Langsung ide-ide bermunculan di kepala saya. Saya selalu suka berpikir dengan framework dan penemuan ini menjadi cikal bakal gerakan yang saya bangun ini.

“Saya membutuhkan sebuah nama untuk pengguna saya di Tribelio saya.”

Orang-orang di Indonesia tidak suka dengan istilah Solopreneur, karena Indonesia berbeda dengan Amerika. Tenaga kerja di Indonesia relatif sangat murah, jadi team building lebih sukai di Indonesia.

“Bukan solopreneur. Saya harus mencari istilah lain”, pikir saya.

Akhirnya saya menemukan. Di Indonesia lagi banyak content creator, dan semua content creator mimpinya cuma satu, yaitu pengen jadi content creator yang kaya.

Yes, RICH CREATOR!

100 juta income sebulan, sebagai seorang content creator, yang berjualan content, bukan nunggu di endorse oleh brand, yang tidak pasti.

Menjadi seorang rich creator berarti benar-benar memaksimalkan skill, pengalaman atau Expertise diri sendiri untuk membuat konten dalam bentuk atau format yang berbeda-beda untuk dijual ke target market yang specific.

Seorang content creator yang menunggu d-endorse untuk mendapatkan income artinya yang mereka jual adalah ‘reach’ mereka. Sehingga ketika algoritma platform sedang berubah (dan ini sering terjadi), maka reach bisa turun. Ketika reach turun, akun kita statistiknya jelek, rate kita akan naik turun. Dan buat saya pribadi, hal ini tidak menyenangkan. Di sisi lain, saya harus membuat content terus-terusan supaya reach dan engagement saya tetap bagus, sehingga endorse-an selalu datang.

Dan lagi bayangkan, Anda mengumpulkan ribuan follower, ratusan ribu bahkan jutaan follower, tetapi kenapa me-limitasi income dari 1 atau 2 brand yang membayar Anda. Kenapa ga berpikir jutaan follower Anda itu juga bisa membayar Anda kan.

Menerima income dari endorse-an bukan goal saya. Saya ingin bisa menjual expertise saya, dan itu berjalan terus tanpa saya harus ngonten setiap harinya baru bisa laku.

Anda bisa menjadi seorang Rich Creator, tanpa harus menjadi terkenal dulu, atau memiliki follower yang super banyak. Anda bisa mulai dari nol, asal Anda tahu caranya, dan itulah yang akan saya bongkar di buku ini.

Modal Anda, hanyalah isi kepala Anda, dan handphone Anda.

Are you ready?!?!

Let’s GOOOOOO

Old Economy vs New Creator Economy

OLD ECONOMY

Old economy adalah business model yang tua, yang lama. Di mana orang-orang di old economy ini seperti sejak awal mulanya berdagang itu muncul. Ada yang namanya barter (sebelum muncul mata uang). Fokusnya adalah Anda punya barang apa, dan orang lain punya barang atau jasa apa, dan dipertukarkan.

Kemudian mata uang muncul karena memudahkan proses ini.

Eranya kemudian berubah menjadi ada toko, ada pasar, ada mall. Tetapi secara konsep, old economy ini tetap sama, yaitu fokus, saya punya barang apa, dan saya mau jual ini barang.

Barang ini harus saya tunjukkan ke banyak orang, makanya saya harus buka toko, dan menunggu orang datang dan membeli produk saya.

Fokus old economy ini adalah produk atau jasa, sama aja. Fokusnya ke apa yang Anda miliki, dan bagaimana Anda menjualnya.

Cara berpikir old economy adalah, kalau saya punya produknya, orang akan datang, dan terjadi transaksi.

Dengan model bisnis seperti ini, ada beberapa kekurangan, yaitu modal yang besar. Karena Anda harus membuka toko, dan itu butuh biaya yang tidak sedikit. Anda masih harus punya stock barang. Engga mungkin ada toko yang buka dan barangnya hanya sedikit kan.

Lalu pikirkan ini, kenapa toko itu harus ada? Jawabannya sederhana, yaitu supaya orang datang. Berarti di sini, biaya buka toko adalah biaya Anda mendatangkan customer Anda kan. Kalau tokonya tutup, seperti waktu jaman pandemi kemarin, maka tidak ada orang datang dan Anda tidak bisa berjualan.

Artinya ada harga yang harus dibayar untuk mendatangkan traffic atau orang ke toko Anda.

Nah problem kedua adalah, misalnya Anda membuka sebuah restoran, dan saya adalah orang yang kebetulan suka banget, dan menjadi pelanggan loyal Anda. Maka saya akan datang berkali-kali ke tempat Anda.

Trus di mana problemnya?

Problemnya adalah ketika saya datang pertama kalinya, Anda mengeluarkan biaya untuk buka restoran Anda. Dan ketika saya datang kedua kali atau ke sepuluh kalinya, Anda tetap mengeluarkan biaya juga untuk membuka restoran Anda. Yes, sekarang Anda bisa memesan makanan secara online, tapi kita bahas ini nanti ya….

Intinya adalah Anda mengeluarkan biaya terus menerus untuk customer yang sudah loyal dan datang ke tempat Anda. Sehingga ini membuat cost bisnis Anda relatif lebih tinggi dan margin profit Anda menjadi lebih kecil.

NEW CREATOR ECONOMY

Hari ini, kita sedang berada di era baru, yang disebut Creator Economy. Mau Anda percaya atau tidak, mau mengikuti atau tidak, itu engga masalah. Creator Economy-nya ini akan tetap berjalan.

Creator Economy tidak lagi fokus kepada Product First ketika memulai sebuah bisnis. Creator Economy fokus kepada Attention atau perhatian.

Semakin Anda bisa menarik perhatian banyak orang, semakin bisnis Anda bisa melejit.

Di era seperti ini, kita akan melihat banyak sekali content creator yang sepertinya baru saja memulai bisnisnya, tetapi bisa berkembang sedemikian cepat.

Kita melihat MrBeast, seorang content creator yang fenomenal, telah mencapai pencapaian yang luar biasa dengan membuat MrBeast Burger yang dalam 2 tahun pertamanya saja sudah menghasilkan lebih dari $100 juta USD.

Ada juga Kylie Jenner, yang awalnya dikenal melalui TV dan social media, juga menunjukkan keberhasilannya yang luar biasa dengan mendirikan Kylie Cosmetics yang sangat sukses. Pada usia muda, hanya 21 tahun di tahun 2019, Kylie dilaporkan memiliki aset bersih Rp 14,1 triliun.

Di era Creator Economy ini kita juga melihat Revlon Cosmetic, sebuah perusahaan kosmetik legendaris, bangkrut, karena persaingan dengan brand-brand kosmetik yang didirikan oleh para creator ini, termasuk Fenty Beauty milik Rihanna.

Di era ini juga kita melihat toko buku Gunung Agung tutup. Asumsi saya, biaya operasionalnya sangat tinggi. Kelemahan model old economy kan. Sementara saya berjualan buku sendiri masih sangat laris. Anda membeli buku ini juga bukan dari toko buku kan? Atau paling tidak, saya tidak memasukkan buku saya ke toko buku.

Cara berpikir di New Creator Economy adalah sebagai berikut:

Kuncinya adalah bagaimana Anda bisa mendapatkan “perhatian” sebanyak mungkin dari target market Anda, sehingga ketika itu terjadi, maka orang akan berada di hadapan Anda dan Anda bisa berjualan barang apapun.

Contoh ketika ada konser Coldplay di Indonesia. Hype- nya begitu tinggi, Attention-nya begitu besar, sehingga sebelum acaranya dimulai (masih berbulan-bulan sebelum acara dimulai), tiket konsernya sudah habis. Hotel sudah penuh, dan segala merchandisenya pun laris manis.

Di creator economy ini, profit margin Anda bisa menjadi tinggi, karena Anda menggunakan attention di social media, sehingga orang datang, dan Anda tidak perlu membuka toko lagi.

Ketika Anda mau memulai bisnis di Creator Economy ini, fokus Anda adalah siapa yang menjadi Target Market Anda sehingga Anda bisa mendapatkan attention dari mereka.

Misalnya, target market Anda adalah ibu-ibu yang baru saja melahirkan dan ingin menurunkan berat badannya 10kg.

Setelah Anda menentukan 1 target market yang spesifik ini, maka Anda bisa berjualan banyak hal. Anda bisa menjual program dietnya, catering dietnya, buku resep masakan diet, bahkan supplement atau program fitnessnya.

Hari ini, Anda tidak perlu fokus lagi ke produknya karena produk itu sudah banyak. Anda bisa menjadi affiliate, reseller, dropshipper atau apapun itu. Yang penting adalah Anda memiliki attention dari kolam ibu-ibu yang baru saja melahirkan dan ingin menurunkan berat badannya ini.

Kolam prospek menjadi kunci utamanya di sini.

Kalau di old economy Anda harus mengeluarkan biaya terus menerus untuk membuka toko, maka di new economy, biaya terbesar Anda kalau sampai harus beriklan, maka itu hanyalah sekali saja. Ketika orang sudah pernah bertransaksi di Anda, maka Anda memiliki database mereka. Nama, email dan nomor Whatsapp sudah di tangan. Maka begitu Anda memiliki produk untuk dijual, Anda tinggal menghubungi mereka lagi, sehingga tidak memerlukan biaya setinggi ketika beriklan di awal.

Customer Baru itu penting, tetapi ada biaya besar untuk mengakuisisi mereka.

Customer Lama dan Loyal itu jauh lebih penting, itu kuncinya, karena pembelian mereka yang kedua dan seterusnya tidak ada biaya besar yang kita keluarkan.

Inilah yang secara jangka panjang akan memberikan Anda profit lebih besar lagi daripada bisnis di Old Economy model.

SEKOLAH TIDAK PENTING

Mungkin ini judul agak kontroversial, tetapi lihat sejarahnya terlebih dahulu. Yang namanya edukasi, sudah ada sejak dulu sekali. Tetapi kalau Anda perhatikan, sistem edukasi sekolah modern, di mana gurunya tersertifikasi dengan standar tertentu, ini dimulai sejak abad ke-18 akhir.

Kalau sekarang Anda sudah tahu bahwa kita berada di New Creator Economy, tetapi sistem edukasi kita diciptakan sudah lebih dari 1 abad yang lalu, di mana ekonomi saat itu adalah era industrial. Di mana era itu membutuhkan banyak karyawan yang tersandarisasi sehingga bisa digunakan untuk menopang ekonomi bangsa. Sistem edukasi yang tercipta bertujuan untuk menopang ekonomi negara melalui era nya yaitu industrial era.

Maka Anda tahu sendiri kelanjutannya kan.

Banyak dari kita sekolah, mengejar ijazah, sertifikat yang goalnya adalah untuk mencari kerja.

Saya sering bertanya, “Kenapa kamu tidak menciptakan pekerjaan sendiri?”

Maka jawabannya adalah “saya belum punya modal”, atau “saya engga tau mau bisnis apa”.

Itu adalah jawaban-jawaban umum karena mindset-nya terprogram dengan era industrial, di mana untuk menjadi sukses, harus mendirikan pabrik, stok barang, dan seterusnya sehingga untuk memulai itu semua, mereka terpatok oleh kondisi dari edukasi yang kuno tersebut.

Mereka lupa bahwa di Creator Economy ini modalnya cuma otak dan handphone saja. Anda sudah baca sendiri bagaimana saya dalam waktu 3 minggu saja bisa menghasilkan hampir dari setengah miliar dengan modal sangat minim sekali.

Di era industrial, hal seperti ini tidak mungkin terjadi, dan sistem edukasi kita tidak ada yang mengajarkan bagaimana caranya mendapatkan 100 juta dalam seminggu atau bahkan dalam sebulan.

Sistem edukasi kita (secara general ya), mengajarkan kita untuk memiliki skill, yang kalau digunakan untuk bekerja, akan cukup untuk menghidupi kita. Ditunjang lagi kenyataan bahwa otak manusia, bukan diprogram untuk mendukung kita menjadi sukses, melainkan untuk survive atau sekedar bertahan hidup.

Klop dah

Beranjak dari sana, saya memutuskan untuk melakukan homeschooling untuk anak saya. Edukasinya tetap menggunakan program dari Amerika, yang biayanya bahkan jauh lebih murah apabila dibandingkan dengan sekolah lokal biasa.

Waktunya hanya 3 jam sehari untuk belajar, sisanya kosong. Itulah kesempatan saya untuk mengisi anak saya dengan banyak hal lain. Anak saya ikut kelas public speaking, money literacy, coding, bahkan banyak kelas-kelas olahraga juga dan mereka sering mengikuti kompetisi-kompetisi.

Ini bukan tentang anak saya, tetapi tentang bagaimana saya menyiapkan mereka untuk bisa sukses (bukan survive) di era creator economy ini.

Bayangkan ‘script’ normal kehidupan orang pada umumnya, atau yang bisa kita sebut The Matrix kalau Anda sempat nonton videonya.

Kita terprogram untuk sekolah, dari TK, sampai kuliah, menghabiskan 18 tahun. Dan investasi yang tidak kecil, bisa ratusan juta sampai miliaran. Sehingga orang tua harus menyiapkan dana pendidikan yang tidak sedikit. Hanya untuk lulus dan bekerja dengan gaji 5-10 juta mayoritas. Bahkan masih banyak pengangguran!

18 tahun

Biaya Ratusan Juta - Miliaran

Untuk 5-10 juta per bulan pendapatan

ANDA SANGAT SABAR!!!! (dan kapan Anda balikin modal orangtua Anda?)

Ingat, di sini saya bukan mau menyuruh Anda untuk drop out sekolah Anda, SAMA SEKALI BUKAN!

My goal adalah untuk membuka mata Anda, bahwa kalau Anda sesabar itu, berinvestasi sebesar itu dan selama itu bisa. Kenapa ketika ketemu hal baru di era creator ini cuman bilang ‘saya gaptek’ dan segudang alasan lainnya.

My goal adalah setelah mata Anda terbuka, melihat peluang yang sedemikian luasnya ini, Anda mulai berinvestasi lagi, tetapi kali ini di diri Anda supaya Anda bisa mendapatkan penghasilan 10x lebih besar daripada yang Anda hasilkan selama ini dengan semua ilmu yang sudah Anda pelajari bertahun-tahun lamanya.

Bagi saya sederhana, sekolah tidak sepenting itu, tetapi EDUKASI SANGATLAH PENTING!

CARA JADI KAYA

Bayangkan di tangan Anda, Anda sedang memegang sebuah kertas HVS kosong.
Putih polos.
Berapa harga kertas tersebut?

1 box kertas HVS harga rata-ratanya adalah sekitar 40 sampai 50 ribu rupiah, yang berisikan 500 lembar kertas. Sehingga harga rata-rata sebuah kertas HVS yang kosong adalah sekitar 100 rupiah saja.

Nah, kalau kertas itu sekarang berisi framework, berisi ilmu, untuk membantu orang mengatasi problemnya, maka Anda bisa menjual 1 lembar kertas itu seharga 200 ribu rupiah, dan menjualnya dalam jumlah yang banyak, maka Anda akan cepat menjadi kaya, kan :)

Modal 100 rupiah, dijual 200 ribu rupiah, 2.000x lipat!

Kalau Anda bisa menemukan sebuah bisnis yang harga jualnya dibandingkan modalnya adalah 2.000x lipat bahkan lebih, maka Anda sedang berada di jalur cepat untuk menjadi ‘kaya’.

“Bagaimana caranya bisa mendapatkan hal tersebut?”

Ok, kita bahas dulu yang namanya “transaksi”. Kalau Anda ingin mendapatkan uang, maka harus ada sebuah transaksi yang terjadi, kan. Anda menjual barang dan mendapatkan uang. Tinggal diulang saja untuk mendapatkan profit tertentu.

Problemnya adalah, misalnya Anda menjual sebuah barang dengan harga 100 ribu rupiah. Keliatannya ada uang masuk sebesar 100 ribu rupiah, kan, tetapi Anda harus mengeluarkan 50 ribu untuk membayar modal harga barangnya. Berarti sebenarnya Anda hanya menerima 50 ribu saja, kan? Itu masih belum termasuk kalau Anda masih harus membayar biaya toko, gudang, karyawan, belum lagi kalau ada barang yang kembali atau rusak.

Berapa net yang Anda terima?

“Kalau misalnya jualan jasa gimana, Den? Aku freelancer, kerja sendiri, bahkan tidak memiliki tim.”

Menurut saya, kalau Anda jualan jasa, maka bisnis Anda tidak scalable. Artinya, Anda mungkin hanya bisa menerima 1 atau 2 klien saja. Bagaimana caranya Anda bisa menerima 1.000 klien, 10 ribu klien? Enggak akan bisa.

Problem dengan model bisnis jasa seperti ini adalah Anda menjual “waktu” Anda, dan kita semua tahu bahwa waktu itu lebih berharga daripada uang.

Uang bisa dicari, waktu yang sudah lewat tidak akan bisa kembali.

This is CRAZY!

Dan lebih parahnya adalah, begitu Anda tidak bekerja, entah itu sakit, atau pergi jalan-jalan sebulan, maka income Anda menjadi nol!

Anda mungkin bisa mengatakan bahwa ada tim yang membantu pekerjaan Anda, jadi mau jalan-jalan juga tetap bisa.

Nah, ini yang menjadi poin saya sebelumnya. Ketika Anda menggunakan tim dan model bisnis Anda adalah jasa, maka ketika ada 1.000 klien, berapa banyak tim yang Anda harus pekerjakan?

Artinya kenaikan omzet yang signifikan tersebut harus diikuti oleh kenaikan biaya (baca: gaji) yang cukup signifikan juga, kan.

Goal kita di sini sebagai seorang rich creator adalah mendapatkan sebanyak mungkin income, dengan modal sekecil mungkin, apalagi menjual waktu pribadi kita.

Maka prioritas saya untuk mencapai goal ini adalah dengan menjual produk digital.

Bentuk produk digital bisa bermacam-macam. Ada eBook, online course, audio (saya menjual binaural audio untuk terapi Pede Public Speaking dan menurunkan stress dan kecemasan).

Produk digital dibuat sekali, dan bisa dijual berkali-kali, menjadikannya sebuah produk dengan profit margin mendekati 100%.

Mindset-nya adalah, kalau sampai saya menghabiskan waktu untuk mengerjakan konten saya, baik itu ebook, atau online course, maka waktu yang saya investasikan, misalnya 1 minggu atau 1 bulan, itu hasilnya akan terus masuk dalam kurun waktu yang lama.

Beda dengan freelance yang menghabiskan waktu 1 jam untuk dibayar 1 jam. Ini yang saya hindari. Lebih asyik menghabiskan waktu 1 jam, dibayar 1 tahun bahkan lebih, kan. Menghabiskan waktu 1 bulan, dibayar 5 tahun misalnya.

Bagi orang biasa, tanpa memiliki modal milyaran untuk membangun bisnis dari nol, ini adalah sebuah cara untuk menghasilkan uang sebanyak mungkin dengan cepat.

Inilah kunci dari seorang Rich Creator!

Banyak orang ingin menjadi seorang content creator, karena di pikiran mereka, income-nya bakal banyak, dapat dari YouTube Adsense (income dari iklan di YouTube), atau mencari endorse.

Setelah berusaha membuat banyak konten dan belum menghasilkan income yang cukup untuk hidup, biasanya mulai belajar kesana kemari. Mereka mencari cara untuk meningkatkan engagement, cara membuat konten viral, atau mencari tahu algoritma platform yang terkini karena banyak ‘mentor’ di luar sana yang membahas tentang algoritma platform terbaru.

Tetapi tetap saja, income-nya enggak naik-naik. Bahkan mentor yang mengajarkan tentang algoritma platform terbaru pun, income-nya juga segitu-segitu aja :)

Dan setelah beberapa bulan, banyak creator yang akhirnya burned out, mereka kecapekan, dan akhirnya berhenti menjadi content creator padahal follower mereka mungkin sudah ratusan ribu atau jutaan. Biaya produksi konten dan tim tidak sebanding dengan income yang mereka dapatkan.

Saya pribadi (kalau Anda mengikuti saya di Instagram saya @dennysantoso, atau di YouTube saya http://youtube.com/dennysantoso), jarang sekali menerima endorse, hampir enggak pernah malah kalau produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan audience saya. Jarang juga konten saya menjadi viral.

Saya juga tidak pernah merasa harus ‘kejar tayang’, di mana harus bikin konten terus-terusan karena jadwal posting. Saya mau bikin konten ya tinggal bikin, kalau lagi sibuk jalan-jalan, tidak bikin konten juga tidak masalah.

Tetapi dengan aktivitas sesantai itu, kalau saya jualan, tetap saja laku keras. Penjualan saya masuk terus setiap hari (setiap jam), tanpa harus bikin konten.

Itu semua yang akan kita bahas di buku ini sehingga Anda bisa benar-benar menjadi seorang Rich Creator, dengan penghasilan yang cukup tinggi dan tanpa menjual waktu pribadi Anda.

CHAPTER 2: EXPERTISE

Framework

“Terus mulainya gimana, Den?”

Oke, sabar ya.

Beberapa bulan lalu, ketika saya diundang untuk menjadi salah seorang panelis dalam launching program baru Universitas di Surabaya. Sebelum acara dimulai, para pembicara sempat makan malam bersama di ruangan VIP. Ada seorang ibu-ibu yang menjadi pembicara utama di acara tersebut. Sambil menyantap makan malam, saya bertanya kepada ibu tersebut.

“Bu, ceritain dong, dulu awalnya seperti apa, kok bisa sekarang menjadi konsultan untuk memilih minat dan bakat anak seperti ini?”

Ibu itu tersenyum dan bercerita…

Awalnya dulu saya tidak punya ide akan punya bisnis seperti sekarang ini. Dulu saya hanya suka dengan topik ini. Lalu saya sering menjadi penulis rubrik di majalah-majalah. Dari situ ternyata banyak yang suka dengan tulisan saya, sehingga akhirnya saya menulis buku.

Setelah buku saya terbit, banyak orang membacanya, jadi banyak permintaan yang masuk ke saya untuk dibantu. Ibu-ibu banyak yang membawa anaknya ke saya untuk berkonsultasi lebih dalam lagi. Dan akhirnya ya seperti hari ini, saya berada di sini, sering diundang-undang menjadi pembicara, selain menjalankan bisnis konsultasi saya…

Saya berkata dalam hati, “Ini contoh yang tepat sekali dengan kriteria saya, seorang Rich Creator.”

Framework seorang Rich Creator cukup sederhana.

Step 1: Temukan 1 Problem (bukan 1 market, bukan 1 niche, bukan yang lain)

Step 2: Temukan 1 Solusinya

Step 3: Buatlah Framework-nya, kasih nama, dan jual framework tersebut.

Selesai, cuma itu saja. Sederhana kan?

Pertanyaan beberapa orang kepada saya setelah saya jelaskan ini adalah, “Den, kok aku bingung ya, problem apa ya enaknya?”

Saya selalu menjawab, “Kalau gitu, berbahagialah kamu yang tidak pernah ketemu problem seumur hidupmu” :)

Kalau Anda tidak pernah melihat atau menyelesaikan sebuah problem, maka tidak ada gunanya Anda membangun bisnis. Karena sebuah bisnis itu ada, karena menyelesaikan problem dari customer mereka.

PROBLEM

Sebelumnya, ketika saya mengajarkan tentang memulai sesuatu, saya selalu menekankan pentingnya mengetahui dengan jelas siapa target market Anda. Tetapi ketika Anda mau jadi seorang Rich Creator, mengetahui siapa target market Anda saja tidaklah cukup. Anda mesti memilih satu problem atau masalah besar yang ingin Anda selesaikan.

Target market biasanya hanyalah memikirkan sekelompok orang tertentu, misalnya ibu-ibu rumah tangga, usia 25-35 tahun.

Ini tidak cukup. Karena ibu-ibu rumah tangga usia 25-35 tahun, bisa punya ribuan masalah, mulai masalah keluarga, masalah kerjaan, hutang, cicilan, dapur. Belum lagi urusan anaknya. Anak kecil masalahnya juga banyak, bisa tentang pelajarannya, bisa tentang kesehatan, dan lain sebagainya.

Saya bahkan pernah melihat sebuah kelas online di Amerika, yang secara spesifik mengajarkan bagaimana caranya melatih anak untuk buang air besar.

Sesederhana itu!

Mungkin kalau di Indonesia kita berpikir, kenapa buang air besar saja harus ada kelas online-nya? Kan tinggal didudukin di toilet aja, keluar sendirinya.

Tetapi di kelas online ini bahkan ada modulnya yang mengajarkan misalnya kalau anaknya tantrum gimana? Dan seterusnya. Jadi sangat detail.

Kemudian ada yang bertanya kepada saya, “Den, kalau gitu, problem apa dong yang harus saya cari? Bingung nih nyari problem-nya.”

Bagi saya, kalau Anda sampai bingung mencari sebuah problem, maka sekali lagi berbahagialah karena hidup Anda nggak punya problem :D

Ok, ok, jadi begini….

Cara saya menemukan ide problem adalah dengan melihat problem terbaru saya sendiri yang baru saja saya selesaikan, dan saya merasa bisa mengajarkan ke orang lain yang memiliki problem yang sama dengan saya untuk menyelesaikan masalahnya.

Misalnya, satu tahun belakangan, saya membangun sebuah sales funnel untuk mendapatkan banyak hot prospect dari social media. Dan setelah saya menjalankannya selama setahun, saya mendapatkan income ratusan juta dari situ. Dan saya memiliki 4 funnel yang mirip-mirip.

Artinya adalah yang saya lakukan works.

Berangkat dari satu ide itu saja, saya membuat online course, yang ternyata dalam waktu hanya 10 hari saja, sudah menghasilkan lebih dari 450 juta (belum termasuk komisi affiliate yang saya sebutkan di pembukaan buku ini).

Kebayang kan?

Satu pekerjaan, aktivitas, yang saya lakukan, yang seolah-olah biasa-biasa saja, dan buat saya itu gampang sekali, kalau saya kerjakan juga nggak sampai satu jam selesai.

Ketika saya merumuskan itu semua dan membuat pembelajaran dari semua step saya, dalam waktu 10 hari, menghasilkan hampir setengah milyar.

Era informasi saat ini memungkinkan hal tersebut!

Sebaiknya, mulai mencari problem dari problem diri sendiri yang sudah pernah Anda alami dan selesaikan. Tarik mundur 5 tahun ke belakang, kira-kira apa problem yang pernah Anda hadapi 5 tahun yang lalu dan sekarang sudah beres. Anda bisa mulai dari situ. Dari problem yang 5 tahun yang lalu yang seolah-olah berat sekali, dan hari ini Anda hanya tersenyum ketika melihat ke belakang.

Kemungkinan besar, problem yang Anda alami 5 tahun yang lalu itu bukan sebuah problem di mana hanya Anda saja yang mengalaminya. Bisa jadi banyak orang di dunia ini yang mengalami hal yang sama dengan yang pernah Anda alami tersebut dan mereka sedang sangat stress.

Sekarang misalnya, Anda benar-benar stuck dan nggak tahu mau nyari ide apa.

Maka, saran saya adalah, jadikan problem Anda YANG SEKARANG, di mana Anda “kesulitan mencari ide problem” ini menjadi sebuah project.

Yang perlu Anda lakukan adalah, mulailah mencari semua bacaan, video YouTube, mungkin kelas online, atau mentor, di mana goal-nya sederhana. Membantu Anda mencari ide problem.

Cukup itu saja.

Berikut adalah teks yang telah diperbaiki sesuai dengan ejaan Bahasa Indonesia yang benar dan perbaikan pada beberapa paragraf yang kurang tepat:

SOLUTION

Lalu, langkah berikutnya adalah, dokumentasikan semua perjalanan Anda dalam proses menemukan jawaban atas masalah Anda tersebut dan jadikan itu konten Anda.

Jadi, mindset-nya bukan Anda harus ’ngontent’ tetapi Anda mendokumentasikan perjalanan Anda mencari jawaban atas masalah Anda tadi.

Anda mungkin akan menemui banyak kegagalan, banyak rintangan, dan itu normal sekali. Dokumentasikan semuanya. Anda juga mungkin akan menemukan banyak cara atau banyak solusi, juga dokumentasikan semuanya. Anda beri pendapat Anda, mana yang buat Anda lebih mudah, lebih murah, lebih cepat, dan alasannya kenapa. Itu saja.

Dari banyak solusi yang Anda temukan sepanjang perjalanan Anda, maka lama-kelamaan Anda akan menemukan satu solusi yang menurut Anda paling enak untuk diri Anda sendiri.

Di sini Anda mulai menemukan pola yang saya sebutkan yaitu 1 Masalah 1 Solusi.

Anda boleh saja memiliki banyak solusi untuk satu masalah, tetapi audiens Anda cuma membutuhkan satu solusi yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Sehingga, fokuskan ke satu solusi saja.

Ketika saya belajar di Russell Brunson, dia menyebutkan, ada 3 niche atau pasar yang evergreen, artinya adalah pasar ini tidak akan ada habisnya.

3 market tersebut adalah, Health, Wealth, dan Relationship.

Intinya, selama masih ada manusia, mereka ingin sehat, ingin kaya, dan sukses berhubungan dengan orang lain.

Di iklan Axe ini, produknya adalah deodoran, tetapi sudut pandang iklannya adalah ‘relationship’.

Iklan Tropicana Slim misalnya, menggunakan dua sudut pandang, yang pertama adalah kesehatan, umur panjang meskipun ada diabetes. Dan sudut pandang kedua adalah hubungan, di mana bisa menjadi kakek dan melihat anak tumbuh besar sampai menikah dan memiliki cucu.

Tentu saja, pasar-pasar yang lain akan tetap ada dan banyak, hanya saja ketiga pasar ini adalah yang terbesar dan tidak ada matinya.

INFORMATION GAP

“Den, bagaimana sih caranya untuk mencari ide? Peluang baru? Di era informasi seperti sekarang ini?”

Sederhana, yang perlu Anda pahami adalah, uang berada di yang namanya Information Gap.

Di bulan November 2022, OpenAI meluncurkan ChatGPT. Dan itu menjadi startup dengan akuisisi pengguna tercepat sepanjang sejarah. Hanya dalam waktu 5 hari saja, ChatGPT berhasil mendapatkan lebih dari 1 juta pengguna.

Dari sini saja, bisa dilihat,

“oh ada barang baru, banyak yang pakai”

“oh orang belum pada paham nih”

Dari sini saya melihat karena belum ada yang paham, atau paling tidak, belum tahu cara memanfaatkan ChatGPT untuk produktivitas, maka saya membuat sebuah produk digital yang saya sebut Mantra ChatGPT, yang berisi 1400+ prompt atau perintah ChatGPT untuk meningkatkan produktivitas dalam bekerja.

Saya menjualnya dengan harga 99 ribu rupiah saja, dan hanya dalam waktu 2 bulan saja, saya sudah mendapatkan pendapatan lebih dari 300 juta rupiah.

Modalnya?

Hampir nggak ada, karena itu adalah sebuah kumpulan perintah ChatGPT saja.

Kapan, di masa sebelum era informasi seperti ini, Anda bisa mendapatkan 300 juta dalam 2 bulan tanpa modal sama sekali seperti ini?

Ketika Tribeversity.com diluncurkan, banyak yang belum paham tentang menjadi affiliate produk digital. Bahwa itu enak karena komisinya yang besar, 20% ke atas, tanpa menggunakan maksimum per order seperti di marketplace.

Maka saya dan Dean, partner affiliate saya, membuat sebuah kelas yang disebut Mini Course Rich Affiliate. Bisa terjual 500-an peserta dalam satu bulan.

Banyak sekali sebenarnya yang bisa dieksplor di dunia digital ini. Pasti akan ada information gap di mana-mana dan tidak akan ada habisnya.

Hari ini kita berada di era di mana untuk mendapatkan income seperti ini sangatlah mungkin dan jauh lebih mudah daripada zaman orangtua kita seumuran dengan kita. Sehingga apabila Anda masih kesulitan untuk mendapatkan income, artinya Anda benar-benar harus mengejar ini semua. Karena pengetahuan Anda jelas tertinggal oleh eranya.

“Den, aku mau sih belajar, tapi kayaknya terlambat juga sih?”

Jawaban saya adalah “Tidak ada kata terlambat.”

Bayangkan saja, ketika saya meluncurkan produk saya Mantra ChatGPT tersebut, umur ChatGPT-nya sendiri baru 6 bulan. Artinya adalah, kita semua adalah pemula di topik AI ini kan. Kita baru saja sama-sama belajar.

Hanya saja, saya tahu bahwa akan ada information gap, di mana orang banyak belum paham akan sebuah hal dan saya memanfaatkan ketidakpahaman mereka itu untuk menjual sebuah informasi yang bisa menutup celah ketidakpahaman tersebut dan di prosesnya, saya menghasilkan pendapatan ratusan juta tersebut.

Information gap tidak hanya terjadi di hal yang baru atau tren yang baru. Information gap ada di mana-mana. Hanya saja Anda perlu memahami dan memiliki pengetahuan yang lebih untuk sanggup melihat adanya information gap di sebuah market tertentu.

Misalnya Anda bergerak di bidang ternak ikan cupang. Maka akan selalu ada information gap, antara pemula yang baru saja tertarik dengan topik ini, dengan apa yang Anda ketahui (karena mungkin Anda sudah 10 tahun berkecimpung di bidang ini).

Nah, perbedaan knowledge atau pengetahuan antara yang Anda miliki dan para pemula itulah yang disebut dengan information gap. Di mana Anda bisa membuat produk informasi untuk Anda jual. Kita akan membahas tentang produk di bab selanjutnya ya.

Intinya, Information Gap adalah, Anda tahu apa yang tidak diketahui oleh orang lain. Rich Creator memonetisasi hal tersebut.

Berikut adalah perbaikan teks sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang benar:

SAYA BELUM EXPERT

Ketika saya mengemukakan ide tentang Rich Creator yang menjual sebuah expertise, maka seperti biasa, banyak ‘objection’ ketika seseorang harus menjual ’expertisenya’.

Mereka berpikir mereka belum cukup expert untuk sampai bisa dijual atau mengajari orang lain tentang expertise mereka.

Jawaban saya, sederhana. Dimulai dari, tentukan terlebih dahulu, kalau dari skala 1 sampai 10, level expertise atau pengetahuan Anda ada di level berapa?

Kebanyakan orang ketika ditanya ini, mereka selalu mengatakan bahwa mereka entah di level 5, 6, atau 7.

Misalnya saja Anda berada di level 6 untuk expertise Anda, maka target market Anda adalah orang-orang yang berada di level 4 dan 5. Cukup itu saja.

Anda bahkan tidak perlu mentarget orang yang di level satu. Karena ketika Anda mengajarkan yang terlalu jauh seperti di level satu ketika Anda di level enam atau tujuh, itu akan sangat membosankan.

Bayangkan Anda yang seharusnya mengajar di kampus untuk anak D-3 dan S-1, tiba-tiba Anda diminta untuk mengajar anak preschool, cara mengeja huruf dan angka.

Sangat membosankan bukan :)

Dan Anda juga tidak perlu takut kalau ada orang yang lebih expert dari Anda tiba-tiba nyinyir. Dalam kasus saya mengajar selama belasan tahun, tidak pernah sekalipun orang yang levelnya di atas saya tiba-tiba datang dan menjelek-jelekkan saya.

Tidak pernah kejadian sekalipun.

Orang-orang yang di level 9-10, itu sudah di level mastery di mana mereka punya kesibukan mereka sendiri, mereka punya peluang-peluang yang terbuka lebar di depan mereka, dan mereka tidak akan menghabiskan waktu untuk mencari orang-orang di level bawah mereka untuk dijelek-jelekkan.

Jadi jangan terlalu ‘mahir menakut-nakuti diri sendiri sampai Anda lumpuh sendiri ya’ :)

ASAH SKILL ANDA

Sampai sini, Anda sekarang sudah paham kan bahwa kunci seorang Rich Creator bisa sukses adalah ketika mereka bisa memonetisasi yang namanya Information Gap.

Artinya, Anda harus selalu menjaga yang namanya Information Gap tersebut tetap ada. Karena ketika Information Gap tersebut hilang, pengetahuan Anda dan market Anda sama, maka tidak akan ada lagi peluang untuk menghasilkan income.

Misalnya Anda mengajari orang tentang menjahit, tapi misalnya saja semua market Anda orang-orangnya sudah bisa menjahit, maka tiba-tiba kelas menjahit Anda tidak akan laku lagi. Kecuali Anda memiliki sesuatu yang baru yang orang belum paham. Artinya di situlah muncul Information Gap yang baru lagi kan.

Saya mulai diundang untuk mengisi seminar seputar digital marketing di tahun 2010. Sejak tahun itu, secara acak, saya sering diundang mengisi seminar ke sana kemari. Baru di tahun 2015 saya membuka kelas saya sendiri, Digital Marketing Elite Training. Puncak-puncaknya di tahun 2018-2019, ketika 1 kelas saya bisa mendatangkan sekitar 200-250 orang dan membayar 13-17 juta rupiah untuk 2 hari saja. Dan di saat itu lah, saya berhenti karena ada masalah di manajemen perusahaan. Saya masih sempat membuat 1 event besar lagi di akhir 2019 di mana dihadiri oleh 650 orang dengan harga tiket 2,6 juta per orangnya. Cukup lumayan.

Sekarang, 5-6 tahun sudah berlalu. Market sudah tidak terlalu antusias lagi dengan yang namanya kelas digital marketing seperti zaman sebelumnya.

Di tahun 2015-2018 itu, market atau masyarakat luas yang menjadi target market saya, masih buta dengan yang namanya berjualan online, funnel, email marketing, customer journey dan sebagainya. Tetapi hari ini, banyak orang sudah mendapatkan income atau penjualan dari marketplace, dari social media, livestreaming, dan sebagainya. Sehingga mereka berasumsi bahwa mereka sudah bisa dan memiliki skill digital marketing.

Kan sudah mendapatkan income melalui online. Itu saja.

Kenyataan bahwa asumsi mereka itu salah, kenyataan bahwa kelas saya masih memiliki information gap yang cukup tinggi, tidaklah cukup untuk membuat saya bisa mengulangi hal yang sebelumnya saya dapatkan. Yaitu ratusan orang bergabung untuk kelas digital marketing.

Di benak market, sudah tidak ada information gap lagi. Mereka berpikir sudah dapat income dari jualan di marketplace ya itu lah yang disebut digital marketing.

Maka di sini penting untuk menemukan information gap yang baru lagi. Hari ini ketika Anda membaca buku saya ini, artinya saya menemukan information gap di mana Anda ingin menjadi seorang Rich Creator kan :)

Banyak yang memiliki profesi sebagai seorang content creator tetapi tidak bisa mendapatkan income yang cukup. Sehingga dengan angka 100 juta per bulan, tiba-tiba menciptakan information gap di benak mereka.

Nah sekarang, bagaimana caranya menjaga tetap ada information gap:

  1. Terus belajar. Anda bisa menjadi seorang reporter, dan menginterview banyak expert di bidang yang Anda geluti. Jadikan proses interview tersebut content perjalanan Anda.

    Salah satu orang terkenal yang menggunakan pendekatan ini adalah Oprah Winfrey. Oprah Winfrey Show sebagian besar adalah interview expert dan selebriti. Dengan melakukan interview Anda akan terekspose ke hal-hal baru, wawasan-wawasan baru yang belum pernah Anda pikirkan sebelumnya.

  2. Konsumsi informasi sebanyak mungkin, baca buku, belajar dari kelas-kelas gratis dan berbayar. Hal ini akan meningkatkan pengetahuan Anda dan memunculkan Information gap tadi.

  3. Datang ke event-event. Mulai event gratis seperti gathering, komunitas, sampai event seminar atau workshop berbayar, karena semuanya ini selain membuka wawasan Anda, juga meningkatkan networking Anda. Anda akan berkenalan dengan banyak orang dan ini juga membuka peluang besar berkolaborasi ke depannya. Jadi pastikan jangan datang ke event hanya untuk duduk sendirian di pojok belakang ya :)

  4. Bikin akun social media Anda, dan mulai berbagi di akun Anda seputar topik Anda. Pertanyaan dari audience Anda akan membuat Anda berpikir dan meningkatkan skill.

Ketika orang bertanya ke saya kenapa saya masih mengajar, jawabannya sederhana, yaitu karena saya belajar lebih banyak ketika saya mengajar. Saya akan jadi paham apa sih yang ditanyakan oleh audience saya. Di mana level pengetahuan mereka pada umumnya, sehingga ini akan memvalidasi sudut pandang saya terhadap Information gap yang ada di pasar.

Selain untuk mengajar dan berbagi, akun social media Anda juga bisa Anda gunakan untuk mendokumentasikan perjalanan Anda. Proses Anda ketika mencoba menyelesaikan problem Anda sendiri. Jangan sampai terjebak dengan pemikiran bahwa Anda harus berhasil terlebih dahulu baru sharing.

It’s okay untuk sharing, bahkan sharing kegagalan Anda. Karena ini akan membuat audience Anda sangat relate atau nyambung dengan Anda. Dan ini akan meningkatkan trust mereka kepada Anda.

Berikut adalah teks yang telah diperbaiki sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang benar:

FRAMEWORK

Setelah Anda menemukan solusi utama Anda, saatnya membuatnya menjadi sebuah Framework.

Framework adalah sebuah kerangka kerja, langkah-langkah yang tersusun dengan urutan tertentu yang memudahkan audience Anda untuk memahami dan mengikuti solusi Anda guna mendapatkan hasil yang dijanjikan.

Robert Kiyosaki, yang terkenal dengan bukunya Rich Dad Poor Dad, memiliki framework yang disebut Cashflow Quadrant.

Kuadran ini digunakan untuk menggambarkan empat cara utama di mana individu dapat menghasilkan pendapatan. Berikut adalah keempat kuadran tersebut:

E (Employee): Individu yang berada di kuadran ini menghasilkan uang dengan bekerja sebagai karyawan. Mereka bergantung pada gaji dan tunjangan yang diberikan oleh majikan mereka. Keamanan pekerjaan dan pendapatan yang stabil adalah karakteristik utama dari kuadran ini.

S (Self-Employed)/Small Business Owner: Individu di kuadran ini memiliki bisnis atau bekerja secara mandiri. Mereka menghasilkan uang dengan menjual produk atau layanan mereka sendiri. Ini bisa mencakup pemilik usaha kecil, profesional independen, dokter, pengacara, dan lain-lain. Kebebasan dan kontrol atas pekerjaan mereka adalah fitur kunci, tetapi mereka sering kali bertukar waktu dengan uang.

B (Business Owner): Di kuadran ini, individu memiliki bisnis yang cukup besar sehingga bisa beroperasi tanpa keterlibatan harian mereka. Mereka menghasilkan uang melalui sistem yang telah mereka bangun dan staf yang mengoperasikannya. Ini berbeda dengan S karena pemilik bisnis di sini tidak perlu hadir secara fisik untuk bisnis berjalan.

I (Investor): Kuadran ini berisi individu yang menghasilkan uang dari investasi mereka. Mereka menempatkan uang mereka untuk bekerja untuk mereka, mendapatkan pendapatan dari investasi seperti saham, obligasi, real estat, atau investasi lainnya. Orang-orang di kuadran ini sering memiliki pengetahuan keuangan yang kuat dan dapat menghasilkan uang apakah mereka secara fisik bekerja atau tidak.

Kalau dilihat dari sudut pandang tema, maka tema yang dibawakan oleh Robert Kiyosaki pada dasarnya adalah ilmu biasa seputar bagaimana cara mengatur keuangan pribadi.

Tetapi dia mengemasnya dengan cantik, dengan menambahkan cerita tentang Ayah Kaya dan Ayah Miskin, lalu mengenalkan semua framework yang disebut Cash Flow Quadrant ini.

Dave Ramsey misalnya, seorang penulis buku dan penasihat keuangan pribadi di Amerika, memiliki framework atau langkah-langkah dalam menyelesaikan hutang seseorang yang diberi nama Debt Snowball Method.

Increase motivation, consistency, and speed by following Ramsey’s five steps to debt-free living.

Saya sendiri memiliki framework untuk seorang content creator menjadi profitable. Namanya Profitable Content Creator Framework.

Apapun solusi yang Anda miliki, sebuah solusi akan memiliki langkah-langkah. Anda tinggal merumuskan langkah-langkah milik Anda tersebut secara lebih terstruktur dan menjadikannya sebuah Framework, lalu beri nama framework Anda tersebut.

Saya membuat framework di atas menggunakan Canva.

Berikut adalah teks yang telah diperbaiki sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang benar:

CARA MEMBUAT FRAMEWORK

Untuk membuat sebuah framework, ada beberapa langkah awal yang harus Anda ikuti:

  1. Tentukan 1 solusi spesifik yang hendak Anda buat Framework-nya. Anda mungkin menemukan berbagai cara untuk menyelesaikan masalah yang Anda hadapi.

    Misalnya cara untuk mencari income melalui internet, ada cara menggunakan dropshipping, MLM online, atau affiliate marketing. Pilih salah satu. Misalnya, Anda memilih Affiliate Marketing.

    Fokuskan ke sana dulu, jangan memperkenalkan lebih dari satu cara ke audience Anda karena mereka biasanya akan bingung memilihnya. Jangan menambah beban di kepala target market Anda. Anda harus punya opini yang kuat terhadap solusi yang Anda pilih dan kenapa Anda memilih hal ini. Sama seperti saya memilih menjadi seorang Rich Creator.

  2. Tentukan key component dalam solusi Anda. Biasanya, bahkan setelah Anda memilih 1 solusi, di dalam prosesnya, ada banyak sekali hal yang harus dikerjakan. Tugas Anda adalah memilah-milahnya menjadi mana yang benar-benar penting. Tanya ke diri Anda, apakah sebuah hal ini harus ada dan dilakukan atau tidak? Bagaimana kalau misalnya dibuang? Apakah solusinya masih valid?

    Kalau misalnya sebuah hal itu Anda buang, dan solusinya masih bisa tercapai, maka buanglah hal tersebut. Anda ingin benar-benar mencari langkah utama saja.

    Misalnya saya membuat tutorial untuk menulis buku ini, maka bisa ada 2 pilihan tools yang saya gunakan. Bisa menggunakan Microsoft Word atau juga Google Doc untuk menulis. Maka pilih satu, yang paling mudah yang bisa dilakukan oleh target market Anda.

    Anda bisa menggunakan teknik mind mapping untuk mengeluarkan semua isi kepala Anda sehingga lebih mudah untuk step ketiga berikutnya.

  3. Buat struktur Framework Di sini Anda harus mengatur urutan key component yang sudah Anda miliki di step 2. Buat struktur urutannya dengan logis dan efektif. Anda bisa juga menambahkan angka untuk menunjukkan urutannya seperti framework milik Dave Ramsey atau milik saya.

  4. Validasi Framework Ketika Anda sudah memiliki sebuah framework, saatnya menguji ke target market Anda. Bantu mereka, bimbing mereka menyelesaikan masalah mereka dengan langkah-langkah dari framework Anda.

    Di langkah ini, Anda bisa melakukannya secara manual ke teman-teman dan lingkungan terdekat Anda terlebih dahulu. Anda akan mendapatkan banyak feedback sehingga Anda bisa mengiterasi langkah-langkah yang sudah Anda susun di Framework Anda. Anda bisa menambahkan atau mengurangi hal yang dirasa tidak diperlukan. Atau bahkan menyederhanakan beberapa langkah yang membuat orang lain macet atau bingung di langkah tersebut.

  5. Beri nama Framework Setelah proses validasi selesai, maka langkah ini akan menjadikan framework Anda memiliki branding sendiri. Akan menjadi sebuah keunikan metode yang Anda ciptakan. Robert Kiyosaki menyebutnya sebagai Cash Flow Quadrant. Dave Ramsey menyebutnya Debt Snowball Method.

Untuk mencari ide-ide framework sesuai dengan bidang Anda masing-masing, Anda bisa browsing juga di Pinterest.com, banyak sekali framework, infografis dengan tema-tema spesifik. Sehingga tinggal Anda sesuaikan dengan framework milik Anda.

Nah sekarang, setelah Anda membuat Framework Anda, maka pertanyaan yang harus dijawab adalah, apakah Framework Anda ini laku dijual? Apakah masalah Anda ini cukup besar dan orang yang memiliki masalah ini mau membayar untuk mendapatkan solusinya. Banyak orang yang melewatkan bagian ini.

Satu cara yang bisa Anda gunakan untuk mengetahui jawabannya adalah dengan melemparkan framework ini ke target market Anda.

Kalau Anda mulai dari nol, tidak punya audience sama sekali, maka Anda bisa melakukan 2 hal:

  1. Masuk ke komunitas-komunitas yang menjadi target market Anda, dan berdiskusi di sana. Bagikan tips-tips yang ada di dalam framework Anda dan lihat respons orang di sana. Anda bisa mengukur antusiasme mereka dan bahkan bertanya, kalau misalnya Anda meminta mereka untuk membayar atas solusinya, apakah mereka mau?

    Kita akan melakukan testing lebih jauh di bab belakang dengan membuat sebuah landing page, tetapi sabar dulu ya :)

  2. Cara tercepat untuk melakukan testing ke market Anda bisa menggunakan Meta Ads (Facebook & Instagram) untuk mendatangkan target market Anda ke landing page Anda. Ini yang akan kita bahas di bab belakang nanti ya.

Di bab berikutnya kita akan bahas lebih dalam, bagaimana caranya Anda bisa membangun audience Anda sendiri. Membangun kolam orang-orang yang memang menjadi superfans Anda.

CHAPTER 3: Audience Building

Anda tentu tahu tentang LEGO. Mereka memiliki superfans yang luar biasa, dari anak kecil hingga dewasa. Bahkan, mereka memiliki komunitas atau tribe yang disebut Adult Fans of LEGO (AFOL) yang menghadiri konferensi bersama-sama. Bahkan, para superfans ini yang menyelamatkan LEGO dari kebangkrutan. Seorang superfans tidak akan membiarkan perusahaan yang dicintainya bangkrut. Mereka akan membelanya mati-matian. Itulah kenapa sangat penting mengerti fondasinya dan membangun tribe di bisnis Anda yang berisi para superfans Anda.

Jika Anda sedang berusaha membangun bisnis Anda sebagai seorang Rich Creator, maka superfans adalah aliran darah Anda yang akan membuat bisnis Anda tetap hidup. Ketika Anda membangun tribe yang berisi superfans, maka Anda sedang membangun sebuah brand atau bisnis yang tahan lama, yang bisa mengantar Anda menuju kesuksesan.

Di fase ini, ketika membangun tribe Anda, experience audience dengan personal brand Anda sangatlah penting, bahkan lebih penting daripada sekedar membeli traffic, atau mendapatkan follower, view, atau subscribe, atau bahkan yang sekedar membangun database customer.

Karena ketika Anda fokus membangun superfans Anda, maka mereka nanti akan bisa membantu Anda mendapatkan traffic lebih banyak, atau follower lebih banyak. Fokuslah pada siapa ideal market Anda, siapa superfans Anda, dan mereka akan mendukung Anda secara penuh.

Saya percaya dengan sebuah tulisan di tahun 2008, oleh Kevin Kelly, yang bercerita tentang 1.000 True Fans. Artikel ini meskipun ditulis di tahun 2008, tetapi masih tetap berlaku sampai hari ini. Kevin mengatakan bahwa jika Anda, atau bisnis Anda, hanya memiliki 1.000 orang superfans saja (definisi Kevin adalah fans yang membeli apapun yang Anda tawarkan), dan setiap orang memberikan profit $100 saja per tahun, maka Anda sudah memiliki bisnis milyaran.

Bagi Anda yang belum memiliki bisnis, bayangkan, 1.000 orang saja, per tahun, itu sangat bisa dilakukan. Tidak peduli apapun market Anda. Jika Anda hitung-hitung, maka cukup cari 1 orang saja per hari, setiap hari, maka dalam waktu 3 tahun, Anda akan mendapatkan 1.000 orang ini.

Bagi Anda yang sudah memiliki bisnis, ini keren banget kan? Bayangkan, Anda memiliki 1.000 orang yang terus membeli apapun yang Anda tawarkan, dan bahkan mereka dengan senang hati mempromosikan bisnis Anda kepada teman-temannya.

Superfans journey

Ketika Anda belajar tentang Digital Marketing, tentu sering mendengar banyak istilah seputar Funnel dan Traffic. Bagaimana cara mengubah traffic yang datang ke website kita menjadi customer kita. Bagaimana mengubah Cold Market ke Warm Market dan akhirnya menjadi Hot Market.

Cold Market adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang belum mengenal Anda, bisa disebut juga sebagai strangers atau orang asing. Seringkali ini dianggap sebagai tantangan terbesar karena Anda harus membangun awareness dan trust ke orang-orang yang belum mengenal Anda.

Warm Market adalah orang-orang yang sudah mengenal Anda dan follow Anda di social media, atau subscribe di email list Anda. Ini lebih mudah dijangkau karena mereka sudah mengenal Anda.

Hot Market adalah orang-orang yang sudah menjadi customer Anda, sudah pernah membeli produk Anda. Hot Market ini adalah orang-orang yang paling berharga. Mereka adalah pelanggan setia Anda. Mereka cenderung memiliki kepercayaan dan kesetiaan yang tinggi dan seringkali bersedia untuk melakukan pembelian ulang atau mengajak teman mereka untuk membeli dari Anda.

Strategi Funnel biasanya digunakan untuk proses mengubah Cold ke Warm ke Hot ini. Tetapi kali ini, saya tidak ingin menggunakan istilah ini karena menurut saya istilah ini terlalu kaku dan kurang relevan lagi dalam konteks customer journey membangun sebuah Tribe. (Anda tetap butuh Funnel untuk melakukan konversi).

Jika dulu Funnel menaruh customer di akhir, sekarang customer adalah pusat dari customer journey.

Dan jika dulu tugas kita sebagai marketer adalah mengubah cold market hingga menjadi hot market, sekarang saya menggunakan proses Strangers menjadi SuperFans, di mana urutannya adalah sebagai berikut:

Strangers, orang asing, yang biasanya disebut sebagai cold market. Mereka tidak mengenal Anda sama sekali meskipun mungkin mereka memiliki interest dengan apa yang Anda lakukan.

Follower Passive, ini adalah orang asing yang baru saja follow akun Anda. Mereka bisa menemukan Anda di social media, karena dua hal. Yaitu karena Anda memasang iklan sehingga mereka melihat iklan Anda di timeline mereka. Atau yang kedua adalah karena banyaknya audience Anda yang berinteraksi dengan sebuah postingan Anda sehingga hal tersebut memicu algoritma dari platform yang Anda gunakan untuk menampilkan postingan tersebut ke orang lain dalam bentuk suggested post, atau trending post.

Di level ini awareness akan keberadaan Anda baru terbentuk. Mereka sudah mulai tertarik dengan konten yang Anda post. Mereka masih berada di tahap yang sangat awal sekali dan jauh dari status seorang superfans. Tugas Anda di sini adalah menciptakan sebuah trigger yang membuat mereka mengerti bahwa mereka berada di tempat yang benar, bahwa ada sesuatu yang Anda tawarkan yang berguna bagi mereka. Yang mengajak mereka menjadi lebih aktif.

Follower Active, di fase ini, follower passive Anda mulai berinteraksi dengan Anda, mereka mulai penasaran dengan konten Anda, dan mereka merasa nyambung dengan apa yang Anda sampaikan. Ketika Anda memposting sebuah konten, mereka rela menginvestasikan waktunya untuk berinteraksi dengan Anda.

Fans, ketika sudah menjadi Fans, mereka akan mulai lebih banyak berinteraksi dengan Anda. Di fase ini ditandai dengan mereka mulai mengirimkan pesan (DM) kepada Anda. Bertanya lebih banyak dan detail kepada Anda. Tugas Anda adalah merespons mereka dengan baik, itu akan membangun hubungan yang kuat dengan audience Anda.

SuperFans, inilah goal Anda, di mana mereka sangat mengerti dengan Anda, mereka mengikuti semua konten Anda dan mereka support Anda. Di sini mereka sudah di tahap apapun yang Anda tawarkan, mereka akan membelinya, dan bahkan akan membantu Anda tanpa syarat ketika Anda butuh bantuan. Bahkan di sini mereka mulai bisa membuat nama untuk mereka sendiri, seperti misalnya ada “Apple Fan Boy” untuk Apple atau “Beliebers” untuk superfans dari Justin Bieber, dan sebagainya.

Perjalanan audience Anda dari seorang strangers menjadi superfans membutuhkan waktu. Butuh kesabaran. Justru karena itu, tidak banyak orang yang mau repot-repot untuk menginvestasikan waktunya membangun superfansnya. Dan ketika Anda melakukannya, bisnis Anda akan melejit melebihi kompetitornya.

Banyak orang menganggap audience hanyalah sebuah traffic dan setelah itu conversion. Ya, memang traffic itu penting, conversion juga penting, tetapi di zaman sekarang engagement atau interaksi adalah yang paling penting. Tetapi engagement-nya harus yang sesuai dengan topik Anda ya. Jangan engagement yang tidak ada artinya. Misalnya market Anda adalah ibu-ibu yang melahirkan, tetapi tiba-tiba Anda memposting video viral kucing lucu dan mendapatkan 1.000 komentar mengatakan ‘ihhhh lucunya’. Ini tidak ada artinya.

Engagement giveaway juga buat saya tidak bagus. Saya hampir tidak pernah melakukan giveaway.

Engagement yang saya cari adalah engagement diskusi mendalam tentang topik yang memang Anda bawakan. Akan lebih bagus lagi kalau engagement yang terjadi sudah menggunakan bahasa slang dari niche Anda.

Misalnya di audience saya tiba-tiba menyebut kata niche, tripwire, funnel. Ini bagus sekali karena artinya mereka sudah mengerti bahasa saya.

Bagaimana caranya mendapatkan engagement? Jawabannya sederhana, berikan value lebih ke audience Anda.

“Dan saya belum memiliki banyak followers.”

Jawabannya tetap sama, ciptakan value.

Ingat satu hal, bahwa audience Anda tidak menjadi superfans Anda ketika mereka pertama kali bertemu dengan Anda. Mereka berubah menjadi superfans ketika mereka mengalami momen-momen tertentu yang Anda ciptakan seiring waktu, dan menjadi AHA Moment bagi mereka.

Dan ketika itu terjadi, maka audience Anda akan bertransformasi menjadi superfans, yang ujung-ujungnya, jelas akan membeli produk Anda lebih banyak atau lebih sering.

That’s your goal!

JOINING THE CONVERSATION

Untuk membawa strangers menjadi superfans, tahap paling awal adalah menemukan mereka, membuat konten untuk mereka sehingga mereka mulai menyadari keberadaan Anda. Kita menyebutnya dengan awareness.

Ada 3 strategi yang sering saya gunakan untuk menciptakan awareness.

  1. Pantau Trending Topik. Tugas Anda adalah, mencari apa topik yang sedang ramai dibicarakan target market. Kemudian menggunakan topik tersebut dan mengarahkannya menjadi topik yang masih berhubungan dengan bidang bisnis Anda.

  2. Bertanya ke Audience Anda. Ini teknik yang sangat sering saya gunakan di Instagram saya. Anda bisa menggunakan ini di platform apapun, email database, atau social media. Kebetulan platform interaksi yang saya gunakan adalah Instagram.

    Saya sering posting Instagram Stories yang isinya adalah “Ask Me Anything About”. Atau misalnya “Apa tantangan terbesar Anda tentang…”, Di mana dari jawaban yang masuk, saya jadi memiliki ide yang luar biasa banyak untuk membuat konten atau produk saya berikutnya. Dan audience saya menyukai konten saya, karena sebenarnya konten saya adalah jawaban dari pertanyaan mereka sendiri.

  3. Tatap Muka. Saya menggunakan ini ketika saya mau membangun Tribelio. Saya perlu melakukan market research. Saya harus tahu apa kebutuhan market dengan tepat. Apa yang menjadi problem mereka, apa yang menjadi kebutuhan mereka. Apa alasan mereka memilih platform tertentu untuk komunitas mereka. Semua saya catat dengan detail.

    Saya pernah dan sering memulai bisnis berdasarkan ide saya sendiri. Hasilnya sudah terlalu sering, saya rugi ratusan juta bahkan miliaran. Saya tidak boleh mengambil risiko dan berlagak sok pintar dengan semua ide saya sendiri. Saya harus mengambil keputusan dengan data. Sehingga proses ketiga ini sangatlah penting.

    Banyak orang yang datang ke saya, dengan berbagai problem bisnisnya, ketika saya tanya ‘apa problem dari marketmu’. Hampir semua, tidak tahu jawabannya.

    Ini problem terbesar bisnis Anda. Bukan di market Anda tetapi di diri Anda ketika melewatkan step ini.

Ketika Anda menjalankan strategi ini, Anda akan mulai mendapatkan banyak interaksi, pertanyaan, komentar di postingan Anda. Luangkan waktu untuk menjawab pertanyaan mereka. Karena itulah awal proses membangun hubungan dengan audience Anda. Anda perhatikan saya sangat sering membalas komentar di Instagram dan YouTube saya. Dan hampir semua DM saya balas sebisa mungkin (kecuali yang spam, atau mengemis minta pinjaman uang).

Mereka akan melihat Anda sebagai sosok yang ternyata hangat, dan peduli kepada mereka. Maka sebaliknya, mereka akan mulai peduli dengan Anda.

DISCUSSION

Langkah berikutnya, untuk mengajak mereka menjadi lebih aktif, adalah dengan mengajukan pertanyaan. Saya menggunakan teknik ini untuk bertanya kepada audience saya misalnya, logo Tribelio yang mana yang mereka suka, warna apa yang mereka suka, desain T-shirt apa yang mereka suka, warna judul buku Black Book series ini dan sebagainya. Mereka akan mulai berinteraksi kepada Anda, dan ternyata, hasilnya memang luar biasa.

Meskipun mungkin Anda sudah tahu jawaban atas pertanyaan Anda, atau misalnya saya sudah punya team designer, tetapi melibatkan audience Anda akan membuat mereka merasa dekat dengan Anda dan brand Anda.

Bahkan cara ini juga cukup menarik ketika Anda melakukan voting untuk misalnya T-Shirt of The Month. Dan setelah itu, T-shirt dengan hasil vote paling banyak, Anda cetak secara terbatas dan audience Anda terutama yang vote, akan berebutan membelinya.

Pernah suatu kali di awal saya membangun Tribelio, salah satu topik diskusi di konten saya yang hasilnya cukup viral adalah CHALLENGE. Saya posting beberapa kali, topik Challenge ini dan ternyata komentar yang masuk luar biasa banyak, rata-rata di 300-500 total comment per post. Engagement-nya luar biasa. Saya menggabungkan dua teknik di sini sebenarnya, yang pertama adalah ini topik diskusi yang cukup menarik, membuat penasaran audience saya.

Contohnya adalah, kalau Anda harus mulai dari awal lagi dengan modal 1 juta, apa yang akan Anda lakukan untuk mendapatkan income 10 juta per month?

Banyak sekali yang menjawab, dan idenya adalah kolaborasi ide, di mana yang mengerti caranya, akan menjawab, dan yang belum, mereka bisa belajar banyak dari jawaban-jawaban yang diposting.

Teknik kedua, ini level tingkat tinggi ya, adalah seeding. Saya sedang menyemai ide ke otak audience saya tentang kata challenge dan kualitas challenge yang saya buat. Banyak komentar yang masuk mengatakan ‘wah benar-benar harus memutar otak nih kalau jadi follower Denny”.

Intinya adalah, strategi saya sudah benar. Saya sedang menyebarkan ide tentang challenge, karena di 2 bulan berikutnya, saya benar-benar meluncurkan yang namanya 30 Days Build-A-Tribe Challenge. Di mana dalam 30 hari, setiap hari akan dipandu melakukan langkah-langkah yang diperlukan dengan detail untuk membangun Tribe Anda yang pertama. Goalnya simple, setelah mengikuti semua langkah yang ada, bersama dengan group yang lain sehingga bisa saling support, maka Anda akan memiliki tribe Anda.

Tribe Anda akan memiliki goal yang jelas, mereka support Anda, Anda bisa mengembangkannya dan bahkan membangun bisnis Anda dari situ. Anda akan mulai mendapatkan income dari situ.

BEHIND THE SCENE

Instagram stories adalah platform yang sangat powerful apabila Anda ingin menampilkan cerita di belakang brand Anda. Pada umumnya, orang-orang selalu merasa kepo, ingin tahu, apa yang sebenarnya terjadi di belakang layar. Ketika Anda menunjukkan perjuangan Anda dan team Anda untuk melayani audience Anda. Mereka akan berempati terhadap Anda. Bahkan mereka akan berjuang bersama Anda dan tidak membiarkan Anda gagal.

Saya juga sering memposting perjuangan team saya ketika membangun platform Tribelio, di Instagram stories saya. Dan saya membawanya ke level berikutnya dengan menambah seorang videographer full time sebagai team saya untuk mendokumentasikan semua hal yang terjadi di kantor untuk dikemas menjadi konten behind the scene ini.

Pada awalnya saya melakukan ini karena memang saya sendiri suka berbagi dan banyak konten berharga ketika saya dan team melakukan diskusi internal. Misalnya bagaimana sih strategi pricing Tribelio. Atau ketika kita mau launch, bagaimana sih caranya untuk mengemas offer atau penawaran yang menarik.

Berawal dari niat untuk berbagi, tetapi ternyata hasilnya luar biasa sekali kan. Banyak komentar yang masuk, dan malah membuat impact ke audience saya.

EVENT

Komunitas online memang penting, tetapi bertemu sesama member yang lain, tidak kalah pentingnya. Kalau Anda serius ingin membangun Tribe Anda, maka buatlah event secara reguler.

Ketika dulu membangun DigitalMarketer.id, saya mempunyai banyak event, mulai dari sekedar gathering, makan malam, workshop, nonton bareng, gala dinner, sampai mastermind. Networking yang terjadi, memperkuat hubungan antar member di komunitas. Dan ketika membangun Tribelio, saya juga masih memiliki event, bahkan sering mengadakan event gathering untuk para creator dan para affiliate di kantor Meta (Facebook) di Jakarta.

Ingatlah bahwa ketika membangun komunitas, itu semua Anda bangun untuk mereka, bukan untuk Anda. Berikan spotlight ke member Anda. Berikan penghargaan atas hasil yang telah mereka capai. Cari cara untuk membuat mereka merasa dihargai.

TARGET MARKET

Sebelum membahas tentang konten, selalu hal yang paling utama adalah menentukan siapa yang menjadi target market Anda. Anda tidak bisa membuat konten secara acak, untuk semua orang. Audience Anda tidak akan terbentuk dengan cara itu.

Di 2009, ketika saya baru mulai bermain Twitter, saya tidak mengerti tentang hal ini. Fokus saya adalah ’ngonten’.

Apapun saya post di Twitter saya. Topik apapun. Mulai dari bisnis, karena saya memang suka bisnis, lalu fitness, kesehatan, suplemen, karena ini bisnis saya, bahkan sampai ke topik relationship.

Follower saya tidak naik. Sehingga saya memutuskan untuk mulai meng-endorse kecil-kecilan. Follower naik, 200, besoknya hilang 20, besoknya hilang lagi 30. Sangat naik turun.

Sampai akhirnya saya memutuskan untuk menurunkan ego saya bahwa saya posting konten yang saya suka dan bisa, menjadi saya posting konten fokus ke 1 hal saja. Saya menyebut diri saya ‘Fat Loss Expert’. Saya memiliki sertifikasi di sport nutrition. Saya juga membantu client menurunkan berat badannya. Akhirnya follower saya mulai naik dengan konsisten.

Saat itulah saya baru berani melakukan paid promote lebih agresif lagi karena audience saya sudah sangat spesifik dan mereka pun membeli produk saya. Saya menghabiskan lebih dari 50 juta sebulan paid promote para KOL di Twitter saya di tahun 2011 -2012-an.

Dari sini, Anda perlu menentukan, siapa yang menjadi target market Anda. Siapa orang-orang yang Anda dengan happy mau Anda layani?

MOVEMENT & IDENTITY SHIFT

Saya ingin bertanya kepada Anda, kalau Anda berjualan gitar, siapa target market Anda?

Pertanyaannya simple, dan saya seringkali melemparkan pertanyaan ini di YouTube saya maupun di kelas.

Maka jawaban yang saya dapatkan adalah, gitaris, orang yang hobby music, bahkan ada yang jawab pengamen….

Well, ketika saya tanya balik, emang yang disebut gitaris itu belum punya gitar? Kebanyakan kan sudah memiliki gitar kan, makanya disebut sebagai gitaris.

Pengamen juga sudah memiliki gitar kan, kalau belum memiliki gitar Namanya bukan pengamen, tetapi pengemis….

Gitaris, pengamen atau siapapun yang Anda sebut di sini, mereka memang ideal market Anda, dan benar. Mereka merupakan ideal market Anda.

Tetapi ada satu problem ketika Anda ingin membesarkan bisnis Anda. Anda harus bisa menambah jumlah ideal customer Anda. Karena Anda tidak bisa menjual gitar hanya ke gitaris saja.

Gitaris adalah sebuah identitas ideal customer Anda. Untuk menjual banyak gitar, maka Anda harus menawarkan gitar Anda ke orang awam yang ingin menjadi gitaris. Tetapi problemnya adalah gimana caranya kita menemukan orang awam yang ingin menjadi gitaris?

Inilah yang saya sebut dengan sebuah Mindset Shift. Bagaimana membuat seorang yang awam, memiliki perubahan mindset, dan akhirnya menjadi gitaris, atau hobby gitar.

Mindset Shift akan terjadi ketika seseorang terekspos terhadap sebuah pengetahuan tertentu. Dan di dunia digital, pengetahuan tersebut adalah konten. Apapun yang Anda lihat, baca, tonton, dengar, di YouTube, atau social media yang lain, atau podcast, atau apapun itu. Maka itulah konten.

Anda harus membuat konten yang tepat yang membuat orang awam jadi tertarik menjadi seorang gitaris.

Sebagai contoh, Anda bisa mentarget anak-anak SMA, dan Big Ideanya adalah, Anda akan mudah menarik minat cewek kalau Anda bisa bermain music, terutama gitar.

Maka dari situ, Anda menjual sebuah tutorial cara bermain gitar. Nah anak-anak muda yang tertarik dan membeli tutorial Anda, kan tidak mungkin hanya membeli tutorialnya saja tanpa membeli gitarnya kan. Dari sini Anda bisa meningkatkan ketertarikan orang akan produk Anda yaitu gitar.

Itulah yang disebut dengan perubahan identitas atau saya menyebutnya dengan Identity Shift. Ini adalah salah satu strategi yang paling powerful di dalam teknik marketing.

Kita sebagai manusia memiliki beberapa identitas. Bukan dalam konteks kepribadian ganda tentunya, tetapi ketika diasosiasikan dengan konteks tertentu seperti misalnya, agama, Anda akan mengatakan ‘saya seorang muslim, kristen, etc’. Dalam konteks product, ‘saya adalah Apple Fans Boys’ misalnya. Saya seorang dokter, saya seorang polisi, saya seorang entrepreneur, saya seorang ayah atau ibu, saya seorang anak bagi orang tua saya.

Kalau Anda bisa membangun sebuah identitas customer Anda terhadap produk Anda maka apapun yang Anda tawarkan akan dikonsumsi oleh customer Anda. Karena itu bagian dari diri mereka.

Contoh berikutnya adalah kalau Anda berjualan suplemen catering untuk diet. Kalau Anda hanya fokus ke produk saja, maka Anda akan kesulitan untuk memikirkan ide untuk mengembangkan bisnis Anda.

Mulai pikirkan siapa ideal customer Anda. Dalam kasus ini adalah orang-orang yang memiliki gaya hidup sehat.

Maka beranjak dari identity tersebut, kita mulai memetakan apa saja Mindset Shift dalam bentuk konten yang bisa disusun, sehingga bisa membawa orang yang biasa-biasa saja menjadi tertarik dan mengikuti gaya hidup sehat.

Bisa mulai dari YouTube atau Instagram untuk konten gratisnya, dan kemudian buku untuk konten yang mulai berbayar tetapi lebih murah. Kemudian dilanjutkan dengan workshop, dan lain-lain untuk konten yang lebih mahal.

Setelah itu, dicari tahu lagi, produk apa saja yang bisa menunjang kegiatan sehari-hari orang tersebut di dalam menjalankan gaya hidup sehatnya. Bisa mulai dengan diet sehat, suplemen, gym, coaching, dan lain-lain.

Nah ketika Anda membangun ini semua maka jelas omzet bisnis Anda akan melejit luar biasa, dibandingkan kalau Anda hanya mau berpikir tentang produk saja.

Banyak orang memulai semuanya dengan sebuah produk. Padahal kunci rahasianya adalah sebuah identitas.

Identitas adalah perekat customer Anda sehingga mereka tidak mudah berpaling ke produk kompetitor meskipun lebih baik atau lebih murah. Kalau Anda sudah mengatakan Anda adalah seorang Apple Fans Boy, maka Anda engga akan mau ditawari produk merk lain meskipun produk lain tersebut lebih baik atau lebih murah. Anda akan mati-matian membela brand yang menjadi identitas Anda.

Kalau Anda mengatakan diri Anda adalah superfans dari Harry Potter, atau collector Harry Potter, maka apapun yang dijual oleh mereka, akan Anda membelinya, karena masa collector tapi ketinggalan produknya atau tidak memiliki produknya secara lengkap?

BUILDING THE IDENTITY

Mengubah sebuah identitas membutuhkan perubahan mindset atau Mindset Shift. Ada hal penting yang dibutuhkan untuk melakukan proses perubahan Belief ini:

Education, ketika Anda berjualan suplemen fitness seperti saya, maka untuk mengajak orang bergeser dari orang yang biasa-biasa saja menjadi orang yang peduli kesehatan, membutuhkan proses edukasi. Mulai dari konten di YouTube, buku, kelas-kelas workshop, sampai fasilitas seperti lomba fitness.

“Sebuah segmen market adalah sekumpulan orang yang terekspos oleh sebuah edukasi tertentu”.

Sehingga apabila Anda bisa memberikan edukasi tertentu ke sekumpulan orang tertentu, Anda sedang menciptakan market Anda sendiri. Dan itulah peran dari seorang Rich Creator.

Dengan konten edukasi, seorang Rich Creator bisa menciptakan marketnya sendiri. Bahkan dengan budget yang tidak terbatas.

Setelah sekumpulan orang tersebut terekspos dengan sebuah edukasi tertentu, mereka akan memiliki sebuah identitas tertentu.

Sebuah identitas sederhananya adalah, bagaimana Anda memanggil audience Anda, dan ketika seseorang menggunakan identity tersebut, mereka akan menggunakan produk yang Anda tawarkan.

Hari ini saya memiliki Identitas Rich Creator untuk Tribe saya.

Awal mulanya, saya tidak langsung menemukan identitas “Rich Creator” ini.

Di awal Tribelio saya bangun, konsepnya adalah komunitas. Makanya namanya berasal dari kata Tribe yang artinya adalah suku.

Bagi saya waktu itu, komunitas adalah the future of marketing. Saya membuat identitas “Tribe Hacker” waktu itu.

Goalnya adalah ketika komunitas Anda sudah mulai terasosiasi dengan sebuah identitas, maka mereka akan memulai sebuah gerakan melawan sesuatu atau menuju ke sesuatu.

Tribe hacker karena konsepnya adalah komunitas, maka untuk melawan sesuatu, saya membutuhkan yang namanya Public Enemy atau Musuh Bersama.

Waktu itu saya memilih musuh bersamanya adalah “List Builder”. Orang yang hanya mengumpulkan database nama untuk di-broadcast saja. Kurang bagus apabila dibandingkan dengan komunitas. Harapan saya adalah orang-orang yang berpikir untuk mengumpulkan database untuk bisnisnya ini bisa bergerak ke level berikutnya dengan membangun sebuah komunitas.

Tetapi problem muncul, di Indonesia, orang tidak peduli komunitas untuk membangun sebuah bisnis. Mindset- nya adalah ’tunjukkan di mana uangnya’. Jadi ketika membangun komunitas, pikiran mereka ya untuk dijual produk-produk mereka, bukan untuk sebuah movement.

Dan parahnya adalah, musuh bersamanya, List Builder tidak dikenal oleh market.

Mereka bahkan tidak paham apa yang dimaksud dengan List Builder. Sehingga strategy ini tidak mendapatkan hasil.

“Ok, cara ini tidak berhasil, apa ya yang bisa dijadikan public enemy sehingga bisa menggerakkan orang?”, pikir saya.

Berikutnya saya berpikir bahwa mungkin banyak orang tidak bergerak karena memiliki sebuah mental block. Maka saya menciptakan sebuah public enemy baru terhadap ‘mental block’ yang saya sebut sebagai Chicken Mindset.

Ternyata market bisa terima, topik ini menjadi viral di social media, dan banyak orang menggunakan istilah Chicken Mindset ini di kehidupan mereka sehari-hari.

Tapi ternyata ketika mereka sudah mengadopsi konsep ini, gerakan berjalan, problem utamanya adalah hal ini tidak membuat mereka menggunakan Tribelio.

Jadi saya berpikir lagi, apa ya identitas baru lagi, yang bisa membuat mereka bergerak dan ketika dalam prosesnya, mereka akan menggunakan Tribelio.

Proses ini cukup lama, membutuhkan saya waktu 4 tahun untuk menemukannya, karena tidak ada mentor atau coach yang membimbing saya dan mengarahkan langkah saya.

Akhirnya saya menganalisa ulang. Siapa sih sebenarnya target market saya.

“Target market saya adalah orang-orang seperti saya. Seperti seorang Denny Santoso.”

“Denny Santoso itu apa? Seorang Content Creator.”

“Lalu gerakannya ke mana? Apa yang diinginkan?”

“Well, saya ingin punya duit banyak, pengen jadi kaya, pengen jadi Rich”

Dari sini-lah saya menemukan istilah Rich Creator. Rich Creator adalah seorang content creator yang bisa menghasilkan income di atas 100 juta per bulannya, dengan menjual expertisenya dalam bentuk konten. Bukan nunggu untuk di-endorse. Bagi seorang rich creator di-endorse adalah bonus.

Gerakan yang dibentuk adalah dari seorang content creator bergerak menjadi Rich Creator. Karena saya percaya bahwa seorang content creator secara umum itu tidak punya uang.

Saya menemukan identitas audience saya di sini, dan setelah itu saya test ke market, membuat cerita di social media, dan ternyata orang-orang menangkap idenya dan mulailah cerita itu bergerak.

Banyak creator mulai menggunakan istilah Rich Creator di konten mereka.

Bahkan saya membuat sebuah event setiap bulan di kantor Meta tentang Rich Creator. Saya memperkuat identitas tersebut dengan memberikan t-shirt Rich Creator ketika mereka datang di event saya tersebut. Dan untuk Affiliate, saya membagikan t-shirt dengan tulisan “I convert Story to Profits”.

Ketika Anda melakukan ini semua, member Anda akan bangga ketika menggunakannya dan mereka bisa mengerti movement apa yang sedang mereka perjuangkan bersama-sama.

Breaking 4-Minute Mile

Tanggal 6 Mei 1954 merupakan hari bersejarah bagi Roger Bannister, seorang atlet asal Inggris. Hari itu ia memecahkan rekor lari satu mil dalam waktu 3 menit 59,4 detik. Sebelumnya tidak ada yang bisa sampai di garis finish secepat itu. Tetapi begitu rekor tersebut tercatat untuk pertama kalinya, semua orang tersadar bahwa ternyata secara fisik manusia mampu, lho, melakukan hal tersebut. Dan hanya dalam waktu 46 hari berikutnya, rekor tersebut sudah terpecahkan oleh orang lain lagi. Padahal sebelumnya tidak ada yang pernah bisa melakukannya.

Situasi ini diadopsi dalam strategi marketing dan biasa diterapkan di dalam bisnis asuransi dan bisnis berskema MLM. Mereka membuat tangga-tangga achievement. Ketika member mendapatkan omzet dalam rentang angka tertentu, perusahaan memberikan reward tertentu, bahkan diberi kesempatan untuk naik panggung. Mereka berbagi cerita, termasuk jatuh bangun yang mereka alami ketika mencari downline. Kelompok member yang belum mencapai pencapaian tersebut, yang masih merasa kesulitan untuk mencapai target, bisa melihat bahwa target itu sebenarnya bisa dicapai.

Prinsipnya simple, kalau mereka bisa, saya juga bisa. Dan proses awarding ini juga menguatkan movement-nya. Karena selain uang, manusia juga sangat membutuhkan rasa diakui. Recognition! Ketika mereka diajak naik ke atas panggung, diberi award, mereka akan bekerja lebih keras.

Win-win solution buat perusahaan. Yang sudah berhasil akan bekerja lebih keras, dan yang belum berhasil akan melihat bahwa orang lain ternyata bisa mencapainya dan mereka juga akan bekerja lebih keras.

Di dalam sebuah movement, idealnya adalah kalau Anda bisa menciptakan progress seperti ini sehingga para member dari tribe Anda merasa mereka ada kemajuan selama menjadi tribe member Anda. Karena awalnya adalah semua member bergabung karena memiliki 1 tujuan yang sama, saling membantu untuk mencapai Dream mereka.

Di Tribelio, saya memberikan award berupa plakat kepada orang-orang yang berhasil menjual online course-nya di Tribeversity sebanyak $1.000, $10k dan $100k.

Kemudian saya memberikan panggung juga kepada mereka untuk berbagi, sharing kepada member-member yang lain.

Saya memberikan ‘status’ dan ‘recognition’ kepada mereka :)

COMMUNITY DRIVES MOVEMENT

Saya pernah nonton video tentang dua surfer yang concern terhadap sampah yang mencemari laut dan pantai. Ceritanya, Alex Schulze dan Andrew Cooper datang ke Bali untuk berselancar menantang ombak. Tapi, bukannya senang karena menikmati liburan, hati mereka tergugah melihat begitu banyaknya sampah plastik yang mengotori laut dan pantai di sana. Siang itu mereka melihat seorang nelayan susah payah mendorong perahunya menembus tumpukan sampah plastik yang sudah terbawa ombak ke pinggir pantai.

Saat itu juga terbitlah gagasan untuk menciptakan sesuatu yang bisa mendanai kegiatan pembersihan sampah, hingga kemudian lahirlah 4Ocean Bracelet. Gelang yang tampak sederhana ini terbuat dari sampah plastik yang sudah didaur ulang dengan teknologi tinggi. Satu untai gelang mampu membersihkan 1 pound (sekitar 0,5 kg) sampah dari lautan dan pesisir pantai.

Dalam sekejap, gerakan membersihkan sampah plastik ini menyebar ke banyak negara. Sampai hari ini 4Ocean sudah beroperasi di 16 negara. Ini sudah menjadi movement yang mendunia. Dalam waktu kurang dari 2 tahun, 4Ocean telah membersihkan lebih dari 5,4 juta pound sampah dari laut dan pantai. Orang tidak lagi melihat harga gelang senilai 20 dolar AS. Yang mereka lihat adalah goal besar dari 4Ocean.

Ketika Anda true fans Anda sudah memiliki sebuah identitas dan gerakan, maka komunitas atau tribe akan memperkuat hal tersebut. Ini pentingnya sebuah tribe. Anda lihat sekali lagi, ketika di agama-agama, untuk memperkuat identitas atau iman dari pesertanya, mereka mengadakan perkumpulan-perkumpulan doa. Dan ketika semuanya ini bergerak bersamaan, maka bisnis Anda akan berjalan dengan cukup kuat.

Identity Shift merupakan strategi terpenting. Memang butuh waktu untuk mendesain semua strategi ini, tetapi jika Anda bisa melakukannya, Anda tidak lagi mudah disaingi oleh orang lain, karena Anda sudah naik kelas, tidak berkompetisi di level fungsi produk dan harga lagi melainkan di level sebuah gerakan.

BELIEF FRAMEWORK

Kalau Anda sudah membaca buku saya yang berjudul Content Creator Black Book, tentu Anda masih ingat tentang Belief Framework (silahkan dibaca ulang kalau lupa, bisa order di ContentCreatorBlackBook.com).

Untuk membangun Audience yang kuat, Anda harus memahami yang namanya Belief Framework ini.

THE MESSENGER

Bayangkan messenger seperti seorang nabi, seorang pembawa pesan. Messenger akan berjalan kemana-mana, menyebarkan pesan-pesan khusus, dan orang-orang berkumpul untuk mendengarkan.

Ini adalah konsep yang sangat penting.

Hidup sebagai messenger di mana kehidupan Anda adalah impian dari Audience Anda. Tidak peduli apapun topik yang hendak Anda sampaikan, pastikan Audience Anda menginginkan untuk bisa menjadi seperti Anda. Ketika saya menulis buku ini, Rich Creator Black Book. Saya sendiri sudah menjalani kehidupan saya sebagai seorang Rich Creator.

Sebagai seorang messenger, Anda harus yakin terhadap apapun yang Anda katakan. Anda tidak akan bisa menjadi seorang messenger kalau Anda sendiri ragu terhadap opini Anda sendiri kan. Goal Anda sebagai seorang messenger adalah untuk mengarahkan orang lain menuju ke DREAM atau mimpi mereka.

THE DREAM

Langkah kedua dalam membangun Audience Anda adalah dengan menentukan apa yang menjadi mimpi Audience Anda.

Saya dengan Tribelio, memiliki mimpi besar bagi Audience saya yaitu entah menjadi Rich Creator atau menjadi Super Affiliate.

Rich Creator goal akhirnya adalah bisa menghasilkan 100 juta per bulan sebagai content creator yang menjual konten. Bukan menunggu pendapatan dari brand endorsement. Endorse atau sponsor itu tidak masalah, tetapi karena itu tidak stabil, tidak pasti, maka Rich Creator menganggap itu adalah bonus. Bukan sumber pendapatan utama mereka.

Super Affiliate juga sama, di mana mereka bisa mendapatkan private deal untuk mempromosikan produk Rich Creator dan bisa mendapatkan komisi yang sangat besar. Masih ingat kan cerita saya di mana saya mempromosikan produk membuat kursus online dan mendapatkan komisi lebih dari 100 juta hanya dalam waktu seminggu saja.

Nah dengan menentukan apa yang menjadi mimpi dari Audience Anda, maka mereka akan dengan jelas mengikuti langkah-langkah yang Anda bagikan. Mereka akan mengikuti solusi-solusi yang Anda berikan. Karena mereka semua menginginkan hal yang sama.

Besar atau kecilnya mimpi tersebut bukanlah sebuah masalah. Audience Anda hanyalah menginginkan sesuatu bagi diri mereka. Tugas Anda adalah menunjukkan kepada mereka bahwa Anda tahu caranya dan terbukti berhasil.

Jika Anda masih baru memulai, maka Anda bisa membantu client Anda untuk berkonsultasi dengan Anda secara gratis. Ketika Anda berhasil membantu client Anda mencapai mimpinya, dengan gratis, maka Anda akan memiliki portofolio keberhasilan Anda dan ini akan menguatkan posisi Anda sebagai seorang messenger.

NEW OPPORTUNITY

New Opportunity adalah sebuah peluang baru di mata Audience Anda untuk mencapai mimpi mereka.

Ketika Steve Jobs memperkenalkan iPod pertama kali pada Oktober 2001, itu adalah sebuah New Opportunity. Sebuah MP3 Player dengan kapasitas 1.000 lagu, daya tahan baterai 10 jam, dan berat hanya 185 gram.

iPad juga merupakan sebuah New Opportunity yang diperkenalkan oleh Steve Jobs, di mana ia memberikan ide baru ketika orang ingin bersantai di rumah dan menikmati konten atau entertainment. Laptop terlalu besar dan terasa seperti sedang bekerja, sedangkan iPhone layarnya terlalu kecil untuk digunakan menonton film.

Diet OCD yang diperkenalkan oleh Deddy Corbuzier juga serupa. Orang di Indonesia mengenal puasa sebagai bagian dari ritual religius. Di Amerika, ada pola diet yang disebut Intermittent Fasting. Deddy mengemas konsep ini dengan nama OCD dan memperkenalkannya di Indonesia sebagai sebuah metode diet baru.

Dalam kasus saya, mungkin selama ini mereka sudah mencoba berbagai cara untuk mendapatkan pendapatan melalui internet, seperti menjadi reseller, ikut MLM, atau melakukan dropshipping. Dan saya menawarkan peluang baru, yaitu menjadi seorang Rich Creator, di mana mereka bisa menciptakan produk digital mereka sendiri dan menghasilkan ratusan juta dari situ.

Psikologi manusia adalah “rumput tetangga selalu lebih hijau.” Dengan strategi New Opportunity ini, Anda membuat “rumput” Anda lebih hijau dibandingkan milik mereka, sehingga banyak orang akan tertarik mencoba hal baru yang Anda tawarkan.

Untuk merumuskan sebuah New Opportunity, ada dua langkah yang harus Anda jawab:

  1. Apa hasil/mimpi yang ingin Anda bantu Audience Anda capai?
  2. Apa CARA atau PROSES atau MINDSET baru yang perlu mereka miliki/lakukan untuk mencapai hasil yang mereka inginkan?

Di sini, saya menulis bahwa saya ingin Audience saya mendapatkan income 100 juta per bulan dengan strategi Rich Creator, yaitu dengan membuat online course sendiri dan menjualnya di Tribeversity, bukan dengan menunggu endorse atau penghasilan dari iklan YouTube (AdSense).

Nah, sekarang Anda mulai memahami tentang Framework Belief saya.

Sekarang Anda sudah lebih mengerti tentang Belief Frame, di mana Anda membutuhkan tiga komponen utama, yaitu Messenger, Dream, dan New Opportunity.

Tugas seorang messenger adalah membuat konten yang membangun kepercayaan agar Audience Anda yakin bahwa New Opportunity yang Anda tawarkan bisa membantu mereka mencapai DREAM mereka.

Jadi, tugas Anda sekarang adalah membuat konten yang membuat Audience Anda PERCAYA. Ketika Anda membuat berbagai macam konten, tanyakan: apakah konten ini akan membuat orang semakin percaya atau justru tidak ada hubungannya dengan framework belief ini?

Ini adalah kesalahan banyak kreator pemula: mereka terlalu fokus pada ‘kreativitas’ konten tanpa mempertimbangkan apakah konten tersebut bisa membuat Audience mereka percaya atau tidak.

KONTEN

Sekarang kita berbicara tentang konten. Anda tidak bisa memposting secara acak, itu sudah pasti. Selain itu, Anda juga tidak bisa hanya memposting tips seperti yang banyak orang lakukan. Dengan dunia yang kini dipenuhi konten dari AI, konten berbasis tips sudah menjadi komoditas umum.

Apa bedanya tips dari Anda dengan tips dari orang lain dalam topik yang sama? Apa bedanya “5 cara memilih skincare” dari Anda dan kompetitor Anda jika semua kontennya hanya hasil dari AI saja?

Jadi, kuncinya adalah Anda harus memposting konten yang persuasif. Jika Anda memperhatikan konten-konten yang saya unggah di Instagram, Anda akan melihat bagaimana saya mempersuasi Audience saya terhadap sebuah ide.

Hampir selalu seperti itu. Tidak ada gaya penulisan saya yang seperti artikel. Artikel tidak memiliki emosi. Artikel tidak memiliki jiwa. Artikel tidak didesain untuk membuat orang berkomentar. Mereka hanya akan membaca (jika tidak keburu bosan) dan melewati konten Anda.

Jika Anda serius membangun Audience Anda, gunakan lima checklist ini untuk setiap konten yang Anda buat:

  1. Hook adalah headline, sebuah kata atau kalimat (bahkan gambar) yang bisa menarik perhatian orang sehingga mereka berhenti scrolling dan melihat konten Anda lebih detail lagi.

    Hook adalah bagian terpenting dari konten Anda, karena begitu Anda tidak bisa membuat hook yang baik, sisanya tidak ada gunanya lagi.

    Ini adalah contoh sebuah postingan saya, di mana gambar depannya saya buat menggunakan AI. Saya ingin melakukan tes, apakah bisa dengan gambar biasa dari AI dan copywriting yang menarik menghasilkan engagement yang cukup bagus.

    Anda bisa melihat, hasilnya adalah 2.584 reached.

    Sekarang kita bandingkan, saya melakukan postingan yang sama persis, tetapi hook di gambar depannya saya ubah. Isi caption sama persis.

    Lihat bedanya, peningkatan reached 700%!!!

    7x lipat, hanya dengan mengubah hook saja. Itulah kenapa mencari hook yang tepat sangatlah penting, apalagi sebagai seorang Rich Creator, tujuan Anda adalah mendapatkan perhatian dari audience Anda dan mengarahkannya ke tujuan Anda. Kita akan bahas hal ini lebih lanjut setelah ini.

  2. PROBLEM. Saya sering kali memulai konten saya dengan sebuah masalah. Masalah yang besar atau miskonsepsi yang umum. Misalnya, “Banyak orang berpikir untuk bisa jualan laris di social media, mereka membutuhkan banyak follower, padahal …” Masalah yang umum akan membuat orang merasa relate atau nyambung dengan Anda.

    Menariknya di sini adalah, ketika Anda berhasil menyebutkan masalah dari audience Anda dengan tepat, mereka akan berpikir Anda sudah punya solusinya. Anda sudah menang separuh jalan.

    Maka dari itu, tugas Anda adalah menyebutkan masalah target pasar Anda dengan tepat dan menggunakan bahasa yang sama persis dengan apa yang ada di benak mereka. Jangan mengada-ada. Boleh menggunakan ChatGPT untuk mencari ide, tetapi yang terbaik tetap saja Anda harus mendengarkan audience Anda berbicara secara langsung sehingga kata-katanya sangat presisi.

  3. SOLUSI. Actionable, Practical, dan Unik. Tawarkan solusi yang jelas, bisa diikuti atau dilakukan oleh audience Anda, dan berdasarkan PENGALAMAN PRIBADI Anda. Ini penting, karena di luar sana sudah banyak solusi lain yang kemungkinan besar sudah mereka coba. Untuk membangun audience yang kuat, mereka harus menyukai pendekatan Anda.

  4. DREAM. Sebutkan juga hasil akhir yang bakal audience Anda dapatkan ketika mereka menerapkan solusi yang Anda tawarkan. Semakin jelas hasilnya dan semakin bisa audience Anda membayangkannya, maka semakin kuat kepercayaan (trust) dan otoritas (authority) yang Anda bangun dengan audience Anda.

  5. POLARY. Ini adalah bagian paling penting yang saya suka. YOUR OPINION AGAINST THE WORLD. Buatlah konten keberpihakan. Apa yang menjadi pendapat Anda yang berbeda dari kebanyakan orang atau melawan metode-metode tertentu.

Konten saya yang berjudul “UKM Butuh Sales, Bukan Awareness” cukup viral dengan lebih dari 75 ribu reach.

Ini adalah strategy Polarity, yaitu keberpihakan terhadap sales, bukan cuma mencari awareness. Komentar yang masuk juga sampai ratusan, dan banyak terjadi pro dan kontra di postingan ini.

STRATEGI KONTEN SAYA

Kalau Anda sudah membaca buku saya yang sebelumnya, Content Creator Black Book (bisa dipesan di ContentCreatorBlackBook.com jika Anda belum membacanya), ada beberapa strategy konten, misalnya L-V-R (Lifestyle, Value, Result), ada Content Loop, yaitu menggunakan komentar dari postingan saya yang memiliki engagement tinggi untuk diposting ulang, dan sebagainya.

Nah, kalau Anda melihat kenapa jualan saya bisa begitu laku selama bertahun-tahun, kenapa personal branding saya cukup kuat sebagai seorang digital marketer, inilah strategy yang saya gunakan.

Saya membagi jenis konten menjadi dua, yaitu Short Form Content dan Long Form Content.

SHORT FORM CONTENT

Short Form Content adalah konten-konten berdurasi pendek, seperti Instagram, di mana sebagian besar unggahannya berdurasi singkat. Feed post, Reels di bawah 1 menit, dan Story termasuk dalam kategori ini. Intinya adalah ketika orang hanya membutuhkan waktu kurang dari 1 menit untuk mengonsumsi konten Anda. Reels yang panjang termasuk long form content, tetapi menurut saya, Instagram tidak terlalu cocok untuk Long Form Content.

Coba tanyakan pada diri Anda sendiri, apakah Anda menonton podcast panjang di Instagram atau di YouTube?

Selain itu, sebagian besar unggahan di TikTok juga merupakan Short Form Content. YouTube Shorts jelas termasuk dalam kategori ini.

Nah, sekarang strategi saya untuk Short Form Content adalah berbagi konten seputar empat hal berikut:

  1. Mindset. Ini adalah jenis postingan untuk mengubah mindset orang yang masih salah. Apakah mereka memiliki mindset yang kurang tepat sehingga tidak membeli produk Anda? Di tempat saya, orang akan membeli buku atau kelas yang saya tawarkan jika mereka memiliki mindset bahwa income akan bertumbuh jika diri mereka bertumbuh. Mindset mereka harus siap untuk membayar demi belajar.

  2. Mental block. Misalnya, untuk menjadi seorang Rich Creator, seseorang harus sering membuat konten, tetapi mereka tidak berani melakukannya karena berbagai alasan yang menjadi mental block. Nah, saya membuat konten-konten untuk menghilangkan mental block ini, termasuk konten saya seputar Chicken Mindset. Dengan begitu, orang akan sadar bahwa keberadaan mental block akan menghambat kemajuan mereka dalam hidup.

  3. Penolakan atau Objection. Ini adalah bagian di mana Anda menangani penolakan mereka terhadap produk atau kelas yang Anda tawarkan.

    Orang mungkin saja berkata, “Den, di YouTube banyak kok konten gratis, kenapa harus ikut kelasmu?”

    Saya akan membuat konten seperti, “Kalau kamu mengatakan di YouTube semua pelajaran ada, kenapa kamu masih menyekolahkan anakmu di sekolah? Kenapa tidak menyuruhnya menonton YouTube saja seharian?”

    Konten-konten testimonial juga termasuk dalam kategori ini, yaitu konten yang membuat orang semakin yakin dengan produk yang saya tawarkan.

  4. Personal Perspective atau Opini. Nah, di sinilah Anda membangun personal branding. Anda tidak bisa hanya berbagi tips-tips di social media dan berharap personal branding Anda akan terbentuk dengan sendirinya.

    Personal branding membutuhkan keunikan tertentu. Anda sudah memiliki framework di atas untuk menyelesaikan masalah audience Anda. Berikutnya adalah perspektif unik Anda terhadap kejadian di luar sana.

    Jika perspektif Anda sama dengan kebanyakan orang, maka tidak ada hal menarik yang bisa diikuti dari akun Anda. Orang akan merasa bosan dan mencari orang lain yang memiliki pandangan berbeda tentang dunia ini.

    Misalnya, saya berpendapat bahwa sekolah tidak penting karena sudah ketinggalan zaman. Tetapi edukasi itu penting. Kita harus selalu belajar agar bisa menjaga yang namanya Information Gap.

    Nah, argumen saya ini sebenarnya mengarahkan orang untuk terus belajar. Di mana produk yang saya jual adalah produk edukasi.

    Paham sampai di sini?

Jadi, strategi short form content sebenarnya lebih ke arah brainwashing audience Anda. Konten-konten ringan, penuh momen AHA, dan mudah dibagikan.

Ini adalah salah satu contoh ketika saya membawa konten yang berat ke short form content.

Anda bisa lihat sendiri, hasil reach-nya biasa saja untuk konten edukasi, dan yang paling penting, jumlah komentarnya jauh lebih sedikit dibandingkan sebelumnya.

Jadi, ingatlah bahwa tujuan utama dari short form content bukan untuk edukasi secara materi, tetapi lebih ke brainwash tentang mindset, mental block, penolakan, dan personal perspective.

Maka, saya akan membuat konten-konten pendek seputar hal ini, yaitu tentang mindset, perspektif, serta menghancurkan mental block agar audience saya lebih mudah menerima (baca: membeli) apa yang saya tawarkan selanjutnya.

Banyak content creator di luar sana yang tidak memahami hal ini. Mereka biasanya hanya melakukan tiga hal berikut:

  1. Edukasi dengan tips
  2. Jualan kelas
  3. Pamer testimonial

Ingat, kunci meningkatkan trust atau kepercayaan dari audience Anda bukan hanya dari tiga hal di atas. Ya, ketiga hal tersebut memang berpengaruh, tetapi audience Anda membutuhkan momen AHA. Sesuatu yang membuka wawasan dan pengetahuan mereka, yang membuat mereka berkata, “WOW!” Momen AHA dan WOW tadi harus bisa mereka bayangkan bahwa mereka juga bisa mendapatkannya. Ini penting.

Jangan hanya flexing terus-menerus sehingga audience berpikir, “Iya, itu kan kamu. Kalau saya, mana bisa seperti itu.” Ini berbahaya. Mereka harus merasa bahwa mereka juga bisa melakukannya. Maka, kepercayaan mereka terhadap Anda akan meningkat.

Sekarang, setelah Anda membuat konten-konten pendek dan mendapatkan FYP (baca: muncul di halaman utama atau viral), horeeee! Tetapi jangan berpuas diri. Sekali lagi, konten-konten pendek hanya berfungsi untuk meningkatkan awareness dan sedikit ‘brainwash’. Untuk audience yang lebih serius (yang sebenarnya Anda cari), Anda perlu membuat konten-konten panjang di YouTube.

LONG FORM CONTENT

Long Form Content terbaik adalah video YouTube dengan durasi yang sangat bervariasi. Untuk mengajar topik tertentu, saran saya adalah sekitar 7-10 menit, idealnya. Untuk konten-konten super panjang seperti podcast berdurasi satu jam, itu memiliki tujuan yang berbeda.

Orang yang tertarik dengan sudut pandang Anda dari konten-konten pendek akan datang ke konten-konten panjang Anda. Dalam konten panjang ini, Anda dapat menjelaskan lebih detail tentang topik Anda.

Saya tidak terlalu suka konten yang terlalu panjang karena kenyataannya, banyak orang tidak menyelesaikan menonton video sepanjang itu.

Strategi YouTube agak berbeda. YouTube adalah sebuah search engine, sehingga topik edukasi berjalan dengan baik di sini. Orang mencari solusi terhadap masalah mereka, sehingga jika diberikan video tutorial atau solusi, meskipun berdurasi lebih dari 5 atau 10 menit, mereka tetap akan menontonnya.

Saya pernah mendengar sebuah cerita tentang seorang YouTuber dengan pengikut dua juta, tetapi videonya hanya menggunakan Shorts saja.

Begitu dia berpindah ke video panjang, jumlah view-nya sangat sedikit.

Ini membuktikan bahwa penonton konten pendek dan konten panjang memiliki profil yang berbeda.

Media sosial adalah sebuah lautan manusia yang sangat luas. Orang-orang yang tersebar di media sosial sangat beragam, memiliki latar belakang yang berbeda-beda, serta memiliki pola pikir dan cara pandang yang beragam pula.

Untuk membentuk mereka agar memiliki perspektif yang Anda inginkan, Anda harus melakukan ‘brainwash’ terhadap mereka. Bukan hanya mengajarkan topik Anda, tetapi melakukan pre-edukasi, atau sering saya sebut sebagai ‘pre-frame bridge’.

Di YouTube, dalam video panjang, saya akan memberikan konten yang berbobot, kaya informasi, dan detail. Jumlah konten seperti ini memang lebih sedikit, tetapi seorang Rich Creator tidak mencari konten viral. Dalam pola pikir seorang Rich Creator, yang utama adalah menciptakan pasar yang sesuai dengan produk yang hendak ditawarkan.

Ingat konsep 1.000 penggemar yang telah dibahas sebelumnya. Jika strategi ini dapat memberikan Anda 1.000 penggemar berat saja, maka pendapatan Anda akan meningkat secara luar biasa.

Setelah Anda berhasil membangun audiens, saatnya kita membahas produk apa yang akan Anda jual.

CHAPTER 4: Product

Banyak orang bisa membuat konten, tetapi mereka lupa untuk memonetisasi kontennya.

Anda tentu ingat Framework Rich Creator di bab awal. Pertama, tentukan masalahnya, lalu pilih solusinya, dan terakhir buatlah sebuah kerangka untuk solusinya.

Sebagian besar pembuat konten setelah itu hanya fokus membuat banyak konten untuk diposting di media sosial. Namun, perlu diingat bahwa konten di media sosial tidak memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Anda tidak akan mendapatkan penghasilan hanya dengan memposting sebuah konten. Ya, memang di YouTube Anda bisa mendapatkan penghasilan dari iklan, tetapi Anda tidak akan bisa mencapai 100 juta rupiah per bulan hanya dengan strategi itu, apalagi jika Anda masih pemula.

Banyak orang lupa bahwa sebuah informasi dapat dikemas dalam berbagai format konten.

Strategi yang saya lakukan adalah, ketika saya menemukan sesuatu yang menarik dan saya sudah memahaminya dengan baik serta memiliki kerangka yang jelas, maka inilah yang saya lakukan.

Konten Media Sosial

Sekarang, strateginya, Anda sudah memilih satu masalah, satu solusi, dan satu kerangka, bukan? Maka, konten edukasi Anda, baik yang berbentuk konten pendek maupun panjang, terutama konten panjang, sebenarnya adalah penjelasan ‘pendek’ dari kerangka yang Anda miliki.

Ya, Anda tidak salah baca.

Konten panjang Anda sebenarnya adalah penjelasan singkat dari kerangka yang Anda miliki. Berikan konten panjang Anda secara acak.

Dulu, ketika saya memiliki kelas digital marketing dengan harga 13-15 juta per orang, saya berpikir bahwa jika seseorang membayar 15 juta untuk kelas saya, maka saya harus memberikan konten terbaik saya. Sedangkan di YouTube, yang gratis, saya hanya memberikan konten yang sifatnya dasar atau permukaan saja.

Namun, lama-kelamaan saya berpikir, “Ribuan orang menonton YouTube saya setiap hari, tetapi kelas premium saya hanya diikuti oleh 50-250 orang setiap tiga bulan sekali.

Jika seperti ini, mayoritas orang akan berpikir bahwa ilmu Denny Santoso hanya sebatas itu saja, hanya permukaannya saja.”

Akhirnya, saya memutuskan untuk membagikan konten-konten saya yang lebih mendalam, bahkan terkadang terlalu mendalam, di YouTube.

Apa hasilnya?

Banyak orang melihat bahwa saya memiliki kualitas, kelas saya semakin ramai, dan undangan untuk mengisi pelatihan di berbagai perusahaan pun berdatangan.

Memang ada yang berkomentar bahwa bahasa saya terlalu tinggi bagi mereka. Namun bagi saya, mereka bukan target pasar saya. Konten saya tidak ditujukan untuk mereka yang kesulitan memahami bahasa saya. Anda tidak akan bisa memuaskan semua pihak dengan konten Anda.

Di sini, banyak yang bertanya, “Tapi Den, kalau orang bisa menonton video YouTube kamu secara gratis, kenapa mereka masih mau membeli kelas atau bukumu?”

Saya akan menjawabnya dengan sebuah cerita.

Suatu hari, saya menghadiri sebuah acara besar, IdeaCloud Conference. Sebuah acara di mana saya berkolaborasi dengan Pak Hermanto Tanoko, salah satu orang terkaya di Indonesia. Di sana, saya membuka booth dan ada dua anggota tim saya yang menjaga stand tersebut. Saya juga meletakkan empat buku saya di sana.

Saat jam istirahat, saya berjalan mendekati booth saya, yang kebetulan cukup ramai.

Ketika saya mendekat, seorang pengunjung menyapa saya sambil membawa keempat buku saya. Dia bertanya, “Den, ini urutan bacanya dari yang mana dulu ya?”

Satu kalimat itu menjawab pertanyaan di atas.

Orang tidak membeli konten.

Orang membeli struktur.

Hanya dari empat buku saja, mereka harus bertanya mana yang harus dibaca lebih dulu. Bayangkan jika ada 1.200 video YouTube saya, mereka akan kesulitan mencari sendiri mana yang mereka butuhkan.

Itulah mengapa muncul format konten berikutnya, yaitu buku.

Berikut adalah hasil revisi teks dengan perbaikan ejaan, tata bahasa, dan struktur paragraf:

BUKU

Jika social media adalah tempat Anda memposting konten secara gratis dengan harapan meningkatkan awareness, maka buku adalah langkah berikutnya. Buku merupakan penjabaran yang lebih lengkap dari framework yang Anda miliki.

Buku memiliki struktur.

Tujuan buku adalah membuka wawasan secara lengkap bagi target market Anda.

Filosofi dari sebuah target market sebenarnya adalah: target market merupakan sekumpulan orang yang terekspos oleh edukasi tertentu.

Berangkat dari filosofi ini, buku yang disusun dengan tepat dapat menciptakan market-market baru untuk bisnis Anda.

Sama seperti saat Anda membuka restoran di mal, untuk mendapatkan pengunjung baru, Anda mencetak brosur dan menyebarkannya di tempat-tempat ramai, seperti di pintu masuk atau di depan lift.

Namun, brosur memiliki dua kelemahan utama:

  1. Orang hanya membaca dalam hitungan detik, dan jika saat itu tidak menarik minat mereka, brosur Anda akan berakhir di tempat sampah.
  2. Biaya cetak ditanggung oleh Anda. Anda yang harus mengeluarkan uang untuk mencetaknya.

Dari sudut pandang ini, jika brosur adalah bentuk edukasi yang sangat singkat, maka buku adalah bentuk edukasi yang lebih mendalam.

Buku dapat mengedukasi audience yang tertarik dengan topik Anda secara lengkap dengan dua keuntungan yang tidak dimiliki oleh brosur:

  1. Orang membeli buku, dan jika mereka menyukainya, mereka akan membagikannya di social media. Ini menciptakan efek viral, sehingga semakin banyak orang mengetahui buku Anda tanpa biaya tambahan. Tidak ada orang yang menerima brosur lalu berfoto dengannya, tetapi buku bisa. E-book tidak memiliki efek ini, karena cenderung tidak dibaca.
  2. Memang benar bahwa Anda mengeluarkan biaya cetak buku, tetapi orang membeli buku Anda sehingga Anda mendapatkan keuntungan dari penjualannya. Bayangkan jika orang yang menerima brosur Anda justru membayar Anda untuk itu—sangat profitable.

Dari segi isi, buku sebenarnya menjelaskan masalah, solusi, dan framework yang sama dengan yang ada di social media Anda. Namun, karena memiliki struktur tertentu, orang dapat membacanya secara berurutan, tidak acak seperti saat mengonsumsi konten di social media.

Buku biasanya dijual dengan harga antara 200–300 ribu rupiah. Usahakan buku tidak terlalu tipis agar harga jualnya bisa di atas 200 ribu, karena Anda memerlukan profit margin yang cukup saat menggunakan iklan di social media untuk menjualnya.

Dari sini, Anda bisa melihat bahwa solusi dan framework yang sama dapat dikemas dalam dua format berbeda: konten di social media dan buku. Konten di social media tidak menghasilkan uang langsung, sementara ketika Anda mengubahnya menjadi buku, konten yang sama tiba-tiba memiliki harga jual 200–300 ribu rupiah.

Satu hal yang sering saya temui saat menyarankan seseorang untuk menulis buku adalah adanya mental block bahwa mereka bukan penulis dan belum pernah menulis buku sebelumnya.

Memang, jumlah “penulis buku” jelas lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah populasi, dan menulis buku bukanlah kegiatan yang umum dilakukan banyak orang.

Ketika ada yang berkata, “Den, tapi aku tidak bisa menulis buku, atau belum pernah menulis buku,” saya biasanya menjawab, “Kamu punya rumah, kan? Bisa bangun rumah sendiri?”

Biasanya, mereka akan tersenyum mendengar jawaban saya.

Mereka mengerti bahwa jika ingin memiliki rumah, ada dua pilihan: membeli atau membangunnya dengan menyewa jasa orang lain. Ada arsitek, kontraktor, dan tukang bangunan. Tidak semuanya dikerjakan sendiri. Kita hanya perlu tahu ingin membangun rumah seperti apa.

Hal yang sama berlaku untuk menulis buku. Anda hanya perlu tahu buku seperti apa yang ingin Anda tulis. Bahkan, dari segi struktur dan penulisan, Anda bisa bekerja sama dengan penulis lain, yang biasa disebut ghostwriter.

Banyak sekali ghostwriter yang bisa Anda sewa untuk membantu menulis buku Anda.

Bagi saya, buku bukan sekadar format konten yang bisa dijual seharga 200–300 ribu rupiah. Buku adalah kartu nama. Buku dapat meningkatkan authority dan personal branding Anda.

Menariknya, jika Anda memiliki kelas offline dan meluncurkan buku, harga kelas Anda bisa meningkat. Ini karena orang akan menganggap Anda sebagai seorang ahli di bidangnya.

Biasanya, muncul mental block lain, seperti, “Tapi saya bukan expert.”

Sekali lagi, bereskan mental block Anda. Ketika Anda “selesai” dengan diri sendiri, penghasilan Anda akan meningkat secara luar biasa.

Berikut adalah teks yang telah diperbaiki sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang benar:

EBOOK

Ebook adalah buku dalam format digital. Namun, buku berbeda dengan ebook dari sudut pandang psikologi konsumen.

Membuat ebook cenderung dianggap lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan membuat buku fisik yang dicetak. Oleh karena itu, harga ebook relatif lebih murah dibandingkan buku fisik. Ambil contoh Kindle dari Amazon. Rata-rata harga buku dalam format Kindle akan lebih murah daripada buku fisik karena didukung oleh bentuk digitalnya, sehingga tidak ada biaya untuk mencetak dan mendistribusikan produknya.

Buku cetak fisik dianggap memiliki value yang lebih tinggi dan nilai jual yang lebih besar, sehingga Anda bisa menjual buku dengan harga 200-300 ribu, sedangkan harga ebook secara rata-rata di bawah itu. Harga ebook bisa berkisar antara 30 ribuan hingga 100 ribuan.

Namun, dibandingkan dengan buku fisik, ebook memiliki beberapa keunggulan karena tidak ada biaya untuk mencetak dan distribusi, antara lain:

  1. Ebook bisa menjadi bonus yang memiliki value ketika Anda bundle dengan penjualan online course Anda, atau apa pun yang Anda jual.
  2. Ebook bisa Anda bagikan secara gratis untuk ditukar dengan database audience Anda, seperti nama, email, dan nomor WhatsApp mereka. Ini disebut dengan Lead Magnet. (Anda bisa membaca ini lebih detail di buku saya yang List Building Black Book (pesan di ListBuildingBlackBook.com))

Selain dua benefit di atas, ada orang-orang yang memang membangun bisnisnya dengan berjualan ebook. Mereka bisa meluncurkan puluhan ebook setiap tahunnya dan menghasilkan miliaran hanya dari ebook saja. Apalagi sekarang dibantu oleh AI seperti ChatGPT, yang memudahkan orang mencari ide, topik, bahkan kreativitas. Anda bisa mulai menulis ebook Anda dan menjualnya di platform seperti Tribeversity.com dan mengiklankannya di Facebook atau Instagram Ads.

ONLINE COURSE

Jika buku dibuat dengan tujuan membuka wawasan audience Anda, mengedukasi mereka, dan tujuannya adalah menciptakan market baru, maka online course berada di level berikutnya.

Online course dibuat untuk membantu audience Anda mempraktikkan apa pun yang Anda ajarkan. Dengan format audio visual yang lebih interaktif, online course dapat membantu audience Anda mencapai tujuan mereka dengan mempraktekkan apa pun yang Anda ajarkan.

Karena online course ini berupa produk digital tanpa bentuk fisik, modalnya sangat murah, dibuat sekali, bisa dijual berkali-kali, dan tanpa batas. Semua orang yang memiliki akses internet bisa membelinya, sehingga ini membuka peluang yang sangat besar bagi Anda sebagai seorang Rich Creator.

Isi kontennya kurang lebih mirip buku, tetapi dalam online course akan ditambah dengan lembar kerja, isian, dokumen pendukung, dan sebagainya, sehingga audience Anda bisa langsung praktik. Biasanya online course juga didukung oleh komunitas, bisa di Tribelio Tribe, WA Group, Telegram Group, atau bahkan Discord.

Online course terbagi menjadi beberapa jenis, ada yang berupa mini course atau course pendek dengan harga sekitar 150-400 ribu. Ada juga course yang lebih panjang dan lebih lengkap, bisa dijual dengan harga mulai 500 ribu hingga 1-2 juta.

Misalnya, Anda seperti saya, di mana topik besar saya sebenarnya adalah membantu seorang content creator untuk mendapatkan income melalui konten mereka. Maka saya bisa saja membuat banyak online course yang mendukung target market saya ini.

Saya bisa membuat online course tentang bagaimana cara membuat online course itu sendiri. Saya bisa membuat online course tentang bagaimana cara menjual online course tersebut. Bagaimana cara beriklan di Facebook, Instagram, TikTok. Bagaimana cara membuat landing page, bagaimana cara membuat webinar yang bisa menghasilkan konversi tinggi. Online course tentang copywriting, online course tentang cara membangun bisnis ebook.

Anda juga bisa melengkapi course Anda dengan tambahan program group coaching melalui Zoom dengan beberapa sesi untuk menambah value dari online course Anda, sehingga harganya bisa dibuat lebih premium dibandingkan mini course biasa.

Bayangkan, hanya dengan satu masalah dan satu solusi saja, Anda bisa menjual banyak produk pendukung. Makanya saya selalu menyarankan untuk semakin fokus, karena ketika Anda fokus pada satu topik besar, maka personal branding Anda akan lebih cepat terbentuk dibandingkan jika Anda terlalu melebar ke sana ke mari.

Anda bisa membuat online course Anda dan menjualnya di Tribeversity.com

WORKSHOP

Anda bisa mengubah online course Anda menjadi sebuah kelas offline. Ada dua format besar yang sering digunakan. Pertama adalah seminar, di mana ada satu atau lebih pembicara selama seminar tersebut. Pemateri akan menyampaikan materi satu arah selama sesi waktu tertentu. Seminar bisa dibuat sepanjang satu hari, bisa juga sampai empat hari.

Format kedua adalah dalam bentuk workshop, di mana ada interaksi lebih banyak antara pemateri dan peserta. Peserta akan mendapatkan modul-modul, lembar kerja, dan biasanya setelah pemateri menyampaikan materinya, peserta akan diminta untuk mengerjakan modul-modul tersebut.

Perbedaan utama antara workshop dan online course terletak pada pengalaman yang diberikan. Di online course, peserta akan belajar secara mandiri, sendirian, dan jika perlu, paling hanya ada grup chat untuk tanya jawab. Namun, di workshop, lebih hands-on, di mana peserta bisa berinteraksi langsung dengan pemateri, bisa networking dengan peserta lain, merasakan vibes-nya, keseruannya.

Secara materi, akan sama saja. Sebagai seorang Rich Creator, Anda memiliki satu problem, satu solusi, dan satu framework. Itu adalah patokan Anda, tidak peduli format penyampaiannya seperti apa. Di workshop, Anda membantu peserta untuk mengisi dan melakukan framework yang Anda buat. Itu saja.

Workshop bisa diberi harga mulai dari satu juta, hingga belasan bahkan puluhan juta, tergantung durasi dan pematerinya.

Saya pribadi suka dengan workshop karena bisa bertemu banyak orang baru, networking, dan vibrasinya menyenangkan. Namun, workshop menghabiskan banyak waktu, dan Anda harus memastikan kelas Anda penuh sebelum memesan tempat untuk acara. Semua itu menambah kerumitan menurut saya.

Sehingga sekarang, saya mengadakan offline workshop ini sesekali saja, dan lebih fokus pada online course yang bisa dijual kapan saja tanpa harus menunggu banyak orang terkumpul terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.

INHOUSE TRAINING/CORPORATE TRAINING

Inhouse Training atau Corporate Training adalah ketika Anda diundang secara exclusive untuk mengadakan training bagi sebuah perusahaan atau komunitas tertentu. Anda tidak perlu repot-repot lagi mencari peserta dan mengatur tempat, karena biasanya pihak pengundang sudah menyediakan semuanya.

Isi dari inhouse training atau corporate training ini biasanya hampir mirip dengan workshop offline, tetapi akan ada sedikit penyesuaian materi sesuai dengan permintaan client yang mengundang Anda.

Saya personally biasanya tidak akan membawakan materi yang terlalu menyimpang jauh dari materi yang sudah biasa saya bawakan. Kebanyakan trainer bisa mengubah materinya cukup jauh karena tidak mau menolak client. Itu pilihan mereka. Kalau saya tidak mau, karena saya ingat bahwa saya membawa bendera Rich Creator. Saya sedang membangun movement saya, saya sedang membangun audience saya.

Kalau saya berubah-ubah, meskipun secara skill saya bisa, maka itu akan jadi distraction. Waktu saya akan habis untuk ditukar dengan uang (meskipun angkanya besar), tetapi tidak ada kontribusi terhadap gerakan yang saya bangun. Yang namanya fokus adalah Anda fokus ke goal Anda. Apa pun itu, selain menuju goal Anda, adalah noise dan distraction.

Inhouse training atau corporate training ini bisa diberi harga mulai dari puluhan juta sampai ratusan juta. Tergantung dari banyak faktor di sini, terutama jam yang harus dihabiskan untuk memberikan training. Walaupun siapa Anda dan siapa yang mengundang jelas juga sangat berpengaruh :)

PRIVATE COACHING

Private Coaching seperti namanya, client mengundang Anda untuk melakukan sesi 1-on-1 dengan Anda. Formatnya biasanya tidak ada materi yang disampaikan. Client akan bercerita tentang latar belakangnya dan apa yang menjadi kendala, dan Anda membantu menyelesaikannya sesuai dengan framework yang sudah Anda buat.

Sekali lagi saya ingatkan di sini, karena bentuknya private, diskusi bisa ke mana-mana, client bisa curhat, dan menghabiskan waktu coaching Anda. Tugas Anda adalah memastikan semua sesuai jalur dan kerangka sehingga client tidak merasa buang-buang waktu membayar Anda tetapi tidak menghasilkan output yang diinginkan.

Private coaching ini adalah sebuah bentuk yang sangat eksklusif, sehingga harga untuk private coaching ini bisa berkisar mulai jutaan sampai puluhan juta per sesi.

Terkadang saya mendengar dari beberapa content creator yang ingin menjadi rich creator mengatakan, “Den, tapi kan saya bukan coach? Jadi coach kan tanggung jawabnya besar.”

Nah, justru itu. Kalau Anda mau mendapatkan income lebih banyak, tentu saja tanggung jawab yang Anda terima akan lebih besar. Enggak bisa enak-enakan maunya terima uang banyak, tapi enggak mau melakukan tanggung jawab yang lebih besar.

Kalau Anda memang bukan seorang coach, paling tidak orang sudah melihat Anda sebagai seorang coach, kan? :)

Nah, kalau Anda tahu bahwa menjadi seorang coach bisa mendapatkan income dan Anda sudah mendapatkan calon client, maka saran saya adalah Anda belajar menjadi seorang coach beneran. Ambil kelas coaching atau apa pun itu, sehingga bisa menjadi coach dan menerima client dengan benar.

Ingat, bahwa ini peluang di depan mata, sudah mengetuk pintu Anda, tetapi kalau Anda tolak, maka Anda menyia-nyiakan kesempatan yang datang.

Dan memang benar-benar ada creator yang menolak peluang ini karena mereka merasa tidak sanggup.

Bagi saya, ini kondisi di mana strategy rich creator yang saya jelaskan di atas benar-benar works buat mereka, tetapi self-development mereka ketinggalan, sehingga income harus ditolak. Ingat bahwa income akan datang semakin banyak ketika diri Anda semakin berkembang. Wadahnya semakin besar, income yang masuk akan semakin banyak.

Meskipun private coaching ini menarik bagi saya karena bisa bekerja lebih dekat dengan masing-masing client, private coaching ini menjual waktu. Jadi saya pribadi melakukan ini cukup selektif dan seminim mungkin. Karena bagi saya, waktu adalah yang paling berharga.

MASTERMIND

Kalau private coaching bentuknya adalah private, maka mastermind, bentuknya semi-private. Mastermind adalah sebuah sesi kelas, bisa online maupun offline (kebanyakan offline), di mana ini adalah gabungan antara kelas workshop dan private coaching.

Saya sendiri sudah mengikuti banyak sekali mastermind di berbagai negara, ada berbagai macam format penyajian mastermind.

Sebuah mastermind bisa dihadiri belasan sampai puluhan orang. Saya pernah datang di acara yang 50-an orang, dan itu maksimal. Lebih dari itu, tidak nyaman untuk sebuah mastermind.

Goal dari sebuah mastermind adalah masing-masing peserta memiliki waktu untuk sharing di depan semua orang dan mendapatkan feedback dari semua peserta yang lain.

Bayangkan bisnis Anda memiliki sebuah masalah dan dibantu dipikirkan oleh semua peserta yang lain. Mastermind biasanya sangat seru karena sesi networking-nya yang lebih panjang sehingga bisa ngobrol lebih santai dan mendapatkan banyak insights dari banyak orang. Sementara kalau seminar hanya memiliki waktu break dan makan siang saja untuk networking.

Mastermind biasanya bisa berlangsung 2-4 hari. Mastermind saya sendiri, ketika saya mengadakan di Bali pada tahun 2018, berlangsung selama 5 hari 4 malam. Peserta yang hadir sekitar 20-an orang. Masing-masing memiliki waktu 30 menit untuk presentasi, dan semua orang memberikan idenya untuk saling membantu. Harga mastermind saya kemarin adalah $5.000. Jadi sekitar hampir mendekati 80 juta per orangnya.

Mastermind bisa diberi harga mulai dari belasan juta sampai ratusan juta bahkan miliaran kalau di Amerika.

Bagi saya pribadi, membuat sebuah mastermind adalah sebuah pengalaman yang unik. Gabungan antara kelas yang cukup intensif, networking, dan bersantai secara relax seperti liburan. Seperti sebuah liburan tapi cukup penuh insights dan pembelajaran.

KESALAHAN (POOR) CREATOR

Kesalahan terbesar banyak orang adalah terlalu fokus membuat konten yang gratisan dan berharap mendapatkan income yang besar.

Para content creator memiliki karyawan, tim untuk edit video, desainer, scriptwriting, dan sebagainya. Itu semua cost, yang hanya ditujukan untuk membuat content yang tidak ada label harganya. Berharap suatu saat ada brand yang mau endorse.

Iya kalau pas dapat endorse dan besar. Kalau misalnya lagi sepi? Income itu tidak pasti, sementara cost itu pasti.

Pikirkan hal ini, konten di social media semuanya gratis, dan goal-nya adalah untuk mendapatkan attention dari publik. Ingatkah Anda dulu, zaman belum seperti hari ini, di social media? Semua mata orang tertuju ke TV. Maka dari itu, beriklan di stasiun TV harganya miliaran.

Kenapa bisa semahal itu?

Jawabannya sederhana, karena mereka yang memiliki attention atau perhatian terbanyak dari masyarakat.

Hari ini, attention tersebut terpecah-pecah di social media. Karena terpecah-pecah inilah, membuka sebuah kesempatan bagi Anda sebagai Rich Creator untuk bisa membangun personal branding Anda dan mendapatkan attention dari banyak orang.

Namun, yang menjadi kesalahan banyak orang adalah ketika mereka mendapatkan banyak attention inilah, mereka masih menggunakan model bisnis stasiun TV, yaitu dengan menjadi stasiun TV itu sendiri. Menerima ’endorse’ atau iklan.

Sama seperti stasiun TV, celebgram-celebgram di luar sana ibaratnya adalah stasiun-stasiun TV individu saat ini.

Seorang Rich Creator tidak fokus ke sana, karena untuk bisa menerima endorse, Anda harus memiliki jumlah follower tertentu, dan itu menjadikan para content creator pemula kesulitan.

Mindset seorang Rich Creator adalah menggunakan konten gratis di social media sebagai awareness, mirip dengan contoh stasiun TV di atas, tetapi income-nya datang dari format konten yang berbayar, buku, online course, dan seterusnya.

Ada seorang ibu rumah tangga, sangat suka memasak. Dia membuat konten-konten gratis di social media tentang memasak. Karena follower-nya semakin banyak, dia mulai menulis buku resep masakan dan menjualnya. Follower-nya membelinya, laku ribuan buku dalam sekejap.

Follower-nya kemudian minta diajari resep-resep terbarunya dan rela untuk membayar kelasnya. Ibu ini sekarang menjual resepnya dengan harga 150 ribu per resep. Dilengkapi dengan semua daftar bahan baku, cara memasaknya dengan detail, semua ditampilkan dalam sebuah video, dan secara perlahan ribuan orang membeli tiap resep baru yang diluncurkan.

Dari hobi memasak, ibu ini bisa menghasilkan ratusan juta sampai miliaran per harinya.

Anda bisa lihat di sini, konten gratisannya hanya untuk melakukan audience building, membangun basis fans, lalu kemudian income-nya datang dari berjualan buku resep dan kelas online berisi resep masakan.

Saya sendiri juga melakukan hal yang sama dari konten gratisan di semua social media. Tetapi income saya datang dari buku, online course, workshop offline, in-house training, seminar, dan private coaching. Dan itu semua angkanya sangat besar sekali.

MINDSET CONTENT RICH CREATOR

Di bab sebelumnya saya menyebutkan bahwa sebuah target market adalah sekumpulan orang yang terekspose oleh sebuah edukasi tertentu.

Saya ingin mengajak Anda untuk merenungkan ini sekali lagi:

Bayangkan ketika Anda harus berjualan produk seperti asuransi. Maka meskipun Anda mengatakan bahwa semua orang membutuhkan produk asuransi, yang membeli produk Anda adalah orang-orang yang memiliki edukasi tertentu. Mereka paham tentang perencanaan keuangan, mereka paham tentang risiko.

Itulah maksud saya tentang “terekspose oleh edukasi tertentu”.

Bahwa Anda merasa kalau kelebihan berat badan itu tidak sehat dan sebagainya, itu juga karena Anda pernah membaca entah di mana, atau teman Anda mengatakan kepada Anda, atau bahkan dokter Anda, bahwa kalau Anda kelebihan berat badan seperti itu bisa menyebabkan munculnya penyakit-penyakit seperti diabetes, hipertensi, stroke, dan sebagainya.

Informasi ini adalah sebuah bentuk edukasi yang akhirnya membuat Anda jadi sadar dan ingin menurunkan berat badan Anda. Entah dengan cara pergi ke tempat fitness, mengambil katering diet, memilih makanan yang lebih sehat, atau membeli suplemen penurun berat badan.

Dari sudut pandang ini, Anda, sebagai seorang Rich Creator, mempunyai sebuah superpower, yaitu dengan konten, bisa mengedukasi audience, sehingga mereka menjadi target market untuk bisnis Anda, apa pun bisnis Anda.

Dan dari sudut pandang ini juga, ketika Anda menjual edukasi Anda, profit margin Anda sangatlah besar. Sehingga kesimpulannya, dengan menjadi seorang Rich Creator, Anda bisa menciptakan pelanggan-pelanggan baru untuk apa pun bisnis Anda di belakangnya, bahkan Anda mendapatkan profit yang luar biasa besar dalam proses edukasinya, sebelum mereka membeli produk utama Anda.

Sama seperti saya, dengan adanya buku, kelas online, coaching, dan sebagainya, saya sudah mendapatkan profit yang sangat besar bahkan sebelum saya mendapatkan profit dari produk yang saya jual, yaitu platform Tribelio itu sendiri.

Asyik sekali, kan…

Berikutnya tinggal pikirkan, audience seperti apa dan diberi edukasi seperti apa, supaya mereka bisa menjadi target prospek yang Anda harapkan untuk bisnis Anda.

Ingat bahwa apa pun yang Anda pelajari, skill apa pun yang Anda miliki, digabung dengan pengalaman Anda melakukannya, itu semua memiliki nilai yang besar. Anda cuma perlu mengemasnya menjadi sebuah produk seperti yang baru saja kita bahas di atas, sehingga Anda bisa menjualnya tanpa harus mengeluarkan waktu pribadi Anda.

Dengan mengubah keahlian dan pengalaman Anda menjadi sebuah produk, maka Anda bisa menjual lebih banyak lagi, dan mendapatkan income jauh lebih besar karena Anda tidak lagi terbatas oleh waktu Anda. Inilah kekuatan seorang Rich Creator.

CHAPTER 5: Jualan

1 BELIEF STATEMENT

Kalau saya bertanya kepada Anda, “Sebutkan merek obat yang Anda beli kalau sakit kepala?”

Hampir semua orang langsung menyebutkan merek-merek obat sakit kepala yang populer dan sering dibeli ketika sakit kepala.

Pertanyaan saya berikutnya adalah, “Kenapa Anda membeli merek obat tersebut?”

Jawabannya sederhana, “Ya, karena sudah biasa beli ini. Kalau pakai ini, 30 menit saja sakit kepala saya sudah hilang.”

Artinya di sini adalah Anda beli karena Anda PERCAYA.

Anda beli karena BELIEF!

Nah, di awal buku ini, Anda sudah belajar konsep Rich Creator sebagai messenger atau nabi, kan?

Seorang messenger harus memimpin audience-nya menuju ke sebuah dream yang jelas. Karena itu, seorang messenger harus memiliki sebuah 1 Belief Statement yang jelas ke mana dia ingin membawa tribe-nya berjalan.

Proses ini tidak akan berhasil apabila sang messenger menawarkan banyak jalan menuju dream-nya. Misalnya, berjualan forex, kemudian investasi saham, MLM, lalu mengajak orang jadi agen asuransi.

Orang akan bingung dan bertanya, “Jadi untuk mencapai dream yang kamu janjikan tadi, menaikkan pendapatan saya, caranya pakai yang mana? Saham kah? Atau MLM kah? Atau jadi agen asuransi?” Jika dijawab, “Semua bisa,” maka orang malah akan menjadi ragu dan mencari solusi lain yang lebih kuat.

Format 1 Belief Statement adalah sebagai berikut:

Kalau saya bisa membuat orang percaya bahwa <NEW OPPORTUNITY> adalah satu-satunya jalan menuju ke <FUTURE HOPE> dan hanya bisa didapatkan melalui <OFFER SAYA>, maka semua penolakan akan menjadi tidak relevan dan mereka harus membayar saya.

Di Tribelio, kita menggunakan 1 Belief Statement:

“Kalau saya bisa membuat orang percaya bahwa RICH Creator adalah satu-satunya jalan menuju ke pendapatan 100 juta per bulan di New Creator Economy ini dan hanya bisa didapatkan melalui TRIBELIO (dan Tribeversity), maka semua penolakan akan menjadi tidak relevan dan mereka harus membayar saya.”

Nah, sekarang ambil waktu sesaat, pikirkan, apa yang menjadi 1 Belief Statement dari bisnis Anda. Apa yang Anda ingin market Anda percaya, sehingga setelah mereka percaya itu, maka mereka akan membeli apa pun yang Anda tawarkan?

Ketika Anda bisa menemukan hal tersebut, maka tidak akan ada keragu-raguan lagi dari market Anda, dan bisnis Anda akan melejit dengan luar biasa. This is powerful stuff!

Saya memposting banyak konten di social media saya untuk menguatkan belief ini. Saya memposting testimoni dari orang-orang yang mengikuti kelas saya. Saya mewawancarai creator-creator yang berhasil mendapatkan penghasilan tinggi. Bahkan, saya meminta mereka untuk berbagi cerita di event-event saya. Ditambah dengan plakat penghargaan yang saya bagikan, semuanya itu bertujuan memperkuat belief dari audience saya.

Karena dengan belief yang tepat, maka market Anda akan sangat terbuka terhadap offer Anda. Dan apa pun yang Anda katakan akan menjadi pengaruh dalam kehidupan mereka. Ingat, jangan menyalahgunakan superpower ini ya.

Belief akan menciptakan customer.

Belief akan menciptakan transaksi.

Belief akan menciptakan hasil.

Berikut adalah teks yang telah ditulis ulang secara utuh sesuai dengan sumber, diikuti dengan penjelasan perbaikan yang telah dilakukan:

FALSE BELIEF

Selama 20 tahun, saya berjualan supplement fitness. Salah satu produk yang paling laris yang saya jual adalah pembakar lemak. Yeah, karena semua orang ingin tampil lebih langsing.

Target market-nya sudah jelas: orang yang memiliki berat badan berlebih dan ingin menurunkannya.

Pertanyaannya adalah, kalau target market sudah jelas, kebutuhan sudah jelas, kenapa ketika ada 10 orang yang ingin menurunkan berat badan, dan saya tawari supplement, mungkin hanya 4 orang yang membeli produk saya? Kenapa sisanya, yang enam orang tersebut, tidak mau membelinya?

Kenapa begitu?

Bisa jadi, 6 orang yang tidak membeli itu punya keyakinan yang salah yang disebabkan adanya old story yang pernah mereka alami.

Contohnya: “Saya tidak punya waktu,” “Kemarin sudah coba banyak merek, tapi berat badan tidak turun juga,” atau “Saya malas ah kalau harus olahraga, enggak ada waktu,” atau “Diet biasanya disuruh makan yang hambar-hambar dan enggak enak.” Atau, misalnya dalam contoh MLM sebelumnya, orang tidak mau bergabung karena memiliki keyakinan yang salah bahwa mereka harus memprospek teman dan saudara sehingga takut dijauhi.

Semua ini adalah sebuah keyakinan yang salah. Yang begitu kuat sehingga mereka berpegang teguh pada keyakinan tersebut. Padahal, Anda sebagai pemilik produk juga yakin bahwa produk yang Anda tawarkan akan menyelesaikan masalah mereka.

False belief ini akan muncul saat Anda mempertemukan target market Anda dengan offer Anda, yaitu ketika Anda menawarkan produk kepada calon customer. Kalau baru menemukan target market Anda dan Anda menanyakan objection mereka, ya, mereka pasti belum tahu. Soalnya, kan, mereka belum ditawari apa-apa. Di sisi lain, kalau hanya ada offer saja, tapi belum ditawarkan kepada siapa pun, false belief juga tidak akan muncul.

Nah, tugas Anda adalah mencari tahu apa saja yang menjadi false belief mereka ini.

Secara umum, ada tiga false belief utama yang akan Anda temukan ketika memasarkan produk kepada customer, yaitu:

  1. Vehicle false belief

Vehicle false belief berarti orang tidak percaya bahwa produk Anda bisa memberi hasil atau result yang dijanjikan.

Misalnya, ketika saya menjual kelas Affiliate Marketing dengan goal 10x income Anda, mereka tidak percaya bahwa Affiliate Marketing bisa sebegitu powerful-nya. Mereka tidak percaya bahwa dengan menjadi Affiliate saja, income mereka akan naik sebegitu tingginya.

  1. Internal false belief

False belief ini datang dari dalam diri sendiri. Dia tidak percaya terhadap kemampuan dirinya sendiri. False belief ini bisa dikenali dengan kata-kata seperti “Saya enggak bisa….”, atau “Saya kan cuma seorang….”. Kebanyakan dimulai dengan kata “saya….”. Misalnya, “Saya gaptek,” “Saya cuma seorang satpam,” “Saya cuma seorang ibu rumah tangga,” “Saya enggak bisa berbicara di depan kamera,” atau “Saya enggak bisa berbicara di depan publik,” dan seterusnya.

  1. External false belief

Ini berarti calon customer tidak percaya pada faktor luar. Dia percaya kepada produk Anda. Dia percaya terhadap kemampuan dirinya, tetapi dia memiliki false belief dari faktor luar. Misalnya, dalam konteks belajar menjadi affiliate marketing untuk meningkatkan income, dia percaya itu bisa, karena sekarang era digital. Dia juga percaya dirinya mampu untuk melakukannya dan memiliki semangat yang kuat. Tetapi yang menjadi hambatan bagi dirinya adalah dia masih belum memiliki produk untuk dijual, atau bisnis untuk dijalankan. Atau mungkin bahkan kondisi ekonomi negara sedang tidak kondusif, sedang Covid, atau sedang menjelang pemilu.

Tugas Anda berikutnya adalah membuat daftar false belief dari customer Anda dan memilahnya ke dalam tiga kelompok ini. Daftar ini bisa cukup panjang, dan cara mendapatkannya adalah, sekali lagi, dengan melakukan interview. Atau, kalau Anda memiliki tim sales, minta mereka untuk mencari feedback dari customer Anda, kenapa mereka menolak membeli dari Anda.

Ketika saya melakukan role-play di kelas training saya, saya meminta semua orang di tiap meja (berenam semeja) untuk bergantian berjualan barangnya ke teman-temannya di meja yang sama. Teman-teman yang lainnya harus menolak penjualan tersebut sambil menyebutkan sebuah alasan kenapa dia menolak barang yang ditawarkan. Penolakan tersebut harus disertai alasan selain mengatakan mahal. Dan tiap peserta tidak boleh mengucapkan alasan yang sama. Karena goal sesi ini adalah membuat daftar penolakan ini sebanyak mungkin dalam waktu 15 menit saja.

Dari masing-masing kelompok, ambillah false belief terbesar. Sehingga ketika false belief tersebut bisa diruntuhkan, anggapan yang lain jadi tidak berpengaruh lagi, dan transaksi Anda akan melesat.

Contoh, dengan false belief internal, ada banyak yang saya terima waktu itu. Misalnya, “Saya tidak bisa coding,” “Saya tidak bisa membuat website atau landing page,” “Saya tidak bisa memasang iklan di Facebook atau Instagram,” dan sebagainya. Kalau Anda menyelesaikan false belief yang kecil-kecil, misalnya tentang membuat website, maka dia masih akan bisa mengatakan, “Iya, sekarang website saya bisa, tetapi saya masih tidak bisa memasang iklan di Facebook.”

Jadi, Anda harus menemukan mana false belief terbesarnya, dan ketika Anda bisa meruntuhkan itu, maka yang lain akan ikut runtuh seperti kartu domino. Dalam kasus belajar digital marketing di kelas saya dulu, “Saya gaptek” adalah objection terbesar. Maka solusinya adalah saya memberikan cara merekrut orang, cara menulis lowongan, di mana mencari orang untuk freelancer, sampai termasuk bagaimana membuat kontrak kerja sama dengan mereka.

Ketika ini selesai, maka mereka tidak akan bisa menggunakan false belief yang lain, misalnya, “Saya tidak bisa memasang iklan.” Jawabannya sama, “Pakai freelancer aja.” “Saya tidak bisa membuat website,” ya, “Pakai freelancer aja.” Semua selesai, kan?

RUNTUHKAN FALSE BELIEF

Semua false belief ini muncul karena adanya old story. Ada sebuah kejadian di masa lalu yang menyebabkan seseorang memiliki sebuah belief, yang meskipun salah, tetapi dia pegang kuat dan menjadi keyakinan dirinya.

Tugas Anda adalah mencari tahu, old story seperti apa yang menyebabkan ini? Apakah dia pernah ditolak teman ketika menawarkan MLM-nya, atau dijauhi saudaranya sehingga dia memiliki keyakinan anti MLM karena takut dijauhi?

Setelah Anda bisa menemukan old story yang menyebabkan false belief tersebut, berikutnya adalah cari new story yang bisa menjadi AHA moment dan meruntuhkan false belief yang dimiliki orang tersebut.

Misalnya Anda bercerita tentang teman Anda yang lain yang walaupun seorang introvert yang tidak memiliki banyak teman, dia malah bisa sukses di bisnis MLM-nya karena dia memprospek menggunakan video dengan strategi digital marketing. Jadi sama sekali tidak perlu memprospek teman dan keluarganya.

Kalau cerita ini tepat sasaran, maka matanya akan terbuka dan false belief yang dimiliki akan runtuh.

Sama dengan ketika banyak orang mengatakan tidak memiliki produk untuk dijual sebelum mengikuti kelas saya. Saya memberikan jaminan bahwa produk itu bukan masalah. Dijamin 100% akan ada produk yang bisa dijual setelah mengikuti kelas saya.

Bagaimana caranya?

Kelas saya cukup premium, yang datang lebih dari 70% sudah pasti memiliki bisnis. Mereka akan sangat senang apabila ada orang lain yang bisa menjualkan produk mereka sebagai reseller. Jadi di setiap sesi istirahat snack atau makan siang, saya minta semua orang harus pindah tempat duduk dan menyiapkan kartu nama, sehingga mereka bisa berkenalan dengan banyak orang baru, dan itu sangat membuka peluang bisnis bagi semua peserta.

Kalau masih tidak dapat produk juga, maka saya sendiri memiliki banyak produk untuk diresell. Termasuk bisa menjadi affiliate partner dari Tribelio.

Hari ini, saya memiliki Tribeversity.com dengan ratusan produk yang siap untuk di-affiliate-kan. Sehingga tidak ada alasan lagi orang tidak memiliki produk untuk dijual.

Kuncinya adalah, Anda harus memiliki banyak koleksi cerita yang bisa Anda gunakan di saat yang tepat untuk menghadapi berbagai false belief di market Anda. Anda bisa menggunakan cerita milik Anda sendiri atau cerita orang lain. Enaknya dalam menggunakan cerita seperti ini adalah sebuah cerita tidak bisa dibantah atau didebat. Kan ini sebuah cerita, sebuah kejadian, fakta, bukan sebuah opini. Jadi audience Anda akan cenderung menerimanya.

Ada peserta di kelas saya yang membuat robot untuk foreign exchange trading secara autopilot. Namanya Gde Brawiswara Putra. Perusahaannya diberi nama Online D7. D7 merupakan singkatan yang dulu kerap diucapkan oleh ayahnya, yaitu Duduk Diam-Diam Duit Datang Dengan Deras. Itu seperti menjual mimpi banget, kan? Nggak ngapa-ngapain tapi uang bisa mengalir deras. Siapa coba yang tidak mau? Very good future hope.

Tapi, banyak orang yang tidak percaya pada sistem ini. Memangnya sistemnya aman? Legalitasnya bagaimana? Risikonya besar, kan? Kalau saya gaptek, gimana? Kalau HP saya nggak support, bagaimana? Kalau HP rusak? Saat ekonomi sedang gonjang-ganjing, bagaimana? Dan… sederet pertanyaan lain. Gde mendapatkan data keraguan tersebut dari tim marketing yang bertemu langsung dengan calon customer.

Dengan strategi False Belief ini, semua pertanyaan dan berbagai keraguan ini dijadikan materi tanya-jawab oleh Gde. Dia kemudian membuat daftar jawaban dari semua keraguan orang, dan membeli slot acara di beberapa media televisi yang mainstream. Dalam waktu 22 menit, dia punya kesempatan mengubah pikiran orang yang awalnya tidak mengenal dia jadi tertarik untuk membeli apa yang ia jual.

“Dalam waktu sependek itu, saya harus bisa menjawab semua keraguan tersebut, menjelaskan tentang produk yang saya tawarkan, lengkap dengan cara kerja dan berbagai benefit-nya,” kata Gde.

Dengan mematahkan false belief, omzetnya pun melejit meningkat 100x lipat! Yes, Anda tidak salah baca, seratus kali lipat. Padahal, dia baru menerapkan satu strategi ini saja. Selain itu, dia juga membuat banyak video.

Karena, video dan televisi punya audiens berbeda. Ada yang sudah tidak menonton televisi dan lebih senang menonton video. Di sisi lain masih ada yang lebih suka menonton televisi.

Kedua cara ini sama-sama mendatangkan aliran omzet tapi dalam kurun waktu berbeda. Sesudah tayang di prime time, yang ditonton banyak orang, penjualan dalam jumlah besar langsung terjadi. Sementara itu, dengan video, transaksi tidak langsung banyak, tapi bisa mendatangkan konsumen dalam jangka panjang.

Gde bercerita, “Saya pikir dulu bisnis saya sudah berjalan cukup oke. Padahal, omzet saya masih kecil banget. Ketika belajar tentang false belief, mata saya dibukakan, sehingga membuat saya kerja lebih keras dan lebih cerdas.”

Seperti Gde, Anda juga harus mendapatkan data tentang false belief calon pembeli Anda. Satu hal yang sangat penting, jangan malas untuk melakukan banyak riset. Banyak orang yang malas untuk mencari tahu false belief. Mereka beralasan, “Kan, sudah ada Google Trend. Ngapain harus repot tanya-tanya lagi kepada calon pembeli?” Kegiatan ini memang memakan waktu banget, tapi harus dilakukan. Kalau tidak, akhirnya Anda hanya mengandalkan asumsi, yang belum tentu benar.

Sebelum mendirikan Gojek, Nadiem Makarim tidak segan, lho, turun ke jalan dan melakukan riset sendiri. Dia naik ojek pangkalan di berbagai titik berbeda. Sambil ngojek, dia bertanya kepada para tukang ojek itu tentang masalah yang mereka hadapi. Anda lihat sendiri hasilnya.

Bisnisnya bisa menjadi sangat besar, karena dia sangat memahami masalah dan solusi yang dicari oleh tukang ojek dan konsumennya.

Mengedepankan asumsi bisa bikin Anda tersesat. Saya mendengar banyak orang berasumsi, “Kayaknya bisnis X untuk saat sekarang nggak bagus, deh. Bisnis Y sepertinya lebih bagus.”

Saya tanya kepada mereka, “Kamu bisa bilang begitu karena sudah melihat dan mempelajari datanya, atau sekadar opini?”

Ketika mereka diam dan tidak bisa menjawab, saya tahu bahwa itu hanyalah opini mereka, asumsi mereka saja.

Saya pernah menonton salah satu video yang ditayangkan oleh Y Combinator, perusahaan yang mendanai begitu banyak bisnis startup. Di video itu, ada orang yang bertanya, “Saya sudah punya produk A. Lalu, bagaimana cara menentukan market problem yang tepat?”

Mentornya berkomentar, “Lho, kok, aneh. Bagaimana bisa Anda sudah mempunyai produk tapi tidak tahu problem apa yang dihadapi oleh pasar? Itu, kan, tidak make sense. Memangnya produkmu akan memberi solusi apa?”

Ada orang lain lagi yang bertanya, “Bagaimana kalau orang tidak suka membicarakan problem yang dia hadapi? Misalnya, diabetes. Kan, orang tidak suka mengakui bahwa dirinya diabetes.”

Pertanyaannya, kalau Anda tidak pernah bertemu orang yang membicarakan soal diabetes, lalu kenapa Anda membuat solusi untuk penderita diabetes? Bagaimana Anda bisa tahu bahwa market-nya memang ada? Jadi, Anda harus yakin bahwa market-nya memang ada, baru kemudian dicarikan produk untuk mengatasi problem yang mereka hadapi. Jangan dibalik.

Anda harus turun dan bertemu market Anda untuk tahu problem mereka sekaligus apa yang menjadi false belief mereka. Terutama tentang false belief, tidak mudah menemukannya kalau hanya mengandalkan tools-tools digital yang ada.

Tanpa market research yang jelas, Anda bukanlah seorang marketer, melainkan hanyalah seorang penjudi.

Di sini Anda sudah mulai mengerti tentang False Belief. Di topik berikutnya, kita akan menggabungkan semuanya, membuat sebuah offer yang sekaligus menangani false belief dari customer Anda dengan sebuah strategi yang disebut dengan Offer Stack.

OFFER STACK

Seberapa sering Anda datang ke sebuah acara, dan pembicara di depan menawari Anda dengan produk tertentu senilai X, kemudian ditampilkan penawaran berikutnya di bawahnya dengan nilai Y, begitu seterusnya sampai 5-6 baris, dan setelah itu dia mencoret harganya serta menampilkan harga baru yang jauh lebih murah?

Setiap kali datang ke sebuah acara seminar dan melihat hal tersebut, pada awalnya saya merasa aneh dan kemudian berpikir, “Masa begitu sih cara jualan? Aneh banget ya.” Saya sendiri selalu mengajarkan materi sepadat mungkin dengan harapan peserta saya mengerti dan akhirnya menginginkan produk yang saya tawarkan.

Ternyata, ketika saya berbincang dengan mentor saya, dia mengatakan, “Den, stop teaching and start selling!

Dan karena saya membayar harga mentoringnya yang luar biasa mahal, maka saya langsung menurut dan mengikuti caranya. Akhirnya, saya belajar cara membuat penawaran bertumpuk seperti di atas.

Dan yang gilanya adalah, omzet saya melonjak luar biasa!

Sejak saat itu, saya selalu membuat offer stack. Saya tidak peduli dengan kata-kata teman-teman saya yang mengatakan bahwa mereka tidak biasa menggunakan hal tersebut. Kenyataannya sederhana, omzet saya melonjak 500%, dan itu sudah merupakan fakta yang berbicara dengan sendirinya.

CARA MENYUSUN OFFER STACK

Sebelum berhasil menggunakan offer stack seperti sekarang, saya juga mulai mengamati bagaimana teman-teman saya menyusun offer stack-nya.

Saya pernah bertanya ke salah satu teman, “Gimana sih kamu menyusun offer stack-mu? Apakah ada rumusan khusus?”

Dan dia menjawab, “Enggak sih, enggak ada rumusan khusus apa pun kok.”

Tetapi saya tidak puas. Saya masih penasaran, harusnya ada cara yang lebih baik dari sekadar menumpuk offer sehingga harganya kelihatan tinggi dan ujungnya harga totalnya dicoret.

“Apakah saya melewatkan sesuatu?”

Saya melihat kembali kerangka cara membuat offer yang sudah pernah saya buat sebelumnya. Akhirnya, saya melihat sebuah pola.

PRE DAN POST PURCHASE

Strategi pre dan post purchase ini bisa Anda gunakan untuk mencari produk apa yang bisa Anda stack.

Pre purchase artinya adalah, kira-kira produk apa yang dibutuhkan seseorang sebelum dia membeli penawaran inti atau core offer Anda? Ketika saya menyebutkan produk di sini, artinya bisa saja produk fisik, produk jasa, maupun produk digital seperti yang sudah saya bahas sebelumnya. Jadi, jangan membatasi ide Anda hanya pada produk fisik saja.

Contohnya, sebelum membeli produk asuransi, mungkin seseorang perlu mengerti tentang financial planning terlebih dahulu. Nah, dari sini kita bisa meramu sebuah produk juga. Bisa saja kita berikan dia gratis, seperti video YouTube, atau kita berikan dia buku tentang financial planning, atau bahkan seminar sampai workshop tentang financial planning. Baru setelah itu kita jual produk asuransi kita. Atau kita bundle juga bisa, misalnya jual produk MLM + buku + online course tentang strategi marketing terbaiknya.

Post purchase artinya adalah, kira-kira produk apa yang dibutuhkan seseorang setelah dia membeli core offer Anda?

Misalnya, kalau Anda berjualan Air Conditioner, maka kira-kira apa yang dibutuhkan pelanggan Anda setelah dia membeli produk Anda? Mungkin Anda bisa menambahkan jasa servis AC per tiga bulan sekali. Sehingga, kombinasi produk dan jasa ini bisa Anda stack dan membuat harga akhir barang Anda terlihat murah, padahal masih lebih tinggi daripada AC biasa.

Atau misalnya Anda memiliki sebuah toko musik dan Anda berjualan gitar. Kalau Anda berpikir market Anda adalah orang-orang yang ingin bermain gitar saja, maka market Anda akan sangat kecil. Strateginya adalah bagaimana caranya menciptakan market, sehingga ukuran dari target market Anda meningkat.

Apa pre purchase yang bisa diciptakan dari kondisi ini? Anda bisa membuat online course tutorial (atau aplikasi) untuk belajar bermain gitar. Kalau target Anda anak SMA, mungkin Anda bisa membuat hook, misalnya, “Tarik perhatian cewek yang kamu suka dengan bermain gitar.”

Kalau hook itu mengena, orang membeli tutorial Anda, masa sih mereka enggak beli gitarnya? Strategi ini bisa Anda gunakan untuk memperbesar ukuran market Anda.

Berikut adalah teks yang telah ditulis ulang secara utuh sesuai dengan sumber, diikuti dengan penjelasan perbaikan yang telah dilakukan:

MENGUBAH FALSE BELIEF MENJADI PRODUCT

Anda ingat strategi False Belief yang sudah kita bahas sebelumnya, kan? False belief adalah sebuah kepercayaan yang salah yang dipegang kuat oleh calon customer Anda sehingga dia tidak mau membeli apa yang Anda tawarkan.

Nah, bagaimana bila Anda bisa menawarkan sebuah produk (fisik, jasa, digital), di mana hal itu menjawab false belief-nya, sehingga akhirnya false belief mereka akan runtuh?

Ini pernah saya gunakan ketika menjual workshop digital marketing saya, di mana banyak orang yang mengatakan, “Saya gaptek.” Maka saya menambahkan template untuk recruitment, sampai surat perjanjian kerja sama karyawan, sehingga bagi mereka yang gaptek, akan sangat mudah untuk mencari tim. Dan template ini jelas ada nilainya, karena tanpa ini, Anda harus minta bantuan orang HRD, di mana gajinya juga tidak murah, kan? Plus, Anda harus bayar per bulan. Memang proses HRD sebenarnya akan lebih kompleks, tetapi kalau Anda hanya mencari freelancer untuk membuat website Anda, tidak perlu HRD yang sekompleks itu, kan.

Contoh lain adalah ketika orang bilang, “Jualan saya sepi pengunjung, dan saya tidak mengerti cara beriklan di Facebook maupun Instagram.” Maka, kalau Anda join di kelas saya, Anda juga akan mendapatkan 1 online course tentang bagaimana memulai beriklan di Facebook.

Meskipun course itu bukan bagian dari isi kelas saya (affiliate product), tetapi saya tambahkan untuk menjawab False Belief calon customer, sehingga mereka akan berpikir bahwa meskipun tidak bisa beriklan di Facebook Ads, mereka tetap dibantu dengan adanya online course ini. Sehingga false belief mereka ini akan runtuh, dan mereka akhirnya bergabung di kelas saya.

Jadi, strateginya adalah dengan stacking atau menumpuk produk-produk yang bisa membantu meruntuhkan false belief, dan ada nilainya. Itu selain membuat offer Anda tampak murah, sekaligus menjawab objection mereka.

Hal lain yang harus Anda perhatikan adalah, ketika Anda menjelaskan tentang offer stack Anda, Anda harus memberikan story yang jelas, bahwa nilai dari masing-masing offer yang Anda tulis tersebut memang nyata. Bukan sebuah nilai yang ditulis seolah-olah lebih tinggi hanya supaya bisa diturunkan nantinya.

Misalnya, ketika saya menulis template recruitment seharga 1,5 - 2,5 juta, itu masih sangat masuk akal dibandingkan dengan gaji HRD yang mungkin di atas 5 juta, dan itu per bulan. Kalau Anda datang ke konsultan HRD, mungkin mereka juga akan charge biaya konsultasi yang kurang lebih sekitar itu juga per jamnya.

Setelah menjelaskan dengan story bahwa harga Anda memang wajar, berikutnya adalah menunjukkan gunanya. Anda bisa mengatakan bahwa dengan template ini, Anda bisa menghire orang dengan mudah, tanpa harus membayar mahal gaji HRD.

Lihat formulasi copywriting di atas:
Dengan <OFFER X>, maka Anda bisa <GAIN> tanpa harus <PAIN>.

Kemudian, Anda bisa menambahkan backstory Anda, kalau memang ada. “Dulu, saya selalu kesulitan mencari tim untuk membuat A, B, C, D, tetapi ternyata setelah menggunakan tools X, Y, Z, sekarang saya bisa mendapatkan hasil <GAIN> tanpa <PAIN>.”

Tugas story Anda adalah untuk menjelaskan bahwa offer stack Anda memang wajar, ada nilainya, dan khusus untuk saat ini, Anda memberikan harga special karena <alasan yang bisa dipercaya>.

Di story ini, selain menjelaskan bahwa offer yang Anda tawarkan itu memang berguna, Anda bisa menambahkan case study apabila ada. Siapa yang pernah menggunakan ini, dan bagaimana hasilnya. Case study dan social proof atau testimonial.

Stack ini juga bisa Anda tutup dengan urgency dan scarcity. Misalnya, “Karena keterbatasan jumlah tim saya untuk membantu Anda, maka saya hanya membuka/menawarkan produk ini kepada 10 orang saja, dan harga ini berlaku hanya sampai hari ini saja. Setelah itu, harga akan kembali normal.”

Buat Anda yang belum terbiasa menggunakan teknik ini, saran saya, biasakanlah. Teknik ini sangatlah powerful. Kalau Anda melewatkan teknik ini, buat saya, Anda benar-benar tidak serius dengan bisnis Anda.

Congratulation, Anda sudah mencapai di titik ini. Dengan offer stack, Anda sudah membuat sebuah penawaran yang berbeda dengan orang lain, sehingga Anda akan semakin lepas dari kompetisi, termasuk perang harga. Berikutnya, kita akan mulai mendesain bisnis Anda menjadi lebih besar lagi, dengan penawaran yang lebih bervariasi untuk membawa audience Anda menuju ke dream mereka lebih cepat, dengan apa yang disebut sebagai Value Ladder.

VALUE LADDER

“Den, saya berjualan t-shirt nih, kira-kira caranya naikin profit saya gimana ya?”

Saya bertanya balik, “Setelah orang membeli produkmu, apalagi yang kamu tawarkan ke mereka?”

Dan saya melihat tatapan mata penuh kebingungan.

Itulah kesalahan para business owner. Mereka tidak membangun Value Ladder-nya.

Oke, ini mindset yang kelihatannya sederhana, tetapi sangat penting. Kita semua tahu bahwa mendatangkan customer baru, supaya mereka kenal dengan bisnis kita, mempercayai kita sampai akhirnya mau melakukan transaksi dengan kita, itu membutuhkan waktu yang cukup panjang dan dengan biaya yang tidak murah.

Akan lebih mudah berjualan ke orang yang sudah pernah membeli produk kita, sudah percaya kepada kita.

Kenyataannya di luar sana, para pemilik bisnis lebih suka menghabiskan budget iklan untuk mendatangkan customer ke bisnisnya, lalu menjual produk, dan setelah mereka membeli, pemilik bisnis hanya mengucapkan terima kasih lalu kembali mencari customer baru lagi.

Ini adalah kesalahan terbesar ketika membangun sebuah bisnis.

Kenapa tidak menawarkan produk lain kepada orang yang sudah percaya kepada produk kita, daripada menghabiskan dana dan waktu untuk mencari orang baru terus-menerus? Bagaimana nasib orang-orang yang sudah hot tadi? Dibiarkan begitu saja dan berharap mereka kembali ke bisnis kita di kemudian hari?

Tugas Anda adalah menawarkan produk lagi untuk membantu customer Anda, sampai mereka sendiri yang merasa cukup dengan penawaran Anda. Bukan sebaliknya, di mana Anda menghentikan proses transaksi karena Anda tidak memiliki produk lain untuk ditawarkan.

Di sinilah konsep Value Ladder berperan dengan sangat penting.

Bayangkan Anda sedang bersama keluarga datang ke sebuah tempat wisata, Disneyland misalnya. Maka di sana Anda akan membayar tiket masuk. Tetapi tentu saja Disneyland tidak berhenti di situ saja. Mereka akan berusaha membuat Anda membeli banyak hal lain di dalam wahana mereka. Setiap wahana yang diciptakan selalu diakhiri dengan sebuah toko merchandise. Ada restoran, kafe, dan lain-lain juga.

Hint: Wahana adalah story, dan setelah Anda atau anak Anda terpesona dengan story-nya, begitu keluar, diletakkan toko merchandise, yaitu offer.

Saya pernah memasuki wahana Transformer di Universal Studio Singapore bersama dengan anak saya. Di dalam, mereka begitu terpesona dengan robot-robot yang ditampilkan di 4D studionya.

Mereka berceloteh, “Keren ya si Optimus, keren ya si Bumblebee….”

Dan setelah selesai keluar dari wahana tersebut, mereka masuk ke toko merchandise. Anda tahu apa yang selanjutnya terjadi, kan? Kedua anak saya masing-masing minta dibelikan robot Transformer semua. Kombinasi yang keren dari story dan offer.

Anyway, kembali ke Disneyland tadi, Disneyland tidak menghasilkan uang hanya dari penjualan tiket masuk saja, kan? Mereka mengombinasikan banyak hal. Bahkan kalau Anda perhatikan lebih luas lagi, sebenarnya mereka menjangkau customer mereka bukan dengan tempat wisatanya, melainkan menggunakan film-film yang mereka luncurkan di bioskop-bioskop dekat kita.

Mereka meluncurkan film-film itu sehingga orang mengerti story-nya dan akhirnya membeli merchandise-nya, entah itu topi, kaos t-shirt, atau berlibur ke tempat wisata mereka. Belum lagi ada bisnis lisensi karakter mereka. A billion-dollar business.

Berbicara tentang sebuah Value Ladder, Anda yang sudah jadi orang tua biasanya suka iseng bertanya kepada anak Anda yang masih kecil, “Kamu kalau sudah besar mau jadi apa?”

Mungkin anak Anda menjawab, misalnya, “Jadi dokter.”

Itu adalah dream-nya, future hope-nya. Tugas Anda adalah mendesain Value Ladder-nya. Anda membangun pendidikannya dari TK ke SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi.

Dan di setiap fase, misalnya sewaktu dia sedang sekolah TK, Anda harus membuka mindset-nya bahwa setelah lulus dari TK, dia harus masuk SD, dan seterusnya, sampai kemudian bisa mencapai future hope-nya.

Intinya, untuk mencapai mimpinya, anak tersebut harus mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan. Kalau mindset-nya tidak disiapkan, dia bisa bertanya, “Ngapain saya harus sekolah di SMA?”

Sama seperti bisnis, customer juga perlu dibuatkan tangga supaya tidak menolak kalau ditawari produk mahal yang sesuai dengan kebutuhannya. Jadi, ketika audiens sudah mulai membeli produk Anda, Anda harus mencari cara agar ia tertarik untuk belanja produk lain yang relevan. Sederhananya, Anda harus menciptakan sebuah Disneyland versi Anda sendiri.

Teman mastermind saya, Kaelin Tuell Poulin, awalnya adalah instruktur kebugaran. Dia pernah menurunkan berat badan hingga 65 pounds dalam waktu 7 bulan. Backstory ini sangat powerful bagi anggota komunitasnya yang merasa relate dengan kisah hidup Kaelin. Berdasarkan pengalamannya, Kaelin membangun Ladyboss.com, membidik perempuan berukuran besar. Misinya jelas: to help women lose weight while loving themselves again.

Beberapa tahun lalu dia bangkrut, sehingga di rekeningnya hanya tersisa sekitar 2.000 dolar. Sekarang, dia bisa membangun ‘Disneyland’ dengan peta yang jelas. Mulanya ia memberi informasi, lalu menjual program trial 7 hari, lalu menawarkan unlimited access untuk mendapatkan program penurunan berat badan seumur hidup.

Selanjutnya, ia menawarkan suplemen, membership program, dan course selama 6 minggu untuk menjaga berat badan agar tidak naik lagi. Ia mengklaim bahwa bisnisnya adalah the first global weight loss system dan support community untuk perempuan di seluruh dunia. Dan komunitas itu sudah punya anggota lebih dari 100.000 orang dan kini omzetnya mencapai lebih dari 3 juta dolar per bulan.

Saya sendiri membangun Tribelio Value Ladder seperti ini:

Ada dua proses yang terjadi di sini. Yang pertama yaitu dengan adanya buku, tugas dari buku adalah memperkenalkan New Opportunity dan melakukan Mindset Shift. Membuat orang mengerti bahwa salah satu kunci menjadi kaya sebagai Rich Creator adalah dengan membuat produk digital dengan margin yang sangat besar.

Dan setelah orang mengerti, maka proses yang kedua adalah menawarkan langkah selanjutnya apabila pembaca ingin benar-benar take action dan membangun bisnisnya sesuai dengan strategi yang dibahas di bukunya.

Contoh lain adalah apabila Anda memiliki sebuah klinik kecantikan, Anda bisa membuat Value Ladder-nya seperti ini:

Berikut adalah teks yang telah ditulis ulang dan dikoreksi sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang benar:

Anda lihat kan, kalau Anda hanya menjual paket facial saja, atau masker saja, Anda meninggalkan banyak uang di meja.

Cara untuk menyusun ini adalah, temukan sesuatu yang cukup murah, yang bisa Anda tawarkan di awal. Tujuannya adalah untuk membawa pelanggan ke bisnis Anda dan mendapatkan kepercayaan mereka di awal. Tujuan Anda di awal bukanlah untuk mencari profit, tetapi untuk mengubah prospek menjadi pelanggan. Kalau mereka sudah mau membayar produk Anda, maka terbukti mereka sudah lebih percaya kepada Anda.

Produk di fase ini tidak melulu hanya karena lebih murah saja. Ini kesalahan banyak orang ketika menyusun value ladder ini. Karena mereka berpikir, jual yang murah, lalu upsell yang lebih mahal. Bukan itu mindset -nya. Cara berpikirnya adalah, temukan produk, yang memang cenderung lebih murah TETAPI ketika produk tersebut digunakan oleh pelanggan Anda, mereka “jadi menginginkan” produk berikutnya.

Jadi jangan berhenti hanya dengan sebuah produk saja untuk dijual, tetapi Anda harus memikirkan pelanggan Anda. Perjalanan mereka dari titik di mana sekarang mereka berada, dan menuju ke future hope mereka. Apa saja yang mereka butuhkan? Bisakah Anda membantu mereka menuju future hope mereka dengan produk-produk Anda?

Dan untuk menentukan produk-produk apa saja yang mau dijual, Anda tidak perlu harus memiliki semua produk ini sendiri. Anda bisa menjadi affiliate dengan menawarkan produk orang lain. Salah satu alasan saya membangun Tribeversity.com adalah saya ingin mengumpulkan banyak produk yang bisa di-affiliate-kan di satu tempat terpusat. Sekali lagi, kuncinya cuma satu, yaitu apakah susunan value ladder Anda ini membantu pelanggan Anda mencapai goal-nya?

Value Ladder sangat penting karena itulah yang bisa membuat bisnis Anda menjadi besar. Tidak hanya berjualan 1 produk front end saja, tetapi seolah-olah membawa audience Anda bergerak menaiki anak tangga mendekati goal mereka.

Kalau Anda tidak membangun Value Ladder, artinya Anda tidak membangun bisnis yang besar. Anda hanya berdagang saja, berharap setiap hari ada pelanggan baru yang datang, dan Anda melupakan pelanggan lama yang sudah pernah membeli dari Anda.

Berikut adalah teks yang telah ditulis ulang dan dikoreksi sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang benar:

LANDING PAGE

Landing page adalah sebuah halaman web yang Anda gunakan untuk menjual produk digital Anda. Kita seringkali menyebutnya dengan istilah ‘sales page’.

Ini adalah halaman yang disebut dengan sales page. Landing page_ bisa berupa sales page, bisa berupa opt in page dan berbagai macam bentuk yang lain. Inti dari landing page adalah dia akan berbicara dengan siapapun yang membukanya (traffic) dan berusaha membuat pembacanya melakukan sebuah hal, yang disebut Call-to-Action (CTA).

Berbeda dengan website yang memiliki banyak tujuan, banyak link, bisa memiliki blog atau artikel, tempat untuk mengontak perusahaan, katalog produk, sebuah landing page hanya (dan harus) memiliki cuma 1 tujuan saja.

Entah itu tujuannya membuat orang beli, kalau itu sebuah sales page. Atau membuat orang mendaftar atau memasukkan nama, email, dan nomor WA untuk ikut webinar atau download ebook, template, dan sebagainya.

Kuncinya adalah sebuah landing page memiliki 1 tujuan saja.

Apa saja yang harus ada di sebuah landing page?

Tidak ada aturan baku, Anda bisa berkreasi bebas di sini. Pada umumnya, ini adalah point-point yang sering digunakan dalam sebuah landing page yang dirancang untuk mengonversi pengunjung menjadi pelanggan:

  1. Headline: Ini adalah hal pertama yang dilihat pengunjung. Headline harus menarik dan langsung menyampaikan nilai utama produk atau layanan Anda. Seperti yang sempat saya bahas di study kasus postingan Instagram saya di atas. Headline ini sangatlah penting. Kalau headline Anda tidak tepat, Anda kemungkinan akan kehilangan seluruh pembeli potensial Anda.

    Goal dari headline adalah:

    • menarik perhatian
    • memunculkan rasa penasaran
    • memberi gambaran manfaat produk

    Salah satu strategy yang saya gunakan untuk membuat Headline ini adalah dengan format Copywriting seperti ini:

    Apakah Anda adalah seorang (profesi, pekerjaan, yang melakukan x) yang ingin mendapatkan (Gain) tanpa harus (Pain)?

    Contoh:

    Apakah Anda adalah seorang agen asuransi yang ingin mendapatkan prospek secara Online tanpa harus memprospek teman dan saudara?

    Apakah Anda adalah ibu rumah tangga yang ingin bisa membuat anak Anda nurut tanpa harus marah-marah?

    Anda bisa menggunakan ChatGPT untuk mendapatkan ide headline-headline yang lain.

  2. Problem: Bagian ini mengidentifikasi masalah yang dihadapi target audiens Anda, membangun empati dan relevansi dengan pengalaman mereka. Semakin akurat masalah yang Anda sebutkan akan membuat pembaca semakin percaya dengan penawaran Anda nantinya. Calon pembeli akan merasa, “wah ini saya banget ya”.

    Ini adalah contoh landing page yang saya gunakan ketika mengumpulkan orang-orang yang ingin menurunkan berat badannya.

    Anda bisa melihat semua masalah dan pertanyaan orang saya tulis seperti itu. Sehingga ketika orang membaca, dia akan merasa semua masalahnya sudah saya sebutkan sehingga dia ingin mengetahui jawabannya.

  3. Product: Setelah mengidentifikasi masalah, bagian ini memperkenalkan produk atau layanan Anda sebagai solusi. Penting untuk menonjolkan fitur dan manfaat utama. Anda juga bisa menampilkan foto produk, mockup 3D dari ebook atau Online course.

    Sebutkan juga before-after “jika memungkinkan”, karena ini agak risky juga traffic Anda berasal dari iklan.

  4. Price + CTA (Call to Action): Menyajikan harga produk atau layanan bersama dengan tombol atau link CTA yang jelas, mengundang pengunjung untuk melakukan tindakan tertentu (misal pembelian, pendaftaran). Anda bisa menggunakan Strategy Offer Stack yang sudah kita bahas sebelumnya, dengan menumpuk beberapa offer sekaligus dan memberikan harga coret untuk menunjukkan harga yang sekarang adalah harga yang terbaik.

  5. Social Proof: Ulasan, testimoni, atau studi kasus dari pengguna atau klien nyata yang memvalidasi efektivitas produk atau layanan Anda. Ini meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas. Anda bisa memberikan posting screenshot testimonial pengguna juga di sini. Jangan memalsukan testimonial. Apabila Anda belum memiliki testimonial, berikan produk Anda secara gratis ke orang-orang tertentu. Atau sama sekali jangan memberikan testimonial kalau memang belum ada.

  6. Urgency: Menciptakan rasa urgensi atau kebutuhan segera untuk bertindak, seringkali melalui penawaran terbatas atau timer hitung mundur, untuk meningkatkan konversi.

  7. FAQ: Bagian Tanya Jawab mengatasi keraguan atau pertanyaan umum yang mungkin dimiliki pengunjung, membantu menghilangkan keraguan terakhir menuju konversi.

Berikut adalah teks yang telah ditulis ulang dan dikoreksi sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang benar:

Setelah orang membaca semua hal di landing page, dan mereka tertarik untuk membeli produk Anda, maka langkah berikutnya adalah meminta mereka untuk membayar.

Ini yang disebut dengan Checkout Page.

Yang perlu Anda lakukan sekarang di titik ini, setelah membuat landing page dan checkout page adalah meletakkan landing page tersebut di link di profile social media Anda kalau Anda menggunakan Instagram atau TikTok, kalau di YouTube Anda bisa meletakannya di deskripsi video atau kolom komentar. Pastikan Anda pin post Anda di kolom komentar sehingga ketika Audience Anda membukanya, postingan Anda muncul di urutan pertama.

Semua hal ini dilakukan dengan tujuan Anda dengan mudah mengarahkan audience Anda untuk mencari link produk Anda, dan yang paling penting adalah bisa di-klik.

Banyak orang meletakkan link di caption Instagram, bahkan memberikan nomor WA mereka di situ. Masalahnya adalah post di caption Instagram itu tidak bisa di-klik atau copy paste begitu saja. Melakukan hal tersebut membuat Audience Anda ribet dan mereka tidak akan melakukannya.

Anda harus mempermudah semudah-mudahnya untuk orang bisa melakukan aksi sesuai arahan Anda.

Untuk produk seperti ini, saran saya adalah menggunakan link di profile atau taruh di Highlights kalau di Instagram. Sehingga nanti ketika Anda membuat konten, Anda tinggal meminta orang untuk klik link di bio atau highlights saja dan mereka dengan mudah akan menemukan produk Anda.

FUNNEL

Funnel, adalah sebuah proses penjualan. Sederhananya, atau pada umumnya, sebuah funnel adalah beberapa landing page yang disusun secara berurutan dan strategis yang didesain untuk membuat orang yang membacanya dan mengikuti alurnya menjadi membeli produk Anda (dan membeli lagi, dan membeli lagi).

Sebelumnya, kita sudah membahas tentang Cold Market, Warm Market, dan Hot Market. Sebuah funnel, didesain, supaya cold market Anda, yang bahkan tidak mengenal Anda, bisa tertarik dan akhirnya menginginkan apa yang Anda tawarkan.

Salah satu yang sering saya gunakan untuk menjual produk-produk digital saya adalah dengan menggunakan Webinar Funnel.

Jadi saya mendatangkan traffic (kita akan bahas traffic di bab berikutnya), ke sebuah halaman landing page (saya membuatnya dengan menggunakan TribelioPage), yang meminta mereka untuk mendaftar, memasukkan nama, email dan nomor WA mereka, kalau ingin mengikuti webinar saya.

Ingat bahwa Hook atau judul dari webinar Anda sangatlah penting di sini. Semakin bagus judul dari webinar Anda maka konversi atau jumlah orang yang mendaftar akan semakin tinggi.

Setelah mereka memasukkan nama, email dan nomor WA, biasanya saya akan mengajak mereka masuk ke sebuah grup WA, karena pada umumnya, saya mempromosikan webinar saya selama 1 minggu sebelum acara webinar itu sendiri dimulai.

Di hari H, hari webinar itu, saya menjelaskan dengan detail program saya, dan di akhir webinar, saya menawarkan offer saya. Sehingga apabila dibuat alurnya maka kurang lebih seperti ini:

Ketika melihat sebuah funnel seperti ini, bayangkan ini seperti bermain dengan puzzle. Anda mendesain landing page, kemudian diarahkan ke Whatsapp Group, kemudian dibawa lagi ke Webinar dan jualan.

Apakah berhenti cuma di sini?

Tentu tidak. Karena bentuknya seperti sebuah puzzle, maka tiap bagian-bagian ini bisa dibongkar pasang.

Pernah suatu ketika saya melakukan sebuah test dengan Funnel seperti ini:

Setelah banyak orang masuk ke WA Group-nya dan berdiskusi di dalam, saya merasa kok kualitasnya sangat kurang ya, sehingga saya mencoba Funnel yang berbeda seperti ini:

VSL itu adalah singkatan dari Video Sales Letter. Jadi di halaman orang yang mau mendaftar, dikasih video terlebih dahulu, saya muncul dan menjelaskan ini program apa dan apa tujuannya mendaftar di sini.

Ternyata hasilnya tidak membaik, mungkin karena memang orang Indonesia kebanyakan tidak membaca ya. Bahkan yang masuk ke grup bisa langsung menulis “ini grup apaan sih?”.

Bayangkan kualitasnya. Mereka melihat iklan, membuka landing page saya, mengisi form pendaftaran, dan masuk sendiri tanpa paksaan atau dimasukkan secara paksa. Dan mereka tidak tahu apa itu isi grupnya. Sangat kebangetan kan.

Berikut adalah teks yang telah ditulis ulang dan dikoreksi sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang benar:

Akhirnya saya mencoba cara lain, yaitu:

Jadi tetap dimasukkan ke WA Group, tetapi setiap 2-3 jam sekali, saya memberikan ucapan selamat datang tapi langsung disertai file video mentah, sehingga mereka bisa langsung menonton videonya.

Dari sini Anda bisa belajar bahwa tidak ada 1 funnel yang sudah ‘pasti’ bisa berhasil. Semua market itu berbeda, sehingga Anda harus melakukan proses test funnel Anda. Bukan opini orang yang penting, melainkan data yang berbicara.

Anda harus terbiasa menghitung berapa traffic yang datang, berapa yang daftar, konversinya berapa persen. Kalau Anda ubah headlinenya, apakah ada perubahan di konversinya. Kalau ada, apakah naik? atau malah turun? Jadi sekali lagi, tidak ada opini, yang ada adalah baca data dan ambil keputusan berdasarkan data yang muncul.

Tujuan dari sebuah funnel adalah mengonversi traffic.

Seberapa panjang desain sebuah funnel?

Jawabannya adalah sependek mungkin tetapi tetap bisa menghasilkan konversi optimal.

Pada umumnya, produk-produk yang murah membutuhkan funnel yang lebih pendek dan produk-produk yang lebih mahal akan membutuhkan funnel yang lebih panjang pula.

Setelah Anda menemukan sebuah funnel yang memiliki tingkat konversi yang bagus (baca: profitable,), maka step berikutnya adalah kita perlu mendatangkan banyak traffic atau orang ke funnel kita.

Bisa dibayangkan kalau 100 orang datang ke funnel Anda, dan ternyata konversinya adalah 10%, 10 orang membeli. Maka kenapa harus menunggu 100 orang setiap harinya yang datang ke funnel Anda? Kenapa kita tidak injak gas, beriklan di mana-mana sehingga yang datang setiap hari ada 1.000 orang, 10 ribu orang atau bahkan lebih.

Dengan konversi 10%, maka 10 ribu orang datang, akan ada 1.000 customer setiap harinya.

Yang perlu Anda perhatikan hanyalah, apakah konversi funnel Anda cukup konsisten.

PASSIVE INCOME DENGAN FUNNEL

Kunci membangun passive income adalah dengan memiliki sebuah funnel yang memiliki konversi optimal dan diberi traffic secara konsisten dari iklan.

Jangan memiliki mindset bahwa Anda harus membuat konten setiap hari untuk berjualan. Karena konten yang Anda bangun tidak akan memberikan traffic atau orang yang datang secara konsisten.

Bangun 1 funnel, pastikan konversinya bagus, beri traffic, dan biarkan dia berjalan sendiri menghasilkan passive income.

Langkah berikutnya ketika 1 funnel sudah menghasilkan adalah, bangun funnel kedua, ulangi langkah yang sama, sampai funnel kedua tersebut menghasilkan konversi juga. Maka Anda akan memiliki 2 funnel yang menghasilkan passive income.

Ulangi terus sebanyak yang Anda mau.

Rich Creator tidak fokus membuat konten, karena konten tidak berkorelasi secara langsung ke income Anda.

Rich Creator fokus membuat funnel yang menghasilkan konversi ke semua produk miliknya.

Ok setelah Anda paham tentang funnel, berikutnya, kita akan bahas strategi traffic yang saya pakai sendiri.

CHAPTER 6: Traffic

Ketika Anda sudah memiliki landing page atau funnel dan memiliki tingkat konversi yang baik, maka fokus berikutnya adalah mendatangkan Traffic sebanyak mungkin ke landing page atau funnel Anda.

Di dalam dunia digital, kita menyebut orang-orang yang datang ke website Anda atau ke aset digital Anda, sebagai Traffic. Dulu pengunjung website, kita sebut sebagai traffic, tetapi di era sekarang, dengan banyaknya social media, maka pengunjung akun social media Anda, juga disebut sebagai Traffic.

Mindset dari Traffic adalah apabila Anda mau membuat omzet Anda naik 2x lipat, maka sederhananya, Anda cuma butuh meningkatkan traffic 2x lipat juga.

Apabila 100 orang datang ke toko Anda dan 2 orang membeli produk Anda, maka kalau ada 200 orang yang datang ke toko Anda, maka dengan asumsi conversion rate yang sama, maka yang membeli barang Anda akan ada 4 orang.

Ketika membicarakan tentang traffic, ada tiga jenis traffic yang perlu Anda ketahui. Yuk kita bahas satu per satu.

TRAFFIC yang Tidak Anda Kontrol

Ini adalah traffic yang tidak bisa Anda kontrol. Sering juga disebut sebagai earned traffic, traffic yang Anda dapatkan dari usaha Anda membuat konten secara rutin. Misalnya Anda memiliki akun di Instagram Anda, atau YouTube Anda. Anda tidak bisa mengontrol berapa banyak yang akan melihat postingan Anda di sana. Anda tidak tahu siapa yang melihat bahkan membagikan postingan Anda. Search engine optimization atau SEO untuk blog Anda, juga termasuk ke dalam traffic yang tidak bisa Anda kontrol. Anda hanya bisa melakukan posting secara rutin, dan algoritma dari social media lah yang akan menentukan hasilnya.

Strategy traffic di social media adalah Anda mengandalkan postingan Anda setiap harinya yang kemudian diarahkan ke link landing page Anda.

Misalnya, Anda bercerita tentang cara mengatasi kecemasan dan stres di tempat kerja. Anda memberikan tips-tipsnya. Kemudian Anda menyuruh pembaca Anda kalau mau membeli produk affiliate seputar stress management, silakan klik link di bio profile Instagram Anda.

Kesalahan besar banyak orang adalah berpikir, kalau jadi content creator, terus jualan, kemudian semua produknya diposting sehingga isi kontennya bukan cerita melainkan menjadi katalog produk.

Orang datang ke social media bukan dengan mindset mencari produk, melainkan untuk melihat update teman, melihat topik yang mereka sukai. Mindset mencari produk lebih tepat ke marketplace.

Sehingga dengan mindset ini, akun Anda tidak akan bisa berkembang kalau hanya memposting produk.

Nah di sini jadi sedikit tricky. Kalau Anda ingin omzet Anda besar, maka Anda akan seperti saya, seorang Rich Creator yang sangat produktif, saya menulis buku, dan buku ini adalah buku kelima yang saya tulis seputar digital marketing. Kemudian saya masih punya banyak sekali produk digital yang lain.

Artinya, kalau saya harus menjual semua produk saya di postingan social media saya, maka saya harus posting semua produk saya. Dan ini tidak akan bisa works.

“Terus solusinya gimana dong?”

Seperti yang saya bilang di atas, Anda gunakan storytelling untuk bercerita di post Anda dan mengarahkan orang untuk membeli produk Anda melalui link di bio profile Anda. Di sini Anda bisa meletakkan lebih dari 1 produk kan. Bisa juga melalui highlights.

Tetapi tidak bisa juga kalau setiap hari Anda posting tentang produk yang berbeda-beda terus menerus. Orang akan bingung. Maka solusinya adalah dengan jenis traffic berikutnya, traffic yang Anda kontrol atau iklan.

Salah satu hal penting lainnya adalah, banyak sekali mindset yang salah tentang postingan social media ini dianggap ‘bangun personal branding dulu sebelum ngiklan. Cuma buat saya ini mindset yang kurang tepat.

Bayangkan, Anda baru memiliki 20, 50, atau bahkan 100 orang follower di Instagram Anda. Terus Anda posting rutin setiap hari berharap membangun personal branding. Bagaimana personal branding Anda bisa terbangun kalau yang melihat hanya 100 orang follower yang sudah tahu Anda?

Personal branding dibangun dengan banyak orang yang belum tahu Anda mulai melihat muka Anda di social media mengatakan sesuatu (personal opinion). Dan itu dibangun pakai iklan, traffic yang Anda kontrol.

TRAFFIC yang Anda Kontrol

Ini adalah traffic yang bisa Anda kendalikan, contohnya adalah iklan di Facebook, iklan di Google. Anda tahu dan bisa menentukan siapa yang melihat iklan Anda, umur berapa, jenis kelamin mereka, kesukaan mereka bahkan lokasi mereka. Dan Anda juga bisa mengarahkan mereka menuju ke tempat tertentu sesuai keinginan Anda.

Menguasai traffic ini adalah salah satu strategi untuk meningkatkan pendapatan dari bisnis Anda. Karena Anda tinggal membayar iklan lebih untuk mendatangkan customer lebih banyak lagi ke tempat Anda. Tinggal dikalkulasi saja apakah budget yang Anda gunakan lebih rendah daripada profit yang Anda dapatkan ketika terjadi transaksi.

Kelebihan traffic dari iklan adalah jumlahnya hampir tidak terbatas. Selama Anda memiliki budget-nya, maka Anda bisa mendatangkan traffic sebanyak-banyaknya.

Melanjutkan topik pembahasan sebelumnya, bagaimana cara menjual produk Anda, maka Anda tinggal mengiklankan landing page dan funnel dari produk-produk yang Anda miliki tanpa harus setiap hari posting jualan di akun social media Anda.

Saya memiliki belasan produk saat buku ini ditulis, dan tidak mungkin kalau tiap hari harus posting semua produk tersebut secara bergantian di akun saya kan.

Yang saya lakukan adalah saya mengiklankan semua landing page dari produk-produk saya tersebut dengan menggunakan Instagram Ads, Facebook Ads, dan sebagainya. Sehingga ketika semua itu jalan, meskipun saya tidak memposting apapun di social media saya, tetap saja semua transaksi akan terjadi. Orang akan datang ke landing page saya, membeli produk saya.

Ini hampir menjadi sebuah sistem yang pasif income. Apalagi ketika ada super affiliate yang bekerja sama dengan saya, di mana mereka yang mengurus semua teknis operasional di seputar iklan ini.

Berikut adalah teks yang sudah dikoreksi sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang benar:

TRAFFIC yang Anda Miliki

Ini adalah goal Anda. Traffic yang Anda miliki sendiri, di mana Anda bebas menentukan mau mengirimkan apa dan ke mana. Kalau Anda sudah belajar Internet Marketing dari sejak lama, maka holy grail untuk traffic you own ini adalah Email atau nomor WA. Saya menggunakan keduanya.

Database email sangat crucial, karena Anda bisa mengirimkan email apapun ke audience Anda, kapanpun. Meskipun demikian, tidak disarankan untuk melakukan spamming, dengan mengirimkan promosi terus-terusan sehingga audience Anda jadi kabur.

Untuk WA, selain mengumpulkan nomor WA, saya juga membangun kolam prospek di grup-grup WA yang saya berikan value secara berkala, diajak ngobrol secara rutin. Memang effort, tetapi ini adalah salah satu momen untuk menjadikan mereka superfans.

Jadi kesimpulannya adalah, memiliki database dengan communication channel yang bervariasi ini meningkatkan kelancaran proses komunikasi Anda dengan audience Anda.

TRAFFIC STRATEGI

Setelah Anda mengenal tiga jenis traffic di atas, goal besar Anda adalah, bagaimana menggunakan traffic you don’t control dan traffic you control dan mengarahkan mereka menjadi traffic you own.

Goal Anda adalah mendatangkan sebanyak mungkin 2 tipe traffic tersebut dan mengubahnya menjadi milik Anda sehingga.

Pada tahun 2009, saya membuat sebuah landing page, PanduanDiet. Sebuah halaman simpel yang mengajak traffic yang datang untuk mendaftarkan emailnya untuk mendapatkan edukasi lebih lanjut tentang bagaimana cara menurunkan berat badan. Saya bahkan tidak menggunakaan ebook, hanya email teks sederhana.

Di hari pertama saya memperkenalkan diri dan apa ekspektasi dari audience untuk beberapa hari ke depan.

Hari kedua saya memberikan info tentang cara mengatur pola makan, dari sarapan, makan siang dan makan malam.

Hari ketiga saya memberikan tips olahraga apa yang paling cepat untuk menurunkan berat badan.

Di hari keempat, saya membahas tentang riset kafein yang terkandung di dalam kopi dan beberapa zat pembakar lemak lainnya.

Nah di hari kelima, saya memperkenalkan suplemen saya, Ultra Ripped, dengan kandungan yang sesuai di hari keempat dengan formulasi yang tepat sehingga bisa mengoptimalkan pembakaran lemak di tubuh.

Tahukah Anda bagaimana hasilnya setelah saya buka kran dari traffic yang saya kontrol? Saya menggunakan iklan Google karena belum ada iklan Facebook di tahun itu.

Hanya dengan menggunakan sebuah halaman simpel seperti itu saja saya mendapatkan revenue sekitar 300-350 juta per bulan. Pada tahun itu, merupakan jumlah yang sangat besar untuk pendapatan dari internet, hanya dengan 1 halaman landing page seperti itu saja.

Tetapi problemnya adalah saya tidak membangun komunitas di waktu itu. Saya terlalu senang dengan kenyataan bahwa saya yang baru belajar saja bisa menghasilkan angka tersebut. Kalau saja di tahun tersebut saya sudah mengerti seluruh isi buku yang sedang Anda baca ini. Ceritanya tentu lain.

Di tahun 2015, saya membangun perusahaan training saya, DigitalMarketer.id, di mana awalnya adalah sebuah workshop digital marketing, selama 2 hari, Sabtu dan Minggu. Tetapi saya tidak mau hanya menjual workshop begitu saja, karena harus ada yang namanya recurring revenue kalau saya membuat sebuah bisnis. Pendapatan yang terus-terusan masuk tiap bulannya dari customer yang membeli secara rutin. Di situ saya membangun online course dalam bentuk membership, yang saya namakan DM Labs.

Nah inilah cikal bakal komunitas digital marketing saya. Di sana saya memberikan sharing edukasi tentang tren-tren seputar digital marketing. Dan ketika Anda memiliki superfans, maka mereka membeli apapun yang Anda buat. Di tahun 2017, saya meluncurkan online course seputar International Dropshipping, di mana Anda bisa membuat toko online, dan mengambil barang dari China, dan menjualnya lagi ke seluruh negara dengan traffic dari iklan Facebook.

Hanya dalam waktu dua bulan saja, saya mendapatkan hampir seribu member baru di DM Labs, dan saat itu, karena semua mau belajar International Dropship tetapi banyak yang belum bisa beriklan di Facebook. Maka kelas workshop offline Facebook Ads Mastery saya dan partner saya juga membludak.

Diskusi di dalam DM Labs menjadi sangat ramai, saling support, dan sebagai sebuah bisnis DigitalMarketer.id juga berkembang secara pendapatan.

Di bulan Desember 2023, saya membangun Waiting List group saya di WA, untuk acara launching kelas 30 Days Challenge Membuat Kursus Online. Dari post organik saya, tanpa iklan, saya berhasil mengumpulkan lebih dari 1.000 orang dalam waktu 1 hari. Sehingga waktu itu saya perpanjang terus. Dan ketika Webinar, dalam waktu 1 minggu, 3x webinar, terjual 330 peserta, dan sebagai affiliate, komisi saya di atas 100 juta rupiah.

Kemudian 1 minggu berikutnya, saya mengumpulkan orang di grup WA sekali lagi untuk launching kelas saya sendiri 100 Juta Traktir Kopi Formula. Terkumpul 3.500 orang di 7 grup WA. Ada yang dari Organic, dari post saya, berarti ini traffic dari follower yang sudah mengenal saya. Dan ada juga traffic dari iklan.

Webinar 2x, dalam rentang waktu 10 harian, terjual 500 peserta, dengan harga 900 ribu-1 juta. Anda bisa hitung juga, omzet hampir setengah milyar dalam rentang waktu 10 hari saja.

Grup-grup yang ada tersebut tidak dibuang setelah selesai, karena itu adalah aset Anda. Anda tetap bisa mengolah grup-grup tadi, mengedukasi mereka, dan mengajak mereka untuk membeli produk berikutnya.

Dan benar saja, 1 bulan setelah itu, saya menjadi affiliate sekali lagi untuk produk 30 Days Paid Traffic Bootcamp, kelas yang mengajarkan orang untuk beriklan di Facebook dan Instagram.

Dalam 1x webinar saja, terjual hampir 300 peserta di harga 999 ribu per orangnya. 300 juta dalam waktu 2 jam webinar saja.

Makanya sangat penting untuk memiliki traffic sendiri di dalam sebuah komunitas.

Jangan terlalu memikirkan bahwa di awal Anda bisa atau harus mengumpulkan ribuan database di tempat Anda. Mungkin 50 orang pertama sudah cukup bagus. Secara bertahap proses yang Anda lakukan akan bisa menambah jumlah database Anda.

Semuanya butuh proses, tidak ada yang instant. Tanpa Anda sadari, kalau Anda konsisten melakukan ini semua, Anda akan mengumpulkan banyak sekali database baik itu email dan nomor WA sehingga ketika nanti Anda meluncurkan produk baru, mereka siap membeli produk Anda.

Berikut adalah teks yang sudah ditulis ulang dan diperbaiki sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang benar:

DREAM 100

Istilah Dream 100 diperkenalkan oleh Chet Holmes dalam bukunya The Ultimate Sales Machine dan dipopulerkan oleh Dana Derricks.

Konsep Dream 100 adalah, mencari daftar 100 orang, yang memiliki bisnis atau audience yang cukup besar, di mana audience mereka merupakan audience yang menjadi target market kita juga.

Anda bisa membagi Dream 100 ini menjadi beberapa kategori. Misalnya YouTubers, Podcaster, Blogger, atau apapun itu dan buat daftarnya. Target Anda adalah mengumpulkan 100 orang di daftar Anda ini.

Dream 100 ini sedikit berbeda dengan affiliate, di mana Anda mencari orang yang bisa mempromosikan barang Anda, dan mereka akan mendapatkan komisi dari penjualan yang mereka lakukan.

Di Dream 100, Anda mencari orang-orang di mana nantinya Anda bisa mengintegrasikan bisnis Anda ke dalam bisnis mereka atau sebaliknya.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang Dream 100, Anda perlu memahami dulu apa yang disebut dengan Customer Acquisition Cost.

CUSTOMER ACQUISITION COST

Ketika berbicara tentang iklan berbayar, Anda harus benar-benar memahami apa yang disebut dengan Customer Acquisition Cost atau CAC. CAC adalah harga yang harus Anda bayar untuk mendapatkan 1 orang customer membeli apapun yang Anda tawarkan.

Contoh, apabila Anda menghabiskan 200 ribu rupiah, dan Anda mendapatkan banyak 100 orang datang ke toko Anda, dan 4 orang membeli produk Anda. Maka perhitungan CAC nya adalah, 200 ribu dibagi 4, menjadi 50 ribu per orang.

Mengerti perhitungan CAC ini sangat penting untuk mengembangkan bisnis Anda di dunia digital. Sekarang, kalau profit margin Anda adalah 50 ribu per transaksi. Maka dengan CAC sebesar 50 ribu, Anda akan breakeven dan tidak mendapatkan profit sama sekali. Kalau profit Anda di bawah 50 ribu, maka Anda akan rugi. Goal Anda adalah mendapatkan profit di atas 50 ribu. Misalnya profit margin barang Anda adalah 70 ribu, maka dengan CAC sebesar 50 ribu, profit Anda adalah selisihnya, atau 20 ribu rupiah.

Di Mindset saya, goal saya adalah mendapatkan breakeven di awal, asal tidak rugi, karena goal saya adalah membangun Audience saya. Karena ketika breakeven maka nanti apabila mereka membeli untuk kedua kalinya, itu murni profit semua untuk Anda, tanpa harus kehilangan uang lagi untuk membayar iklan.

Lalu apa hubungannya ini dengan Dream 100?

Ada 2 langkah di sini, yang pertama, Anda berjualan sendiri, Anda membeli iklan sendiri, dan menggunakan perhitungan CAC seperti di atas. Anda tahu profit margin Anda. Anda membayar 50 ribu per customer dan mendapatkan profit 20 ribu. That’s it!

Yang kedua adalah, dengan membangun Dream 100 Anda. Bayangkan apabila Anda menemukan 1 orang Dream 100, di mana dia bisa mengintegrasikan barang Anda, maka 1 orang saja, profit Anda bisa jutaan, bahkan milyaran.

Kita ambil contoh, kalau Anda jualan sabun, dan Anda menjual eceran ke orang-orang, maka mungkin Anda akan mendapatkan profit 5 ribu-50 ribu per sabun yang terjual.

Tetapi tiba-tiba teman Anda pemilik hotel, dan membutuhkan sabun untuk hotelnya, dan dia mengintegrasikan sabun Anda ke semua kamar di hotelnya. Berapa lompatan pendapatan dari bisnis Anda? Tiba-tiba semua customer dari hotel tersebut menjadi customer Anda semua.

Hal yang sama terjadi di US, dengan budget hotel. Di mana mereka tidak menyediakan restoran, di hotelnya. Domino Pizza melihat peluang ini. Mereka bernegosiasi dengan hotel-hotel tersebut sehingga pihak hotel menawarkan pizza tersebut ke setiap customer yang datang. Kalau butuh breakfast, atau makan, pizza siap diantar.

Kerjasama ini, akan membuat value pihak hotel meningkat di hadapan customernya karena yang tadinya tidak memiliki service makanan, sekarang menjadi ada. Dan Domino Pizza juga mendapatkan customer baru. Customer hotel yang membutuhkan makanan sekarang menjadi customer Domino Pizza. Win win solution.

Bahkan Bill Gates pun melakukan hal yang sama dengan Microsoftnya. Di awal berdirinya Microsoft, Bill Gates melakukan negosiasi kerjasama Integration Marketing dengan IBM, bahwa operating system yang digunakan adalah MS-DOS dari Microsoft. Bahkan Bill Gates meminta bahwa ketika ada upgrade dari versi MS-DOS, dia boleh menjualnya ke customer IBM. Itu cikal bakal Bill Gates menjadi orang terkaya di dunia. Kuncinya? Integration Marketing.

Contoh lain, kalau Anda menggunakan iPhone, dengan browsernya Safari. Maka setiap kali Anda membuka Safari untuk mencari sesuatu, secara otomatis Safari akan menggunakan Google.

Strategi Integration Marketing juga kan. Anda akan melihat hal ini di mana-mana.

Dan dari strategi seperti di atas, sekarang Anda bisa menghitung sendiri bahwa untuk mendapatkan 1 orang Dream 100, sangatlah berharga, dan mungkin nilainya lebih dari sekedar 5-50 ribu. Bahkan kalau Anda membayar mereka 100 juta pun, atau memberikan mereka mobil, tetapi setelah itu mereka menghasilkan milyaran untuk bisnis Anda. Masih sangat berharga.

Ketika saya sedang mencari user untuk TribelioPage, sebuah landing page builder saya, maka saya melakukan hal yang sama. Saya mencari tahu siapa orang-orang yang membutuhkan sebuah landing page. Salah satunya adalah orang-orang yang beriklan di Facebook. Mereka membutuhkan landing page. Maka saya bekerja sama dengan salah satu mentor yang mengajarkan tentang Facebook Ads.

Di kelasnya, daripada pesertanya bingung harus menggunakan Wordpress, beli domain, setting-setting semua hal teknis itu, kenapa enggak bekerjasama dengan TribelioPage.

Mudah, tinggal drag and drop saja.

Setelah deal, dia menambahkan module di kelas Facebook Ads nya tentang TribelioPage.

Artinya apa? Setiap kali dia mendapatkan 1 orang murid, saya mendapatkan 1 orang peserta.

Very nice kan!

Saya melakukan itu terus ke beberapa orang dan di tahun 2022, perkembangan jumlah user di TribelioPage meningkat 1.000% atau 10x lipat tanpa biaya marketing yang signifikan!

Menariknya di sini adalah, Anda akan mendapatkan customer dari mereka secara gratis, dan terus-menerus. Inilah kuncinya, Anda tidak lagi harus membayar untuk mendapatkan customer lagi. Bisnis Anda bisa di scale sangat besar dengan strategi ini. Yang perlu Anda lakukan adalah mulai membuat daftar dari Dream 100 ini.

Setelah Anda memiliki daftar Dream 100 ini, ada dua strategi yang bisa Anda gunakan.

Berikut adalah hasil koreksi dari teks yang diberikan:

EARN YOUR WAY IN

Cara pertama ini memang cukup membutuhkan usaha dan waktu. Tetapi inilah The Ultimate Dream 100. Anda harus memberikan value kepada orang-orang yang berada di list Anda terlebih dahulu. Bangun hubungan yang baik dengan mereka. Tujuan awal Anda bukan untuk me-monetize mereka, tetapi memang benar-benar tulus menjalin hubungan yang baik.

Anda bisa mulai masuk ke radar mereka, sering memberikan komentar apabila mereka posting di social media, dan memberikan value secara terus-menerus. Goal akhirnya adalah hubungan yang baik sehingga di kemudian hari, apabila Anda meluncurkan produk Anda, mereka akan dengan sukarela support dengan Anda. Russell Brunson sudah menjalin hubungan yang baik dengan Tony Robbins 7 tahun sebelum akhirnya Tony datang dan berbicara di event yang dibuat oleh Russell.

Banyak orang membangun bisnis digital dan melupakan langkah ini. Terlalu sibuk online dan malas untuk keluar dan bertemu dengan banyak orang lain. Padahal sebaiknya kita bisa menjalin networking dan silaturahmi dengan orang lain. Mulailah lakukan hal ini dan lihat bisnis Anda akan berkembang.

BUY YOUR WAY IN

Cara kedua adalah dengan membayar. Contohnya seperti di atas, ketika teman saya, Gde, berjualan robot forex-nya, dia menggunakan channel TV. TV channel yang diajak bekerja sama membutuhkan konten yang bisa dijual dan Gde membutuhkan audience dari TV tersebut. Mereka akhirnya bekerja sama. Meskipun Gde membayar puluhan sampai ratusan juta per sekali tayang di TV, tetapi itu sangat berharga karena hasil yang didapat jauh melebihi biaya tayangnya.

Anda sudah tahu semua strateginya, tugas Anda adalah segera take action dan membuat daftar dari Dream 100 ini. Mulai bangun hubungan yang baik dengan banyak orang. Anda bahkan bisa mempekerjakan seorang Dream 100 manager, dengan tugas selain membantu Anda membangun list ini, juga melakukan research yang mendalam tentang mereka satu per satu. Ketika Anda memiliki data yang lengkap, siapa orangnya, apa value mereka, apa kebutuhan mereka, apa goal mereka, maka Anda bisa memberikan value yang tepat dan membangun hubungan Anda dengan lebih baik dan cepat. Ingat, bahwa 1 orang saja, sangat berharga.

AFFILIATE

Seorang affiliate adalah seseorang yang menjualkan produk orang lain dan ketika terjadi sebuah transaksi, maka seorang affiliate tersebut akan mendapatkan komisi. Besarnya komisi tergantung dari program affiliate yang dipilih.

Sebagai seorang creator, berarti Anda yang memiliki produk yang hendak Anda jual.

Seorang affiliate adalah pekerja lepas yang tertarik dengan produk yang Anda jual sehingga mereka mau menjualkan produk Anda. Bahkan seorang affiliate bisa mengeluarkan budget iklan sendiri untuk menjualkan produk Anda.

Ini menarik sekali bagi Anda sebagai seorang Rich Creator, karena begitu seorang affiliate yang bagus menjualkan produk Anda, maka Anda tinggal menunggu aja, sales akan berdatangan.

Free Money!!!

Enak banget!

Tapi jangan keburu senang dulu. Kata kuncinya adalah seorang affiliate merupakan pekerja lepas yang tidak bisa Anda suruh-suruh. Anda harus membuat seorang affiliate tertarik menjualkan produk Anda.

Nah apa saja hal yang bisa membuat seorang affiliate tertarik menjualkan produk Anda:

  1. Produk yang bagus. Ini penting, karena tidak ada seorang pun yang mau menjualkan produk Anda kalau produk Anda jelek. Kalau Anda membuat sebuah online course, pelajari online course milik creator lain yang memiliki penjualan tinggi. Apakah kualitas video mereka bagus? Apakah editing mereka bagus? Bagaimana dengan kelengkapan produknya? Apakah ada dokumen atau worksheet pendukung? Apakah ada bonus sesi coaching?

  2. Komisi tinggi. Ini juga sangat penting bagi seorang affiliate, karena mereka bahkan mau mengeluarkan budget iklan dari kantong mereka sendiri. Kalau Anda membuat produk dan menjualnya dengan harga murah dan berasumsi bahwa semakin murah akan semakin laku, maka affiliate tidak akan melirik produk Anda.

    Saran saya, iklankan produk Anda sendiri, dan lihat, berapa biaya iklan yang Anda keluarkan untuk sampai terjadi sebuah penjualan. Berapa Customer Acquisition Cost (CAC) Anda sendiri. Kalau harga produk Anda 100 ribu dan CAC Anda adalah 50 ribu, dan komisi yang Anda berikan ke affiliate hanyalah 20 ribu, maka jelas tidak akan ada affiliate yang mau menjualkan produk Anda.

  3. Marketing Kits atau bahan promosi yang lengkap. Seperti gambar banner, post social media, copywriting, email copywriting dan konten-konten lain yang bisa digunakan oleh para affiliate untuk memasarkan produk Anda. Meskipun Affiliate yang bagus bisa membuat konten mereka sendiri, tetapi mereka perlu mengetahui produk Anda dengan lebih baik, bahasa apa yang Anda gunakan untuk menjual dan sebagainya. Mereka akan bisa memiliki tolok ukur awal ketika membuat bahan promosi mereka sendiri.

  4. Produk Anda laku. Nah ini sangat sering disebutkan oleh para affiliate ketika saya melakukan beberapa interview dari para affiliate di com. Mereka menyebutkan kriteria mereka memilih produk untuk dijual adalah dari berapa jumlah omzet atau produk yang terjual. Mereka menghindari produk-produk yang belum laku sama sekali atau yang masih baru.

    Alasannya sederhana, mereka tidak mau membuang uang, untuk budget iklan, di sebuah produk yang belum tentu laku.

    Nah dari sini, maka penting bagi Anda sebagai creator untuk menjual produk Anda sendiri, memastikan landing page Anda benar-benar bisa menghasilkan konversi penjualan.

    Mindset yang salah di sini adalah Anda sebagai creator berpikir bahwa tugas Anda berhenti sampai di membuat produk saja. Kenyataannya, Anda harus benar-benar menjual produk Anda sendiri sampai laku. Affiliate adalah tambahan untuk menjual produk Anda dalam jumlah dan skala yang lebih besar. Tetapi harus laku terlebih dahulu.

    Pesan saya, buat landing page yang bagus, pastikan semuanya berjalan dengan baik, terjadi penjualan, bahkan lengkap marketing kits Anda dengan target market yang jelas supaya affiliate yang tertarik langsung tahu mereka harus mentarget siapa untuk menjual produk Anda.

    Kalau Anda sendiri tidak bisa menjual produk Anda, jangan harap Affiliate mau mempromosikan produk Anda. Affiliate bukanlah karyawan Anda, jadi jangan harap mereka mau melakukan riset, membuat landing page semuanya untuk Anda. Anda yang harus membuatnya dan mengujinya. Landing Page dengan konversi yang tinggi akan sangat menarik bagi para Affiliate.

  5. Creator yang aktif disukai affiliate. Ketika Anda aktif di social media, sering promosi, kemudian memiliki komunikasi yang baik, dan memberikan dukungan penuh kepada para Misalnya ada satu creator di Tribeversity yang sering sekali posting di social media-nya mengatakan ‘ini cara jualan produk saya’, kemudian posting lain mengatakan ‘saya membuatkan group support buat para affiliate saya, sehingga kalau ada pertanyaan apapun, saya bisa membantu mereka’.

    Nah creator yang aktif seperti ini lebih disukai daripada yang berdiam diri saja. Anda bisa saja aktif membuat kontes-kontes di antara para affiliate Anda sendiri, dan yang menang, mendapatkan hadiah tertentu. Ini membuat dinamika semakin baik dan affiliate semakin suka dengan Anda dan produk Anda.

    Perlu Anda ketahui bahwa kemungkinan besar, follower Anda sendiri di social media bisa menjadi prospek affiliate terbaik Anda.

Ketika saya mempelajari tentang Affiliate Marketing di Amerika, yes, saya kenal beberapa pemain affiliate marketer kelas dunia. Seorang creator bisa saja memberikan hadiah iPhone ketika affiliatenya ulang tahun, atau membawakan wine untuk hadiah. Relationship benar-benar dijaga karena pada prinsipnya, affiliate yang bagus akan membawakan Anda income yang luar biasa besar setiap harinya.

CHAPTER 7: Tribeversity

Saya selalu percaya dengan yang namanya edukasi, dan komunitas. Ada beberapa hal yang membuat saya menyukai edukasi. Ingat, bahwa sebuah target market adalah sekumpulan orang yang terekspose oleh sebuah edukasi tertentu. Dari konsep ini, berarti dengan edukasi, kita bisa menciptakan market kita sendiri.

Beranjak dari kata-kata “sekumpulan orang”, maka berikutnya adalah sekumpulan orang dengan edukasi tertentu, yang kemudian berkumpul menjadi satu yang disebut komunitas.

Di Tribelio, asal katanya adalah dari kata Tribe, yaitu suku atau komunitas. Sekumpulan orang yang terekspose edukasi tertentu dan memiliki tujuan besar bersama-sama.

Dan Tribeversity, ide awalnya adalah saya menggabungkan kata Tribe dan University, yang melambangkan edukasi.

Hari ini, Tribeversity adalah sebuah platform untuk berbagi expertise. Edukasi ketika dimiliki oleh seseorang, menjadi sebuah skill atau keahlian yang disebut dengan expertise. Menariknya adalah sebuah expertise digabungkan dengan experience ini menjadi sebuah value yang sangat besar.

Rumusnya: Keahlian + pengalaman = Big Value

Dari sinilah saya menciptakan Tribeversity ini. Tribeversity adalah sebuah tempat yang mempertemukan antara experts, orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman tertentu dengan para affiliate, yang bisa membantu menjualkan produk dari Rich Creator tadi.

Rich Creator adalah orang yang expert di bidang tertentu, memiliki skill dan pengalaman di bidang tertentu dan mengemas semuanya itu menjadi sebuah produk (yang kita bahas di bab sebelumnya tentang produk).

Affiliate adalah orang-orang yang menjual produk-produk ini dan mendapatkan komisi ketika berhasil menjual produk ini.

Kalau Anda adalah seorang Expert atau Rich Creator, maka Anda tinggal memasukkan produk Anda di Tribeversity. Anda bisa berjualan produk Anda sendiri atau mendaftarkan produk Anda di Tribeversity marketplace sehingga para affiliate bisa membantu Anda menjualkan produk Anda.

Di awal launching Tribeversity, produk yang bisa dijual di sini adalah online course saja. Tetapi seiring dengan perkembangan platform-nya dan visinya untuk menjadi tempat berjual beli expertise, maka Tribeversity berkembang dan menjadi platform untuk berbagai jenis produk, ke arah ebook, buku, webinar, coaching, dan sebagainya.

Saran saya untuk Anda sebagai seorang Rich Creator, pelajari bagaimana mengubah keahlian dan pengalaman Anda ke berbagai format produk, sehingga bisa dijual tanpa harus Anda menjual waktu pribadi Anda.

Dan yang kedua adalah, belajarlah cara menjualnya, dengan membangun funnel, beriklan di Facebook.

Tribeversity sudah menyediakan platform-nya, tempat membership-nya di mana ada mekanisme kalau orang sudah membayar, baru bisa mengakses materi Anda. Tribeversity juga menyediakan payment gateway-nya, CRM-nya, landing page builder-nya, dan semua hal teknis lainnya.

Anda tinggal perlu mempelajari cara menggunakannya saja.

CHAPTER 8: What’s Next?

Phiew, akhirnya Anda sudah sampai di bab terakhir buku ini. Sekarang Anda sudah tahu, bagaimana mindset seorang Rich Creator untuk mendapatkan income. Kita sebagai seorang Rich Creator, mengemas keahlian dan pengalaman yang kita miliki menjadi sebuah produk untuk dijual. Dan karena bentuknya sebuah produk (digital), maka kita bisa menjualnya lebih banyak. Istilahnya adalah scalable business model!

Berikutnya apa?

Fokus saya di buku ini, sebagai seorang Rich Creator, kita membantu audience kita menyelesaikan masalah dan mencapai goal mereka. Maka pikirkan, apa saja yang bisa kita sediakan sehingga target market kita ini bisa mencapai mimpinya dengan lebih mudah, lebih cepat atau lebih murah.

Apakah mereka membutuhkan buku tentang hal-hal spesifik? Misalnya saya membuat buku tentang Rich Creator ini. Kalau mereka mau belajar tentang copywriting, saya juga punya buku yang berjudul Al Copywriting Black Book (bisa dipesan di MCopywriting-BlackBook.com). Kalau mau belajar bikin kolam prospek ada bukunya juga, namanya List Building Black Book (bisa dipesan di ListBuildingBlackBook.com).

Dari sini bisa Anda lihat bahwa saya menyediakan banyak produk untuk 1 niche atau segment market yang sama.

Saya juga membuat banyak produk digital, misalnya Binaural Audio untuk membuat Content Creator menjadi Pede Public Speaking (ini judul produknya, bisa Anda dapatkan di Tribeversity.com), dan seterusnya.

Saya tidak terlalu suka pendekatan dropshipping produk seperti zaman dulu. Tidak ada yang salah dengan dropshipping, tetapi kebanyakan mental dropshipping adalah terlalu fokus ke produknya. Old Economy Mindset yang berusaha didigitalisasi.

Pemain dropshipping akan fokus ke menemukan produk yang bagus dan laku untuk dijual, dan setelah tren-nya habis, mereka akan mencari produk baru lagi, begitu seterusnya. Sedangkan seorang Rich Creator akan fokus ke orangnya, siapa orangnya yang bisa dibantu. 1 orang bisa membeli banyak produk sehingga bisa meningkatkan income seorang Rich Creator tanpa biaya akuisisi customer yang terlalu tinggi.

1x biaya akuisisi keluar, Anda bisa berjualan berkali-kali.

Dengan Tribeversity yang bisa menjadi platform untuk jual beli expertise Anda, maka langkah berikutnya adalah mulailah fokus untuk menciptakan banyak produk untuk target market Anda. Bisa banyak ebook, banyak online course, banyak buku, dan sebagainya.

Dan setelah Anda memiliki banyak produk, berikutnya adalah bangun banyak funnel.

Misalnya saya memiliki produk online course dengan judul 100 Juta Traktir Kopi Formula. Yang isinya adalah mengajarkan bagaimana caranya membuat funnel secara spesifik untuk mendapatkan hot prospek.

Dari 1 produk ini saja, ternyata market-nya bisa melebar. Bisa ke agen asuransi, bisa ke agen properti, bisa ke MLM atau network marketing, bisa juga ke sales motor, mobil, dan sebagainya.

Artinya, saya bisa membuat banyak funnel, dengan target market yang berbeda-beda, hanya untuk menjual 1 produk ini saja kan. Dan setelah saya memiliki misalnya 5 funnel untuk produk ini, maka saya akan mendatangkan traffic secara konsisten dari iklan.

Kalau Anda konsisten melakukan ini semua, 1 bulan Anda bisa membuat 4 funnel misalnya. 1 minggu 1 funnel, maka dalam 1 tahun, Anda bisa membuat 50 funnel.

Kalau 1 funnel bisa menghasilkan 5 juta rupiah per bulan, di akhir tahun, Anda bisa mendapatkan income 250 juta dari puluhan funnel Anda tersebut.

BANGUN KERAJAAN MEDIA

Ketika saya menghadiri event di luar negeri, ada seorang creator yang ketika bercerita, dia memiliki income 2 juta USD per bulannya. Dan setelah mengobrol beberapa lama, saya bertanya, punya berapa niche?

Dia mengatakan bahwa 2 juta USD per bulan itu datang dari 20 niche. Jadi kalau dihitung-hitung, 1 niche bisa menghasilkan sekitar 100 ribu USD. Dan ada banyak sekali affiliate yang mempromosikan online course-nya.

Berarti di sini kuncinya adalah, setelah Anda berhasil membangun banyak produk, banyak funnel untuk 1 niche, maka step berikutnya adalah bangun banyak niche atau banyak market.

Saya juga pernah datang ke acara mastermind kelas Facebook Ads di Jerman. Dan salah satu bintang tamu di acara tersebut adalah seseorang yang memiliki sebuah Performance Agency. Performance Agency adalah sebuah agency digital marketing yang dibayar berdasarkan hasilnya. Bisa berdasarkan jumlah prospek yang masuk atau berdasarkan sales.

Agency ini, bisa menghabiskan budget iklan 3 juta USD hanya dalam waktu 1 bulan saja. Dan yang mereka lakukan juga kurang lebih mirip, tapi agency ini adalah sebagai affiliatenya.

Mereka memiliki niche yang sangat bervariasi sekali, mulai mencarikan database untuk daftar credit card, sampai ke mencarikan penjualan untuk memasang solar panel di rumah-rumah.

Dari sini, kesimpulannya adalah:

  1. Temukan sebuah niche yang Anda paham benar. Akan lebih baik kalau misalnya niche ini adalah diri Anda sendiri, masalah Anda sendiri. Ini strategy terbaik untuk Anda juga Anda baru memulai.
  2. Bangun produk pertama Anda, entah itu online course, ebook, buku dan sebagainya. Saran saya adalah online course, karena harganya yang lebih tinggi sehingga bisa memberikan Anda income yang cukup lumayan.
  3. Bangun landing page dan funnel-nya, pastikan konversi di sini cukup bagus.
  4. Bawa traffic masuk, pertama dari traffic yang Anda miliki kalau memang sudah punya, atau dari social media. Setelah itu fokus ke iklan, karena iklan akan lebih konsisten mendatangkan traffic.
  5. Bangun komunitas affiliate Anda, bagikan strategy yang sudah Anda lakukan di nomor 4, supaya Affiliate bisa melakukan hal yang sama dan mendatangkan lebih banyak lagi sales ke bisnis Anda.
  6. Ketika semuanya sudah jalan, maka mulailah bangun value ladder Anda, kalau tadi Anda mulai dari online course, mulai pikirkan produk lain seperti ebook, buku, coaching dan lain-lain.
  7. Setelah semuanya Anda bangun dan berhasil maka berikutnya adalah mulai membangun Media Empire Anda. Ulangi step dari nomor 1 sampai nomor 6 di Niche kedua, ketiga dan seterusnya. Lama kelamaan Anda akan memiliki kerajaan bisnis di online dan menikmati Time Freedom.

Berikut adalah teks yang sudah dikoreksi sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang benar:

TIME FREEDOM

Menjadi seorang Rich Creator membuka peluang yang sangat besar. Pendapatan seorang Rich Creator tidak lagi dibatasi oleh apa pun selain imajinasi Anda. Tidak ada yang membatasi Anda bahwa Anda hanya boleh membuat 1 online course atau 1 ebook saja.

Anda bebas mau membuat 100 online course atau 100 ebook. Tidak ada batasannya. Hanya ambisi Anda yang menjadi batasannya.

Dengan margin profit yang sangat besar, sangat mungkin untuk mendapatkan miliaran Anda yang pertama sebagai Rich Creator tanpa modal yang terlalu besar. Margin yang besar ini memungkinkan Anda untuk mendapatkan income dengan cepat sehingga Anda memiliki kebebasan waktu yang Anda impikan.

Tetapi ingat bahwa jangan menghambur-hamburkan uang Anda ketika Anda sudah mencapai level ini. Fokus untuk terus membangun produk dan funnel Anda untuk menghasilkan income, dan investasikan uang Anda ini di sektor-sektor lain untuk mendapatkan passive income tambahan.

Gunakan passive income dari investasi ini untuk membiayai gaya hidup Anda. Dan ketika ini semua sudah mencukupi, maka Anda tidak perlu bekerja lagi seumur hidup Anda. Anda hanya akan bekerja karena Anda suka bekerja, bukan lagi sebuah keharusan dalam hidup Anda.

Anda bisa berlibur ke mana pun sambil bekerja di mana pun. Anda bisa berpindah-pindah kota atau negara (selama ada koneksi internet) dan menikmati kehidupan Anda bersama keluarga.

Akhir kata dari saya

Good luck, Anda sudah menyelesaikan buku ini.

Financial Freedom….

Time Freedom….

Semuanya sudah di depan mata, tinggal Anda membangunnya. Anda tidak harus meninggalkan pekerjaan Anda yang sekarang, Anda bisa melakukannya di sela-sela waktu senggang Anda, di malam hari, di hari libur, atau akhir minggu.

Yang penting adalah Anda memulainya.

A journey to your goal starts with a single step

Enjoy your ride

Denny Santoso